Comblang Syari

9.7K 272 107
                                    

Judul : Comblang SyariJumlah halaman : 500Harga Normal : 98 ribuHarga PO : 89 ribu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Judul : Comblang Syari
Jumlah halaman : 500
Harga Normal : 98 ribu
Harga PO : 89 ribu.
===
Hari ini senin, bulan februari tepat dimana sepasang muda-mudi saling mengikrarkan cinta di bulan yang mereka sebut bulan Valentine. Bulan yang bahkan tak pernah diajarkan dalam agama islam, namun banyak sebagian dari pemuda-i mengagung-agungkan kebesaran hari tersebut. Hari yang tak lebih dari hari perayaan orang-orang yang merasa merdeka dengan pelanggaran had atau zinah.

14 februari 2009 tepatnya, seorang gadis bernama Ainun Safa duduk diam di kursi taman kampus Universitas Negeri Jakarta. Sebuah kampus yang memiliki banyak pepohonan, begitu asri, sejuk, dan menenangkan jiwa, Ainun merasakan jiwanya terbang menuju kampung halaman. Sebuah taman yang dipenuhi dengan beberapa pohon beringin, puluhan burung gereja yang bersiul dan kadang menyembul keluar dari dahan ranting membuat suasana kian marak, cahaya matahari menerobos sela-sela dedaunan hingga menimbulkan siluet-siluet indah di tanah yang belum beraspal.

Disaat puluhan pasang remaja sedang memadu kasih di balik rindangnya pohon beringin, atau hanya sekedar berjalan seraya berpegangan tangan dan ada yang berbicara sambil berdekatan di atas motor. Ainun Safa hanya terus mengucap istighfar dalam hati dengan apa yang dilihatnya. Mereka bercumbu, merayu, berpegangan erat layaknya sepasang kekasih yang sudah halal di mata Tuhannya. “Selama tidak berzinah, ya jalani saja,” itulah jawaban yang sering Ainun dengar dari telinga mereka. Tanpa mereka sadari bahwa yang mereka lakukan justru zinah kecil yang akan mengantarkan mereka pada perbuatan zinah besar yang berujung pada meruginya sebuah amalan.

Terkadang Ainun pun bersyukur, ia  lahir dari keluarga sederhana yang tak bisa membiayai dirinya untuk tampil modis hingga membuat para lelaki tidak tertarik olehnya, Ainun pun bersyukur ia terlahir dengan wajah yang tidak super wah seperti kebanyakan gadis cantik lainnya yang sibuk memanjakan wajah mereka dengan polesan bedak, aroma mawar dan merahnya pewarna bibir. Ainun bersyukur ia tidak memiliki kemampuan untuk memiliki itu semua, setidaknya tidak ada lelaki yang menyukainya dan mengajaknya untuk menjalin kasih sebelum Allah menentukan tanggal halalnya ia dengan seorang pria.

Langit biru menjadi saksi akan begitu tunduk dan patuhnya Ainun pada aturan Allah. Bahwa sebuah perintah baiknya tidak untuk dilanggar, bahwa manusia hanya bisa berusaha untuk mencoba baik meskipun terkadang cobaan datang dari arah yang tak diduga. Ainun tersenyum sendiri, saat ia merasa belum pernah merasakan apa yang mereka sebut dengan cinta.

“Ah kamu Nun, belum pernah jatuh cinta sih! Makanya sekarang bisa nasehatin kita kayak orang bener, nanti setelah kamu jatuh cinta kamu akan makan omonganmu sendiri,” kata mereka menyindir Ainun yang selalu lantang dengan nasihatnya.

Ainun yakin dan percaya, ia bisa melalui masa-masa mudanya tanpa ada cinta di hati. Biarlah cinta mengalir setelah seseorang sah menjadi miliknya. Biarlah cinta datang setelah ia mengatakan naam (iya) pada seorang lelaki yang hendak menikahinya.

Ainun yang sedang duduk di kursi taman terkantuk-kantuk, ia sibuk memikirkan beberapa pasangan di hadapan sampai ia lupa bahwa ia memiliki 30 bungkus keripik yang belum terjual. Ainun menarik napas, ia bangkit lalu meregangkan otot dan mulai kembali menjajakan keripik buatannya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Comblang Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang