Daniel menatap ayahnya yang bersantai di halaman belakang rumahnya, dengan memakai pakaian musim dingin, tubuh atletis Jungkook terbalut sempurna dengan sweater dan celana trainingnya. Bahkan Daniel tersenyum melihat tubuh sempurna ayahnya, berpikir bagaimana rasanya jika lengan kekar ayahnya itu dapat merangkulnya, memeluknya penuh kasih sayang, pasti rasa dingin ini akan di gantikan menjadi sebuah kehangatan yang selalu Daniel nantikan.
Dalam jendela rumahnya itu, Daniel tak bisa berpaling dari ayahnya.
"Halmeoni, apakah appa akan memeluk ku suatu saat nanti?"
Seolah tersedak oleh duri, kedua neneknya itu saling menatap sendu, bukan bertanya apa kah ayah nya nanti akan memeluknya, malah Daniel bertanya, mengharapkan Jungkook yang akan memeluknya. Dalam makna yang besar. 'Suatu saat nanti' bukankah itu terdengar pilu?
"Halmeoni akan memeluk Daniel setiap hari, tenang saja."
Dan Daniel menatap kedua Halmeoninya nanar.
"Daniel ingin sekali appa memeluk ku, meski dalam waktu tiga detik saja, setidaknya Daniel bisa merasakan bagaimana di peluk oleh appa, karena Daniel tidak pernah bisa merasakan bagaimana pelukkan dari seorang ibu."
"Daniel bahagia ketika Halmeoni memeluk Daniel, hanya saja Daniel ingin merasakan bagaimana ketika orang tua Daniel memeluk Daniel."
Daniel memeluk sendiri tubuhnya, seolah-olah merasakan bagaimana ia akan di peluk Jungkook.
"Apa rasanya akan hangat? Tapi kenapa ini masih terasa dingin, Daniel belum pernah merasakan bagaimana menyentuh kulit appa, Daniel ingin sekali appa memeluk Daniel, apa Daniel berbuat salah? Hingga appa enggan memeluk ku, bahkan tak ingin menatap ku."
Daniel melangkah mendekati dua neneknya itu, sambil mengatupkan tapak tangannya.
"Halmeoni, apa Daniel membuat kesalahan? Pukul tangan Daniel Nami Halmeoni, Seunha Halmeoni, biar appa tidak marah selama ini?" tangis nya pecah.
Keduanya tak kuasa dengan tangisan cucu pertama mereka.
'Oh Tuhan... Berikan kekuatan untuk cucu ku —batin Min Seunha ibu dari Seolmi.
Dan di ujung sana Jungkook mendengar jelas keinginan putranya, detak jantung Jungkook berdetak hebat, ia merasakan kesakitan disana, namun ego masih menguasai pikiran Jungkook.
Merasa kehadiran sang ayah, Daniel menatap tepat pada bola mata Jungkook. Dan secepat itu juga Daniel menghapus air mata dan belari kencang memasuki kamarnya.
Ingatkan Jungkook saat dulu ia pernah memaki Daniel karena merengek, meminta untuk digendong olehnya, dan Jungkook menolaknya dengan penuh emosi, kejadian itu pada saat Daniel berusia enam tahun, dan Daniel masih merasakan amarah dari sang ayah hingga saat ini.
Dan kedua ibunya menatap penuh kecewa. Hingga meninggalkan ruang keluarga yang sempat tadi mereka tempati.
Jungkook mendesah pelan, semua menyalahkannya, semua merasa kecewa padanya, hingga lupa apa penyebabnya menjadi pria dingin dengan darah dagingnya itu.
"Ketika kalian sibuk menyalahkan ku dengan sikap ku yang buruk padanya, dan aku yang terus-terusan mengutuk diri ku yang masih belum bisa membuka diri untuk menerima kehadirannya."
🌺🌺🌺
Mendungnya di pagi hari ini membuat enggan Cheonsa untuk bangun, hingga Taehyung memaksa masuk kedalam kamar kakaknya itu, membangunkannya dengan gencar hingga Cheonsa merasa terganggu dalam jadwal tidurnya.
"Taehyung, kau mengganggu tidur ku..." Cheonsa terpaksa bangun dari tidur nya dan sekali-kali mengutuk Taehyung.
"Noona. Kau ini sudah bukan remaja yang susah untuk di bangunkan karena akan berangkat sekolah, kau itu sudah bekerja, dan sudah menjadi guru, dan dalam 30 menit kedepan kau akan terlambat kesekolah dan kau tidak akan melihat wajah murid yang sudah kau sayangi itu,"
"Siapa namanya, Kang Daniel, Daniel Hyunhoo, Jung Daniel.. aahh.... siapa namanya noona?"
Cheonsa memutar bola matanya, "Jeon Daniel, Tae-ah"
"Jika kau ingat namanya, cepat lah bersiap, bibi sudah menunggu mu untuk sarapan."
"Baiklah... Baiklah... Kau sudah seperti ajjhusi tua saja Kim." ujar Cheonsa melangkah menuju kamar mandi, dan masih dalam mode mengomelnya,
"Dan kau seperti bayi besar yang tidak tau diri." dan Taehyung tak terima dengan ejekkan Cheonsa.
"Yak!! Kim Taehyung kau ingin ku siksa eoh?!"
"Cepat mandi atau kau akan ku tinggal." ancam Taehyung
Entah siapa yang lebih tua disini, namun yaah... Tua itu tak bisa menjamin sikap seseorang bukan, bahkan Taehyung terlihat seperti orang yang lebih tua, dan selalu memanjakan si kakak yang jelas sekali manja padanya, dan Taehyung tidak merasa risih dengan itu, Cheonsa segalanya untuknya, dan begitu juga dengan Cheonsa sumber kehidupannya.
——————
Cheonsa hampir benar-benar terlambat menuju tempat ia mengajar, dan didalam mobil tadi masih sempatnya mereka berdua untuk berdebat.
Dan Cheonsa memasuki kelasnya dengan senyuman hangat, ia melihat satu persatu wajah muridnya, hingga terakhir ia melihat wajah Daniel, Daniel yang memasang senyum untuknya merasa pagi ini semakin terasa hangat.
Oh... Senyuman anak-anak membuatnya merasa hangat.
"Pagi anak-anak, aku harap kalian menjaga kesehatan kalian di musim dingin ini."
"Nde... Saem..." teriak mereka semua dengan semangat.
Dan belajar mengajar Cheonsa lanjutkan.
🍑🍑🍑🍑