Kelakuan tunangan (3)

15.3K 690 11
                                    

"trus kalau ini bagaimana? " katanya. Kemudian menciumku, aku merasa bibirnya mwnyentuh bibirku. Aku terbelalak dengan kejadian itu. Dia tidak hanya menyatukannya,  namun melumat bibirku. Sehingga aku reflek mendorongnya dan berteriak.
"Bara mesum" kataku kemudian lari ke toilet.
Aku membersihkan bajuku di toilet. Aku menatap kaca didepanku, kemudian menyentuh bibirku. Entah kenapa aku merasakan jantungku berdebar lebih cepat. Tadi itu adalah first kissku, mungkin itu penyebabnya. Memang sih dia itu tunanganku, tapi kok aku bisa punya tunangan mesum begitu. Aku pun melihat jam tangan. Aduh,  aku lupa ini sudah jam 10 dan harus pulang.
Aku kembali ke tempat makan tadi dan pulang ke rumah.
Sampainya di rumah seketika kak ara mengatakan protesnya.
"ayah, sebenarnya aku gak punya pacar. Aku bohong, karena takut ayah. Aku kira bara tak setampan itu. Ayah aku mau tunangan sama bara" rengeknya pada ayah. Itu membuatku tak habis pikir dia yang menolak, sekarang dia yang memintanya sekarang. Aku melihat ayah berpikir.
"nanti ayah pikirkan. Aira keruanganku" kata ayah. Aku hanya diam, tak mengerti apa yanh dipikirkan ayah.
Aku dan ayah pun pergi ke ruangan ayah. Setelah sampai aku pun duduk begitu pula ayah.
"ada apa? "tanyaku
"kamu harus memutuskan pertunangan ini dan mengatakan akan digantikan oleh ara. " aku mengernyit kaget.
"bagaimana bisa? Aku udah bilang setuju tadi" kataku sambil cemberut
"bilang saja kalau kamu tidak cocok atau apalah"
"kenapa juga harus aku? " jawabku masih dengan tangan bersidekap.
"karena tidak mungkin ayah yang memutuskan. Mau dimana muka ayah nanti, kalau harus mengganti jika sudah ditentukan" katanya dengan marah
"aku pun, dimana harga diri ku" kataku dengan nada agak tinggi. Setelah berkata itu aku pun keluar dari ruangan itu,  dan tak menghiraukan kata ayah yang memaksa. Aku lelah mengalah, semua harus aku yang melakukan tak tau lelahku.
Aku tak tidur di rumah, karena ayah.
Aku pun tidur di tokoku. Ada ruangan yang tersisa dan disinilah aku tertidur.
Pagi yang cerah aku pun mandi dan langsung bersiap membuka toko. Seperti inilah kegiatan yang aku lakukan saat bertengkar dengan ayah.  Aku masih kecewa dengannya, apalagi kak ara yang seenak jidatnya putuskan pertunangan terus mau tunangan. Dikira pacaran apa putus nyambung bisa, apalagi yang dibebankan aku. Aku memikirkan itu sambil mengaduk adonan kue. Kemudian datang pegawaiku satu per satu. Aku merasa tak ada yang spesial hingga matahari naik ke atas. Ada seseorang yang membuka pintu.
"selamat siang, ada yang bisa saya bantu? " tanya sarah, karena aku ada di dapur dan masih bisa mendengarkannya.
"aku ingin bertemu dengan aira"
"oh mbak aira, mbak aira lagi di dapur mas gak bisa diganggu."
"bilang saya ada orang penting yang ingin bertemu"
Aku mendengar itu semua, karena jarak dapurnya dekat. Kemudian datanglah sarah.
"mbak ada yang nyari mbak"
"baiklah,  sarah "
Aku pun keluar dari dapur untuk bertemu orang itu.
"ekhmm.. " suaraku. Kemudian dia pun berbalik dan ternyata orang itu bara. Dan itu memang dia.
"ngapain kamu kesini? "
"aku mau ngajak makan siang. Kamu mau kan? " katanya dengan senyum yang menawan. Memang menawan, sampai aku sadar bahwa aku tidak boleh jatuh cinta padanya. Karena ini hanya pertunangan persahabatan.
"aku udah makan siang sayangnya" kataku bohong, saat ini aku sedang tak selera makan.
"kalau begitu temani aku saja, bagaimana? "
"kayaknya gak bisa deh, aku sibuk"
"kamu beralasan saja ya, kalau begini aku terpaksa memaksa" sambil menarik tanganku. Sehingga aku menyerah karena capek tarik tarikkan.
"baiklah aku ikut,  tapi lepaskan dulu" kataku, dan dia melepaskan. Segera aku ambil tas dan menghampirinya lagi.
"jadi? " tanyaku saat dia menatapku tanpa beekedip. Tingkahnya sungguh lucu saat itu.
"jadi kok,  ayo" ajaknya langsung menggenggam tanganku.

Kami pun makan di sebuah restoran. Kami makan dalam keheningan, dan tak ada pembicaraan. Sampai aku ingat saat pertama kali bertemu dengannya. Apakah aku tanya atau tidak? Tapi aku kepo sih, tanya saja lah.
"aku ingin bertanya tentang ..." kataku terputus oleh nya
"tanya apa?"
"kenapa kamu bilang aku tunangan kamu sama cewek yang waktu itu? Padahal kita kan gak kenal"
"karena kamu yang ada di cafe itu saat itu" jawabnya sambil menikmati makanannya
"emang kamu kenal aku? "
"kenal, kamu pegawai toko kue yang tadi" katanya santai
"hahhhhh" jawabku terkejut. Jadi selama ini di anggap aku apa.
"memang kenapa? Ada yang salah? "
"Aku ini pemilik toko loh, bukan pegawai" jawabku kesal
"gak mungkin kamu pemiliknya"
"kalau bukan, bagaimana bisa aku ada disini? "
"benar juga sih,  tapi aku gak peduli"
"terserah "
Setelah makan bara mengantarkanku pulang ke rumah. Aku sebenarnya males pulang, tapi apa boleh buat sudah terlanjur.
Aku membuka pintu rumah dan mempersilahkan dia masuk. Saat masuk kulihat ayah.
"aira " suara ayah menggema,  membuatku berhenti seketika.
"kenapa yah? "tanyaku setenang mungkin. Ayah berdiri dari duduknya di ruang tamu.
"kamu harus memutuskan pertunangan dengan bara dan mengajukan ara sebagai pengganti"
"kenapa harus aku? "
"pokoknya kamu harus mau"
"kalau tidak? "
"tidak ada penolakan, atau kamu mau membuat tante Denada mu menderita" dengan penuh penekanan. Perasaanku seketika terasa sakit, karena kata - kata itu.
"tapi sayangnya saya yang tidak mau bertunangan dengan ara" satu suara yang membuatku terkejut begitu pula dengan ayah. Suara itu milik bara yang berdiri di belakangku. Ayah terdiam dan tak menjawab.
"saya akan tetap bertunangan dengan aira, dengan atau tanpa restu om. Dan aira akan tinggal di rumah saya. Permisi. " katanya, kemudian menarik tanganku dan keluar dari rumah. Dia membukakan pintu mobilnya,  itu membuatku bingung.
"masuk" katanya dengan tegas, membuatku tak berkutik dan mengikutinya.

🍀🌺🌿🌾
Terima kasih telah membaca cerita ini. Maaf karena belum ada revisi.

Menjadi PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang