Part 19

8.9K 613 52
                                    


Suasana rumah Raiyan terlihat sepi, tak terdengar suara teriakan Radit dan Rania seperti biasa.  Biasanya jika ia pulang, Radit dan Rania berhamburan keluar seraya memanggil-manggil girang namanya. Ainun melangkah masuk kedalam, lelaki berparas indo jerman itu duduk seraya menonton televisi, Rania lelap di pangkuan dan Radit terlelap di atas karpet. Ainun buru-buru, ingin membantu Raiyan. Mata Raiyan berkedip, memberikan isyarat tidak apa-apa. Ainun mengangguk dan pergi ke kamarnya.

Wanita itu membersihkan diri, sholat ashar lalu keluar. Tak lama membantu si Mbok menyiapkan makanan untuk makan malam. Aroma masakan memenuhi isi rumah, sore ini si Mbok memasak opor ayam kesukaan Radit dan Rania, Ainun membantu menyiapkan hidangan lainnya.

“Nun! Saya ingin bicara sebentar!”  ucap Raiyan. Lelaki ini resah, saat melihat Ainun dengan lelaki yang mengantar Ainun, pikirannya terus membayangkan Ainun akan meninggalkan anak-anaknya.

“Ya Pak,” jawab Ainun seraya meletakkan pisau dari genggaman.

Ainun mengikuti Raiyan, lelaki itu masih terlihat rapi meskipun hanya mengenakan kemeja  dan celana pendek. Semua pakaian akan terlihat bagus jika ia yang mengenakan.

“Duduk!”

Raiyan diam, ia tatap Ainun, begitu sayang Radit dan Rania pada gadis di hadapannya.

“Nun!”

“Iya Pak?”

“Bagaimana apa sudah menemukan calon Ibu untuk anak-anak saya?”

“Sampai saat ini belum Pak tapi Ainun sudah dapatkan satu calon untuk Bapak, dia mahasiswa dari jurusan pendidikan luar biasa, saya rasa dia cocok untuk Bapak. Tadi pagi, dia mengajarkan Radit sangat baik, dia juga bersedia memberikan teleponnya pada Ainun,” tutur Ainun bersemangat.

Raiyan hening, ia diam menunduk tak lama ia menatap Ainun dengan segudang keceriaan di wajah wanita berusia 20 tahun itu, terasa rugi jika melepaskan Ainun. Ainun begitu unik, semua kebaikan yang ia butuhkan untuk anak-anaknya ada dalam diri Ainun.

Raiyan tak membutuhkan wanita yang bisa ia cintai kelak, ia hanya membutuhkan pelipur lara untuk anak-anaknya. Lelaki yang kini duduk berhadapan dengan Ainun adalah lelaki yang tak mudah jatuh cinta pada seseorang. Cintanya sudah lama pergi meninggalkannya, Raiyan pernah sakit, terluka dibuang oleh cinta pertamanya hingga akhirnya ia menikah dengan Malika. Mencintai Malika pun membutuhkan proses panjang, semenjak kelahiran Rania. Raiyan baru menyadari betapa ia mencintai Malika istrinya, hingga akhir hidupnya Malika pun masih menyesali sikap Raiyan. Kali ini ia tak akan mengulangi kesalahan kedua. Jika Ainun menjadi istrinya kelak ia akan mencoba dan belajar mencintainya.

“Nun … saya rasa hentikan saja pencarian jodoh buat saya.”

Ainun terperangah, lalu melihat Raiyan. “Bapak sudah menemukan sendiri?”

Raiyan mengangguk.

“Apa … Ibu Rafika?” tanya Ainun penasaran.

Raiyan menggeleng.

“Saya tidak akan membiarkan wanita itu menjadi Ibu untuk anak-anak saya, Nun. Rafika pernah memukul Radit, saya baru lihat itu kemarin di CCTV.”

“Oohh … Ainun lega Pak,” jawab Ainun tersenyum lebar.

“Kenapa kamu begitu menyayangi anak-anak saya, Nun?”

“Oooh … itu … Ehh, karena sebelumnya saya tidak pernah menjadi pengasuh anak, mungkin Pak. Tapi Radit dan Rania anak-anak yang luar biasa, Pak. Siapapun yang menjaga mereka pasti akan menyayangi mereka seperti Ainun,” jawab Ainun.

“Saya sudah menemukan calon ibu untuk anak-anak saya.”

“Oooh Alhamdulillah … Ainun turut senang Pak.”

Comblang Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang