Part 10

8.8K 542 26
                                    

#COMBLANG_SYARI
#PART_10

______

Bimo termenung, kursi empuk Bioskop, dingin suhu ruangan tak mampu membuat hatinya nyaman. Pelan ia perhatikan wajah Syahira di sebelah, lagi-lagi senyuman Ainun yang hadir di bayangan. Film yang sudah ia tonton selama 1 jam pun tak dapat ia simpulkan, siapa pemainnya, bagaimana ceritanya semua nihil. Tangisan Ainun cukup menganggu batin juga emosinya. Lelaki  berambut Pompadour itu terus menerus melirik jam tangan, ia ingin tahu dimana Ainun bekerja dan dengan siapa ia bekerja. Berulang kali ia menggeser posisi duduknya karena gusar.

“Kakak, nggak apa-apa?”

“Filmnya nggak rame!” bisiknya.

“Rame kok, Kak.”

“Aku tunggu di luar ya.” bisiknya seraya bangkit dari tempat ia duduk tanpa meminta persetujuan kekasihnya.

Bimo masuk ke dalam toilet, ia menatap wajahnya di cermin. Rasa cemas menghantui pikirannya. Berulang kali ia mencoba menghubungi Ainun, lagi-lagi mailbox. Tak ada sinyal atau memang sengaja dimatikan Ainun, atau mungkin Ainun sedang dalam kondisi berbahaya. Bimo terus menerus mengusap wajahnya dengan air. Berharap pikiran akan Ainun segera hilang.

“Nun, kamu kenapa? gumamnya seraya mencium jemari yang terluka karena perbuatan Ainun.

Tak lama film yang Syahira tonton telah usai. Wanita itu celingukan mencari sang kekasih. Bimo hadir di pelupuk mata. Senyum Syahira melebar. Bimo membalas senyumnya begitu berat.

“Kita makan?” tanya Syahira. Bimo mengangguk, ia ikuti keinginan Syahira.

Sebuah restoran ramen menjadi tempat pilihan mereka. Syahira duduk di  sebelah Bimo tanpa ia minta. Wanita itu begitu agressif bertolak belakang dengan Ainun.

“Kak … ada yang ingin ku tanyakan?”

“Tanya saja.”

“Kemarin … tak sengaja aku mengikuti kakak.”

Bimo diam dan menghentikan makannya “Mengikuti?”

Syahira mengangguk, wajahnya mendadak pucat melihat wajah Bimo mendadak berubah.

“Maksud kamu apa?” rutuk Bimo.

“Kak, katakan apa Ainun tinggal di rumah kakak?”

“Apa?”

“Kak, aku mohon jawab. Aku diberitahu temanku, jadi kemarin aku terpaksa mengikuti kakak untuk bisa menjawab semua rasa penasaranku.”

Bimo diam, ia merasa tak nyaman dengan yang dilakukan  Syahira.

“Katakan, Kak.”

“Ya!” jawab Bimo datar sedikit meninggi.

“Kenapa?”

“Aku rasa kamu lebih tau dari aku, Ainun bertarung sendiri di Jakarta, tidak seperti kita yang hidup dari belas asih orang tua. Kamu temannya bukan? kenapa bukan kamu yang tau akan keadaannya.”

“Maksud Kakak, apa?”

“Kamu tau Syahira. Seharusnya kamu peka. Temanmu itu tidak punya tempat tinggal, ia bahkan tak ada uang. Lalu apa aku diam?”

“Ainun tidak pernah bercerita padaku, Kak.”

“Membantu tidak harus bertanya Syahira. Seharusnya kamu bisa melihat”

“Kakak kenapa marah sama aku?”

Bimo menarik nafas, mendadak ia muak melihat mie ramen lengkap dengan potongan daging dan telur setengah matang. Bimo bangkit, ia meletakkan sumpit di meja.

Comblang Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang