PART 9

8.7K 491 20
                                    


Bug! "Ssst" Bimo mendesis kesakitan. Ia baru saja menahan pintu Ainun dengan jari-jarinya. Ainun melotot, ia baru saja menarik pintunya dengan keras. Ainun terperangah, keempat jari Bimo memerah.

Kakak tuh mau apa sih!" tanya Ainun merasa aneh dengan sikapnya.

"Maafkan aku, Nun," ucapnya. Bimo menelan salivanya, netra Bimo terlihat teduh. Ainun menoleh, ia tak ingin sepasang matanya bertemu.

"Lepaskan tangannya, Kak. Saya mau istirahat." ucap Ainun menunduk. Hatinya mendadak berdegup kencang melihat sikap Bimo.

Ainun diam, mendadak rasa khawatir menyeruak, jemari Bimo terluka karenanya. Pelan Bimo melepaskan Tangannya, wajahnya menunduk. Ainun menutup pintunya, ia belum puas jika Ainun belum memaafkannya. Seharian ini ia kalut dengan perasaannnya akan Ainun. Hatinya mendadak aneh, ada rasa sakit juga kehilangan, ia begitu kecewa dengan menyesali perbuatannya. Harusnya ia memaki mereka yang menghina Ainun, namun entah kenapa ia justru memakinya. Bimo tak ingin Ainun dikasihani, wanita itu lebih baik dari mereka.

Sementara Ainun diam dikamar, lagi-lagi sikap Bimo membuat hatinya tak karuan. Ainun menarik nafas, ia mulai mengontrol emosinya.

Beberapa saat Ainun keluar, handuk juga perlengkapan mandi berada ditangan. Malam itu tubuhnya sangat lengket.

"Hah!" kaget Ainun, bimo terlelap di ruang depan. Kakinya menggantung di ujung sofa. Ainun mulai merasa tidak nyaman. Ia ingin mengembalikan keadaan seperti dulu lagi, tak ada malu, tak ada sungkan, ia ingin bersikap biasa saja dengan laki-laki yang baru saja memohon maaf padanya.

Ainun terenyuh, ia mulai bisa memahami sikap Bimo padanya, perlahan ia mengintip wajah Bimo yang terlelap di sofa. Satu bungkus nasi terlihat diatas meja, Ainun menelan salivanya. Sepertinya Bimo tau ia belum makan, Ainun pun merasa lapar. Sejak tadi di rumah Tuan besar ia hanya diberikan dua potong kue dan teh manis hangat.

Ainun biarkan, ia menuju kamar mandi. Perasaan juga kondisi tubuhnya kini lebih segar, tinggal perutnya saja yang belum bisa ia ajak kompromi.

Ainun keluar, aroma nasi goreng tercium di rongga hidungnya. Ainun mengendus, hidungnya bergerak mencari sumber bau pelan ia ikuti, sebungkus nasi goreng telah terbuka dengan satu telur dadar diatas meja makan. Ainun melihatnya, pelan ia tersenyum.

Bimo Pompadour sudah tidak ada di posisinya semula. Ainun menjilat mulutnya dan menelan saliva, nasi goreng itu begitu menggoda. Gengsinya kalah dengan rasa lapar perutnya. Ia menarik kursinya, dan menarik nasi goreng yang telah disajikan Bimo. Tak jauh disana sebuah pesan tergeletak dekat dengan piringnya.

"Maafkan saya ya Nun, maaf ... selamat makan!" Ainun tersenyum, ia pun teringat dengan kebaikan Bimo. Tak adil rasanya, jika ia marah hanya karena satu masalah. Ainun mulai menyantap makan malamnya, hari ini adalah hari pertamanya datang bulan. Rasa lapar bisa lebih hebat dari biasanya.

Bimo mengintip dari kamarnya, senyumnya merekah melihat ainun melahap nasi goreng yang telah ia hidangkan. Bimo tenang, ia rebahkan tubuhnya ia mengambil gawainya dan membuka google. 'Bipolar' gumamnya seraya mengetik.

"Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrem berupa mania dan depresi, karena itu istilah medis sebelumnya disebut dengan manic depressive."

"Apa iya aku Bipolar? ah nggak ah. Masa iya!" gumamnya.

"Tok ...tok." Bimo bangkit, seseorang baru saja mengetuk pintu kamarnya. "Ainun!" bangkitnya.

Buru-buru ia buka pintunya, tak ada Ainun disana, di meja makanpun sudah tidak ada orang. Bimo menoleh, ia lihat di bawah dekat kakinya sebotol alkohol dan lima buah plester luka bermotif warna warni.

Comblang Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang