Part 17

8.8K 627 76
                                    


Ainun bangun lebih pagi, ia kini harus lebih rajin di dapur. Permintaan Bimo untuk dibawakan makanan setiap hari, tak sengaja membuat hatinya kian berdesir. Ainun sadar dengan apa yang ia lakukan, Bimo sudah terlampau baik dengannya, hanya menyediakan makanan untuk Bimo bukanlah hal yang sulit. Pagi ini Ainun membantu si mbok memasak, kadang pun ia bersenda gurau dengan wanita paruh baya ini.

“Mbok … Ainun mau bawa bekel lagi.”

“Kemarin sudah disampaikan?”

“Sudah Mbok,”

“Kamu tuh aneh Nun, nggak pacaran tapi kayak orang pacaran!”

“Ainun memang nggak pacaran Mbok.”

“Tapi hatimu nggak bisa dibohongi Nun, liat wajahmu saja mbok sudah tahu kalau kamu menyukainya.”

“Menyukai tidak harus menjalin hubungankan Mbok.”

Marni mengangguk, dan membiarkan Ainun  yang memasak pagi ini. Ainun adalah anak muda yang tahu betul bagaimana cara memasak, ia banyak belajar dari Ambunya di kampung. Marni bisa lihat bagaimana cara Ainun mengupas bawang, membersihkan sayuran dan memotong ayam, Ainun lihai seperti sudah terbiasa. Ia pun meracik bumbu dengan takaran bumbu yang tepat. Marni mengap melihat Ainun, bahkan ia pun tak bisa memasak seperti Ainun.

“Nun .. bumbu ayam, si mbok sudah beli.”

“Nggak sedap Mbok, Ainun buatkan ya!” ucapnya tersenyum lebar, Marni hanya mengangguk dan melihat Ainun  menghaluskan bumbu ditangan, “kemiri, bawang putih, jahe, kunyit, lengkoas!” ucap Ainun lalu ia haluskan menggunakan blender, yang sudah lama tak digunakan si Mbok, ya Marni hanya menggunakan bumbu jadi selama memasak, jika membuat sayur pun ia hanya mengiris.

“Kamu ngapain Nun!” suara Raiyan terdengar, tak biasanya Raiyan turun sepagi ini. Ainun pun diam, wadah blender ditangan, Ainun pagi itu terlihat dewasa dengan celemek yang menempel di badan.

“Kamu masak?” tanya Raiyan mendekat.

“Bukan Pak, Ainun hanya bantu Mbok Marni.”

“Ainun yang masak, Pak,” sahut Marni.

Raiyan melangkah, ia lihat sayur bayam lengkap dengan jagung dan wortel sudah tersaji di atas meja.

“Teruskan masak, aku mau coba!”

Lelaki itu semakin menyukai Ainun. Tak lama Ainun menghidangkan ayam goreng dengan sayur bayam juga sambal.

“Kita sarapan bareng Nun,”

“Saya dibelakang saja Pak.”

“Nggak apa-apa Nun, duduk disini saja.”

Ainun diam, ia melihat Raiyan. Lelaki itu terus berbicara dengan mulut yang penuh dengan makanan.

“Pak … apa Ainun boleh meminta makanannya?”

“Ya bolehlah Nun, kamu ada-ada saja!”

“Maksud Ainun, Ainun mau bawa ke kampus. Boleh Pak?”

“Boleh Nun ….!”

Ainun tersenyum lebar, ia bisa membawakan makanan untuk Bimo. 

Ainun bergegas, hati yang berbunga mampu menghilangkan luka, lelah dan kesedihan. Ainun datang lebih pagi, selain ingin mencari mangsa wanita baru untuk Raiyan. Hati pun ingin bertemu dengan sang pemilik, rasa tak begitu mudah datang, sekian lama hati tak pernah merasakan suka, bahagia dan rindu. Ainun merindukan Bimo, dalam malam nama Bimo pun mulai ia sebut, doa dan keyakinan menjadi satu arah. Namun Ainun tetaplah sama, ia masih tetap kuat dengan pendiriannya, rasa tak mungkin bisa ia lawan namun sikap menjaga diri harus diutamakan.

Comblang Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang