Part 16

8.5K 605 68
                                    


Suasana kelas begitu terlihat kondusif, Ainun duduk di depan. Mendengarkan dengan serius apa yang disampaikan dosen. Ia mencatat semua hal yang akan ia butuhkan untuk skripsi. Ainun tak ingin lama-lama menempuh pendidikan, ia ingin segera lulus lalu bekerja.

Wajah Abah, Ambu dan dua orang adiknya selalu tergambar jelas di bayangan. Ainun bersyukur, kini ia dikeliling orang-orang baik. Bimo, Raiyan, Radit, Marni mereka orang baik yang selalu menemani Ainun. Kelas usai, Ainun mengecek jumlah sks, ia sudah bisa menyiapkan judul untuk skripsinya. Target semester genap, ia sudah sidang dan semester 7 ia sudah lulus. Ainun yakin, ia bisa melampaui banyak hal.

Kelas usai, Ainun mulai beredar. Ia menuju ke kelompok tarbiyah tempat teman-teman liqo di kampus. Ia ingin mencari mereka yang hendak mecari jodoh, dua kali sudah ia berhasil menikahkan pasangan dari kelompok ini. Hanya orang-orang yang mengenal syariat islam saja yang tahu apa itu indahnya pacaran setelah menikah. Comblang Syari adalah panggilan yang melekat pada Ainun di kelompok ini, dan mereka sudah tahu. Jika Ainun datang, Ainun pasti akan menawarkan jodoh.

Ainun masuk dalam kelompok bundaran kecil, beberapa wanita tengah berkumpul di sana mendengarkan mentoring dari seorang kakak kelas.  Sembari mendengar, Ainun sibuk menatap satu persatu anggota liqo, ia lihat beberapa kiranya cocok dengan Raiyan, pelan Ainun bergeser, ia pindah ke tempat salah seorang perempuan lalu meminta no telepon dan begitu seterusnya. Lima nomor ponsel kini sudah di tangan. Ainun semakin semangat, ia hanya tinggal melakukan pendekatan melalui pesan atau telepon
.
Tak lama wanita berkacamata itu turun ke bawah, Bimo terlihat duduk di depan seperti menunggu gadis pujaan hati.
“Hiii!” Ainun mendesis, perasaan Ainun tak karuan jika bertemu Bimo. Ainun memindahkan tas ransel kedepan, dan menutupi wajahnya dengan tas.

“Nun!”

“Haaaa!” Ainun berlari karena kaget.

“Nun!” teriak Bimo mengejar.

“Kakak, kenapa sih! gangguin Ainun terus!”

“Biar  kamu nggak lepas!”

“Huuu! Ainun stress kak, setiap ketemu kakak, Ainun takut!”

“Takut kenapa?”

Ainun diam, ia mulai jujur akan perasaannya.

“Itu … takut kita dipanggil lagi!”

“Kalo mereka manggil kamu lagi, aku yang hadapin!”

“Kamu mau kemana?” lanjut Bimo.

“Aku mau ke tempat teman aku.”

“Ngapain?”

“Mencari orang.”

“Jodoh Bos kamu lagi?”

“Iya!”

“Ikut aku!”

Bimo membawa Ainun menuju kampus tekhnik jurusan tata rias dan boga. Disana pun Bimo banyak memiliki teman wanita, lelaki itu pun kini mulai menyelami kehidupan Ainun. Bimo duduk bersama Ainun menunggu di kafe dekat dengan gedung Tata boga dan Rias. Kursi taman dengan payung di tengah, Ainun duduk menjaga jarak dari Bimo seraya memeluk tasnya. Sedangkan Bimo terus tersenyum melihat wajah Ainun dengan kacamatanya yang kendur karena wajah cemberutnya.

“Kakak, berhenti nggak liatin aku!”

“Heheee! Kamu geer, Nun. Aku lihat kacamata kamu!”

“Ya sama aja!”

“Ya bedalah! Kamu masa kacamata!”

Ainun terusik, ia melepas kaca matanya. Bimo diam, ia memandang wajah Ainun yang terlihat cantik saat melepas kacamata, bahkan lebih cantik dari Syahira, polos, bersih, tiada sentuhan make up, matanya bulat, bibirnya mungil dan hidungnya ….

Comblang Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang