Part 24

10.8K 394 136
                                    

Air mata berderai terbang bersama angin melihat wajah Ainun dari jauh, wanita itu melambaikan tangan lalu tertunduk perih. Bimo tahu bagaimana perasaan wanita di hadapan. Ainun begitu berani mempertaruhkan hati yang jelas belum ia tahu rasa sakitnya. Bimo harus berjuang, mendapatkan hati Ainun kembali. Pagi itu, Bimo terkesiap buru-buru berlari menuju bandara. Ranti  tengah menunggu anak muda itu untuk melepas kepergiannya ke Surabaya.

“Mah!”

“Selamat berjuang, ya Nak!” ucap Santi, bulir bening menetes seraya mengecup kening Bimo.

“InsyaAllah Bimo bisa, Mah.”

“Mah … Bimo ingin minta sesuatu, boleh?”

“Katakan?”

“Mah … Ainun?”

“Serahkan pada mamah!”

Bimo tenang, ia lega setidaknya Ranti ibunya menyukai Ainun. Perhatian dan restu Sastro kini adalah tujuan Bimo. Lelaki itu terbang bersama harapan juga tujuan yang jelas di depan mata. Harapan Bimo pupus saat tahu Ainun jelas-jelas memilih lelaki lain. Bimo tahu, dia sudah tidak ada harapan. Keadaan berpisah pun harus ia terima, usaha untuk mendekati dan meyakinkan hati Ainun Safa pun semakin sulit. Hanya Allah tempat Bimo kembali, hanya Allah kini salah satu Dzat yang bisa membantunya.

“Allah pemilik alam semesta langit dan bumi, hatiku dan hati Ainun hanyalah setitik debu bagimu, satukan. Buat hati wanita itu hanya tertuju padaku!” doa Bimo seraya menatap awan di atas pesawat yang sudah terbang menjauhi Jakarta.

****
Kota pahlawan menjadi tujuan Bimo. Kota Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur, Indonesia, sekaligus kota metropolitan terbesar di provinsi tersebut. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dengan sengaja lelaki bernama Sastro menempatkan Bimo di Surabaya, kota yang menjadi target penjualan terbesar dari Mestika Coorporation.

Perusahaan kosmetik yang sudah berdiri selama 30 tahun di tangan Sastro dan kini mengalami penyusutan karena beberapa kendala yang dialami. Sastro sudah tak lagi muda, tubuh juga pikiran pun mengalami penyusutan. Surabaya adalah kota dimana Mestika mendapatkan penjualan terbesar sepanjang sejarah dan dua tahun belakangan mengalami penyusutan drastis.

“Jika kamu serius bekerja, sukses dan berhasil mengangkat citra Mestika di Surabaya. Apapun akan saya berikan!” ucap Sastro di telepon malam lalu saat Bimo tahu Ainun menerima lamaran Raiyan. Buru-buru lelaki itu memohon pada Sastro untuk segera merestuinya agar melamar dan menikahi Ainun.

“Termasuk memberikan restumu?”

Sulit Sastro menjawab, lelaki itu sungguh tak percaya opera sabun yang biasa terjadi dalam kisah dongeng sungguh terjadi dalam kisah Bimo dan Ainun.  Ainun yang hanya anak seorang petani karet rasa-rasanya sungguh sulit jika harus menjadi istri seorang Bimo Dharaya.

“Wanita itu!”

“Ya!”

“Lakukan saja pekerjaanmu, kamu tak akan sukses jika melulu berfikir soal cinta!”

“Cinta Bimo tulus Pah! Hanya itu yang Bimo pinta! Restu papah!”

Putus. Sastro memutuskan sambungan tanpa memberikan jawaban. Lelaki bernama Sastro adalah lelaki yang keras dan kuat akan pendiriannya, apa yang sudah ia putuskan tak mudah akan ia rubah. Shania adalah kakak perempuan Bimo yang pernah mengalami sakit karena keputusan yang dibuat Sastro. Menikahi lelaki yang tidak dicintai Shania, membuat kakak perempuannya itu menjadi wanita yang keras hati.
Sastro tak gila harta, tapi bibit seseorang penting baginya. Tak apa miskin asal ia lahir dari keluarga terhormat, Sastro akan memberikan restunya. Masih terngiang di ingatan Bimo, bagaimana Shania menangis di kamar berhari-hari, diam, tanpa bersuara memikirkan lelaki terkasih di malam pernikahan.

Comblang Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang