"Aa— appa... Apa ak—" belum sempat Daniel menyampaikan inginnya, Jungkook beranjak dari kursi meja makannya, hingga berbunyi decitan pada kursi yang ia geser kuat. Daniel terkejut dan menatap lirih punggung appanya pedih.
Daniel membalikkan badannya memegang dadanya sedikit meremas baju seragam sekolahnya, entah kenapa ia merasa bagian dari sumber detak kehidupannya sedikit terasa linu. Jungkook membalikkan badannya hanya untuk mengecek keadaan Daniel.
Air mata bocah itu keluar, dan Jungkook merasa terhenyak ketika melihat pria kecil yang terlihat mirip dengannya itu sedang mencoba menahan sesak disana. Tanpa suara Daniel menahan tangisnya hanya karena takut ada yang mendengar, dan Daniel pun berulang kali mengusap air mata yang telah tumpah, bahu itu bergetar rapuh dan Jungkook jelas menatapnya, namun kaki itu berat untuk melangkah mendekati Daniel.
Berusaha kembali mengabaikan perasaan Daniel, Jungkook melangkah keluar menuju mobilnya, Jungkook tau jika Daniel merasa sakit, merasa pedih disana, dan itu bukan penyakit yang sama dengan mendiang istrinya karena setiap bulannya Jungkook selalu mengcek kesahatan Daniel secara rutin, bagaimanapun ia tetaplah darah dagingnya.
Dalam mengendarai mobilnya, ia sesekali menoleh pajangan foto istrinya yang terlihat tersenyum bahagia.
Jungkook menitikkan air mata lagi, pria itu berusaha mati-matian untuk tak kembali mengingat dimana proses kematian Seolmi.
Berusaha untuk menyayangi Daniel dan lagi-lagi perasaan sakit itu yang Jungkook ingat.
———————
Daniel sedari tadi murung, bahkan ia mengabaikan pertanyaan dari kedua neneknya, yah.. Ibu Jungkook dan Ibu Seolmi memutuskan untuk tinggal bersama dengan Jungkook, karena kedua suami mereka juga sama-sama telah tiada. Bedanya saja Ibu Jungkook hanya memiliki putra tunggal yaitu Jeon Jungkook, dan ibu dari Seolmi memiliki seorang putra, kakaknya Seolmi, Min Yoongi. Dan sudah memiliki istri, bahkan sekali-kali Yoongi akan mengunjungi kediaman Jungkook.
Dan sekarang Daniel telah sampai di sekolahnya, kegiatan Daniel semenjak dini sudah menerima pelajaran atau permainan dari taman kanak kanaknya, dan itu usulan neneknya ibu dari Seolmi, Min Seunha, karena beliau tau bahwa jika dirumah saja, Daniel akan mendapatkan kepribadian yang tak baik untuk masa depannya, meskipun dengan sifat Jungkook yang sudah 7 tahun ini membuat pikiran cucu pertamanya itu sedikit lebih dewasa.
Daniel masih dalam menungnya, bahkan biasanya bocah itu akan selalu menyapa riang teman-teman seusianya, kali ini tidak.
Daniel memilih memasuki kelasnya, menaruh tasnya di meja, dan langsung menelungkup kepalanya menenggelamkan pada tangannya yang sebagai bantalan kepala mungilnya.
Tangis Daniel keluar dan berusaha menggigit bibirnya agar tak ada yang tau jika anak ini sedang menangis.
Bibir kecil itu, bergetar menyebut ibu dalam tangisannya.
Kelas itu sepi hanya ada dirinya, karena anak-anak lainnya lebih memilih menikmati beberapa wahana permainan diluar.
Hingga suara langkah memasuki kelas, Daniel pun tak bisa menahan getaran pada tubuh ringkih yang kecil itu, sampai sebuah tangan menyentuh pundak kecil Daniel dengan lembut, Daniel tersentak dan langsung mendirikan tubuhnya menatap orang yang menyentuh pundaknya dengan air mata yang masih mengalir pada kedua matanya, dan agak sedikit basah di ujung hidung sikecil ini.
"Ada apa? Kenapa menangis eoh?" tanya nya lembut.
Daniel diam tak ingin menjawab karena ia merasa tak boleh berbicara dengan orang asing. Melihat raut wajah ragu dari Daniel gadis yang lebih besar dari Daniel itu memahami situasi enggan dari anak tampan ini.
"Baiklah, maafkan aku yang sudah bertanya masalah mu nak. Lebih baik aku memperkenalkan diri ku, nama ku Kim Cheonsa, dan aku guru baru disini yang akan mengawasi kelas mu, kid." senyum Cheonsa ramah.
Yah.. Cheonsa memilih menjadi guru di disekolah dasar milik teman Taehyung. Karena Cheonsa begitu sayang terhadap anak-anak.
Daniel sudah terlihat santai ketika tau gadis didepannya adalah gurunya, justru makin menunduk dalam dan kembali menangis.
Cheonsa kembali menyentuh lembut pundak Daniel, "siapa nama mu, nak?"
Masih dalam tunduknya bocah itu menjawab parau. "Jeon Daniel, saem." suara kecilnya dapat Cheonsa dengar.
"Sini katakan pada saem, siapa yang menganggu mu?" Cheonsa meraih pipi yang memerah dan gembul lembut seperti mochi itu.
Daniel menatap sendu, dan entah mengapa Cheonsa merasa terpukul dengan tatapan buntalan imut ini.
Daniel menggeleng lemah, "tidak ada yang jahat saem, hanya saja tadi aku ingin appa melihat hasil dari nilai ku minggu ini saem, tapi sepertinya appa tidak mau melihatnya,"
Cheonsa tersenyum lembut mengusap surai coklat alami milik Daniel penuh rasa sayang dan rasa nyaman membuat Daniel menghangat.
"Mungkin, appa Daniel sedang sibuk maka dari itu, ia tak bisa melihat nilai mu, nak. Tidak boleh bersedih, si tampan kecil ini akan terlihat jelek nantinya, seperti adik ku si alien itu."
Daniel tertawa, "apa saem memiliki adik seorang alien?" tanyanya polos.
Dan Cheonsa kembali tersenyum, "hm.. Dia jelek sekali... Hahaha." tawa mereka berbarengan karena Cheonsa menunjukkan wajah aneh yang lucu.
Dan Daniel merasa bahagia yang ia rindukan. Daniel menatap Cheonsa begitu dalam dan mata pria kecil itu berbinar.
"Saem..." panggilnya kembali lirih.
"Nde... Wae?"
"Bagaimana rasanya kasih sayang dari seorang ibu itu?"
🍑🍑🍑🍑
![](https://img.wattpad.com/cover/168055040-288-k691367.jpg)