Pulang dari tempat pertunangan, aku hanya diam dalam pelukan mama. Aku tak mengerti apa yang dikatakan kak Ara ataupun Bara. Air mataku pun tak berhentinya menetes bersama dengan isak. Aku memandang wajah mama Sarah.
"Apa yang terjadi, aira?" tanya mama padaku.
"sebenarnya... a...ku...juga gak tahu, ma."
Mama menatapku dengan penuh pertanyaan. Aku kembali diam, tanpa kata. Mama membelai puncak kepalaku dengan halus.
"lebih baik kamu tidur ya. Biar nanti mama tanya Bara."
Mama membawaku ke kamar. Tak terasa diriku sudah berada di kamarku. Namun sayangnya hatiku dan pikiranku masih memikirkan kejadian tadi, air mataku kembali mengalir. Bersama tangisan panjangku, aku merasa lelah dan tak merasakan apa pun lagi.Sinar matahari yang tertutup korden, aku mulai bangkit. Kepalaku terasa sakit dan tubuhku kaku rasanya. Aku beranjak menuju kamar mandi, kulihat wajah dan tubuhku semua berantakan. Aku mandi dengan seadanya dan berganti baju. Berjalan gontai, aku merasa ingin diam saja saat ini tapi pekerjaan tak memberikanku waktu. Hari ini salah satu pegawai toko ijin.
Di meja makan sudah ada mama dan papa, aku mulai mendekat dan duduk.
"Pagi, Aira. Kamu kelihatan sakit? " tanya mama padaku.
"Gak kok, ma cuma kecapekan aja."
"Bara belum pulang dari kemarin ya, pa? " tanya mama pada papa.
"Belum"
"Dimana anak itu? Ada masalah malah hilang" kata mama. Itu membuatku tersadar, jadi kemarin Bara tak pulang ke rumah. Dimana dia? Aku merasa bersalah padanya. Apa dia gak mau ketemu aku lagi? Bayangan kemarahan bara seketika terlintas di benakku. Aku cepat - cepat mengenyahkan ingatan itu, aku langsung bangkit dari dudukku.
"Ma, Pa, Aira berangkat ke toko ya"
"Hati - hati ya sayang" kata mama padaku
"Iya, ma"
Kemudian mencium tangan mama dan papa. Dan menjalankan kakiku menuju tempat yang harus kutuju.Sampai di toko, banyak yang harus aku lakukan. Namun sayang pikiran tentang bara tak bisa aku alihkan. Sampai aku ditegur Lilis, karena kurang fokus dalam membuat kue.
"Mbak, kenapa sih dari tadi melamun terus? Bertengkar dengan tunangan mbak ya? Cerita dong mbak" katanya dengan wajab memelas. Aku juga merasa ingin menceritakan apa yang aku rasakan, tapi pada siapa mungkin Lilis yang dikirimkan tuhan menjadi pendengan keluh kesahku. Aku mulai menceritakan semuanya pada Lilis. Aku juga menangis saat menceritakannya.
"Lebih baik mbak, datengin aja ke kantornya biar masalahnya cepet selesai. Kalau mbak nangis gak akan selesai"
"Makasih ya, lis. Mbak coba nanti siang kesana semoga bisa"Siang pun berlalu aku memutuskan menemui Bara, aku tak ingin hubungan kami ini putus. Aku masih sangat sayang padanya, seakan aku akan selalu menangis tanpanya disisiku. Sampai di depan kantornya, aku menuju resepsionis.
"Permisi, bisa bertemu dengan Bara?"
"Pak Bara?"
"Iya"
"Adik siapanya? Setahu saya pak Bara gak punya adik" katanya dengan wajah mengejekku.
"Saya pacarnya"
"Pacar pak bara pastilah cantik, gak kucel kayak situ" perasaanku seakan dicabik - cabik seketika.
"Tapi ini penting" kataku dengan memelas, karena aku ingin menemui Bara. Resepsionis itu pun mengangkat telepon dan menelpon seseorang.
"Maaf, dik pak Baranya sibuk dan tidak bisa diganggu. Silahkan pulang"
"Tapi... "
"Silahkan pulang adik, jangan sering bohong" tetap dengan nada mengejeknya. Dengan terpaksa aku pulang ke rumah dengan perasaan hampa dan sedih.Ini berlanjut selama beberapa hari, aku selalu datang ke kantor Bara dan kata resepsionis itu tetap sama malahan lebih kasar mengejekku. Ingin aku menyerah, tapi aku tak ingin ini semua waktu yang kami sudah lewati terbuang menjadi kenangan. Hari ini aku mencoba kembali ke kantor Bara.
Sampai di depan kantor bara, aku menarik nafas sekuat - kuatnya untuk menguatkanku menghadapi semua yang akan kuhadapi. Dengan membawa kue yang telah aku buat, aku berjalan ke arah resepsionis. Resepsionis itu berbeda dengan yang biasanya aku lihat. Aku mendekat kepadanya.
"Permisi, saya ingin bertemu dengan Pak Bara. Apakah bisa? "
"Mbak, siapanya ya? " tanya wanita itu lembut.
"Saya pacarnya" jawabku singkat, bersama dengan jantungku yang berdebar kencang.
"Baiklah tunggu sebentar ya"
"Pak Bara-nya ada di ruangan mbak" katanya sehingga aku tersadar.
"hmm... Terima kasih" jawabku dan mencoba berjalan memasuki kantor tersebut.
"Apa perlu saya antar? " tanya resepsionis itu. Aku merasa kebingungan antara aku tak mau melibatkannya tapi aku tak tau dimana ruangan Bara.
"Mari saya antar" katanya langsung mengantarku.
"Terima kasih" kataku, hanya itu yang bisa kukatakan. Karena saat ini aku sedang mrmikirkan apa yang akan aku bicarakan dengan Bara, bagaimana aku akan memulainya. Itu membuatku semakin gelisah. Tapi sebuah suara menyadarkanku.
"Mbak sangat cantik, pasti pak Bara sangat mencintai mbak" katanya, aku hanya termangu melihatnya.
"Ma...af mbak kalau kata saya menyinggung mbak" katanya dengan cepat setelah melihat reaksiku. Aku merasa bersalah padanya karena itu.
"Bukan begitu, hanya saja saya tidak sering dipuji" jawabku, agar dia tidak merasa sungkan padaku. Kami akhirnya berbincang sedikit sampai dia mengantarku di depan pintu ruangan Bara.
Aku mengetuk pintu ruangannya beberapa kali, namun tak ada suara. Aku mencoba membuka pintu ruangannya. Saat itulah aku melihat seorang wanita sedang memeluk Bara. Seketika tak yang berisi kue buatanku jatuh, kakiku lemas air mataku pun tak kuasa kutahan. Aku terduduk lemas, hingga mata hitam itu menatapku terkejut. Bara pun langsung mendorong wanita itu, dan mencoba mendekatiku. Aku tak bisa bicara dengannya saat ini. Hatiku terlalu hancur. Aku segera berdiri dan membuka pintu keluar dari ruangan itu. Namun sebuah tangan menahanku.
"Aira" panggilnya.
"Lepas, aku mau pergi" kataku
"Kamu salah paham"
"Aku ada urusan mendadak, jadi lepaskan" kataku tanpa menatapnya.
"Tapi.... "
"Tolong " aku merasa sangat sakit saat ini. Akhirnya dia melepaskan tanganku dan aku langsung pergi kauh dari tempat itu. Aku perlu menangis tanpa seorang pun yang melihatku dan mendengarku, sehingga bebanku dapat pergi tanpa menyisakan sakit.🍀🌺🌿🌾
Makasi buat kalian semua yang udah nunggu cerita aku di up, udah dikomen juga makasi banget banget. Aku udah sebulan gak update pasti kalian berpikir kenapa, aku lagi stress nih jadi terganggu konsentrasinya dan yah aku masih bingung mau cerita ini gimana. Tapi tetep makasih buat kalian ya, dan juga maaf aku yang telah lama hilang ini. Semoga pada part ini kalian semakin greget ya dan kalau ada yang mau kasik saran di komen aja ya. Salam sayang dan cinta aku buat kalian yang ada dimana saja. 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Pengganti
Romance~ Aira aku seorang wanita yang periang dan simpel. aku tinggal bersama ayah dan kakakku. ayahku benci kepada padaku, begitu pula kakakku. bundaku pun telah pergi dari dunia ini. aku menjalani hidupku dengan biasa. sampai suatu ketika ayah menyuruhk...