Lamaran Kah? (21)

3.4K 150 3
                                    

Bara datang menghampiriku, kelihatan tampan tunanganku. Aku menjadi gugup seketika. Apakah aku bisa mengatakannya? Aku sangat takut.
"Kamu mau makan dimana?" Tanya Bara.
"Kita ke restoran biasa aja ya?" Seketika Bara menatapku aneh, apa ada yang salah denganku.
"Kamu mau kesana pake baju gini?" Dia terlihat memahan tawa, membuatku kesal. Tapi apa yang salah dengan bajuku, mataku menunduk melihat bajuku. Astaga! Pantas saja dia tertawa sekarang, gaun ini tak cocok dipakai ke restoran pinggir jalan.
"Kamu mau terus tertawa, kamu ngeselin," kataku merajuk dan memalingkan wajah.
"Iya iya, aku berhenti tertawa nih. Kalo gitu aku yang tentuin tempatnya. Ayo!" Tiba-tiba Bara menarik tanganku. Kami memasuki mobil dan bergegas ke suatu tempat. Aku tak tau dimana tempat yang dituju Bara. Sampainya kami menuju meja yang terletak di sudut restoran. Tempat ini terlihat khusus, apa bara memang mempersiapkannya? Tapi itu tidak mungkin. Kami duduk berhadapan dan makan setelah bara memesan makanannya. Habis makan, aku mengumpulkan keberanianku untuk mengatakannya. Belum aku mengatakan sesuatu, Bara sudah berlutut di depanku. Aku terpaku menatapnya. Dia mengeluarkan kotak berisi cincin.
"Apa kamu mau menikah denganku, Ra?" Tatapan matanya sangat serius menatapku. Aku sangat bahagia, bagaimana tidak sudah lama aku menunggu momen ini. Air mataku tak bisa kutahan mengalir membasahi pipiku.
"I...ya," kataku terbata diselingi senyum bahagia.
Bara menyematkan cincin di jari manis ku dan memelukku erat. Hangat pelukannya membuatku nyaman dan bahagia bisa bersamanya sampai saat ini.
"Aku mencintaimu Aira," bisik Bara padaku.
"Aku juga mencintaimu, Bara," kataku penuh bahagia padanya.

******
Semoga mereka bahagia bertemu di pelaminan. Makasih udah baca ceritaku, salam cinta dan sayang buat kalian semua 💜💜💜

Menjadi PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang