Part 13

9.2K 622 84
                                    


Hari berlalu, Ainun kembali menuju kampusnya. Radit sudah sarapan, anak itu juga sudah mandi. Meninggalkan anak Autism kadang lebih mudah dibandingkan anak normal, karena kebanyakan anak autis sibuk dengan diri juga benda yang mereka suka. Semalam Raiyan membelikan beberapa benda untuk Radit sesuai permintaan Ainun, diantaranya rubik juga gembok aneka warna. Seusai mandi, Radit sibuk dengan mainan baru.

Dengan penuh semangat Ainun melangkahkan kakinya menuju kampus. Lagi-lagi ia harus melewati Fakultas seni untuk bisa sampai menuju Fakultasnya, Ainun celingukan ia tak ingin berjumpa dengan Bimo. Perasaan ia sudah mulai tak karuan jika melihatnya. Ada rasa canggung, dan perasaan aneh yang menyesak di dada. Ainun tak suka.

“Amaaan!” ucapnya lega, ia melenggang masuk ke kampusnya.

Tak jauh di sana, persis di depan pintu Fakultasnya, laki-laki bertubuh tinggi tegap mengenakan jaket jeans, kaos putih belel dan celana jeans berdiri membelakanginya.

“Pompadour!” Ainun panik, ia melengos dan menghindar.

“Cepet … cepet … cepet,” gumam Ainun berlari pelan.

“Ainun!” panggilnya, Ainun diam dan menghentikan langkah.

“Aduuuh!” gumamnya.

“Akhirnya … datang juga,” ucap Bimo lega. Senyum Bimo begitu lebar menyambut kedatangan Ainun.

“Ayo ikut!” perintahnya.

“Ainun, ada tugas Kak.”

“Semua Dosen belum datang,”

“Ainun ada kelas!”

“Sepagi ini, bohong dosa Nun.”

“Heeeh, iya. Kita mau kemana?”

“Udah ikut aja ….”

Ainun mengekor tubuhnya yang berjalan pelan. Sesekali Bimo tersenyum, dan meledeknya. Bimo menuju kantin Blok B. Tempat ia pernah melihat Ainun dulu berebut makanan.

“Duduk!”

“Kak, aku udah makan.”

“Diam ….” ucap Bimo.

Tak lama, kue pancong, kue cubit, es cendol, es teh manis, mie ayam diletakkan di hadapan Ainun. Ainun melotot heran dengan tingkah Bimo yang sejak tadi mengambilkan makanan untuknya.

“Makan!” perintahnya.

Ainun terperangah, ia melotot, bibirnya menganga kaku melihat banyaknya makanan yang Bimo pesan.

“Kakak tuh kenapa sih, memangnya setiap hari aku kelaparan apa?”

“Makan!”

“Kak, aku udah kenyang.”

“Makan, atau kamu yang bayar!”

“HAH!” Mulut Ainun semakin menganga.  Bimo tertawa melihat ekspresinya,

Ainun begitu lucu dan imut, ia bayangkan jika Ainun melepas kacamatanya mungkin ia akan terlihat semakin cantik, lugu dan kepolosannya membuat hati Bimo nyaman dengannya. Ainun mengambil kue pancong dan melahapnya langsung ke mulutnya tanpa memotong kuenya. Mulutnya penuh, kedua pipinya semakin gembil karenanya.

“Lagi ….”

“Kakak, mau bunuh aku ama pancong!” ucap Ainun kewalahan, kue pancong sudah penuh di mulutnya.

“Aku, nggak sanggup Kak. Kakak makan juga!” perintah Ainun.

“Okeeh! jawab Bimo seraya menyantap mie ayam yang sudah ia pesan.

Comblang Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang