Rumah Ayah 2 (16)

5.9K 314 16
                                    

Mobil kami pun tiba di pekarangan rumah ayah. Jantungku berdetak lebih cepat, karena gugup. Aku takut memasuki rumah ini lagi. Saat menginjakkan kakiku untuk pertama kalinya membuatku semakin gugup. Apakah ini akan baik-baik saja? Atau akan berakhir sedih. Semua pikiran buruk menghampiriku. Ku berpalingkan menatap Bara, kulihat dia tersenyum hangat kepadaku. Itu menghangatkan hatiku dan meluruhkan kegugupanku. Apalagi tangannya yang hangat sekarang telah menggenggam tanganku, seakan sebuah energi yang menguatkan ku. Dengan tuntunan Bara, kami memasuki rumah ayah.
Pintu terbuka, langkahku semakin masuk dan kulihat ayah menanti. Tanpa kuduga rasa bahagia telah membuncah dalam dadaku hingga air mataku jatuh. Tak bisa kutahan lagi, aku berlari menuju arah ayah dan jatuh dalam pelukannya. Tangisku tertumpah kan, ayah memelukku erat seakan tak akan melepaskan ku.
"Ayah sayang kamu Aira," kata ayah.
"Aku juga" jawabku dalam pelukan hangatnya.
Bahagia rasanya dapat memeluk sosok yang selama ini hanya dalam dingin tanpa kehangatan. Kini dapat kurasakan bagaimana rasanya kehangatan ayah yang telah lama hilang dari ingatanku. Hanya kehangatan ini yang kuinginkan.
"Kamu akan tinggal disini kan?" tanya ayah dan aku hanya menganggukkan kepala tanpa bisa mengeluarkan suara.
Prang!!!!!!!
Suara benda jatuh pun terdengar dan kegaduhan yang semula tak ada mendekati kami. Aku tak tahu apa yang terjadi, sampai terlihat kak Ara di lantai atas. Dia terlihat kacau tanpa penjelasan dia berlari menghampiriku. Aku tak dapat berpikir apapun saat dia mendekat dan mendorongku hingga jatuh.
"Kamu yang membuat pergi anakku, untuk itu kamu harus mati," teriak kak Ara.
Aku sangat terkejut dengan yang terjadi dan tak bisa berdiri. Melihat itu semua ayah langsung berlari mendekati kak Ara.
"Ara sadar, nak. Dia adikmu,"
"Dia bukan adikku, dia pembunuh, dia membunuh anakku."
"Tidak Ara," teriak ayah. Seseorang pria datang membawa peralatan pengobatan. Dia langsung menyuntikkan sebuah cairan kepada kak Ara hingga tertidur. Kemudian pria itu langsung menggendong kak Ara kembali ke kamarnya.
"Apa kamu baik-baik saja Aira?" tanya Bara padaku.
"Nggak kenapa-kenapa kok, bar. Tapi-" kataku terpotong.
"Kenapa Ara, om?" tanya Bara.
"Sebenarnya...."

Part ini bikin kalian penasaran gak? Kalau iya komen yah. makasih udah baca cerita aku, semoga part ini gak mengecewakan ya. Terakhir salam cinta dan sayang dari aku buat kalian dimana pun dan kapanpun. 💜💜💜

Menjadi PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang