Setelah mengantar Cheonsa kerumahnya, Daniel dan sang nenek pun pulang kerumahnya. Daniel tidak henti-hentinya memuji bahkan bercerita kembali antusias mengenai Cheonsa pada nenek nya Jeon Nami. Setelah tadi Nami menyuruh Daniel untuk membersihkan diri Daniel kembali menghampiri Nami.
Seunha hanya bisa menggeleng pelan, dan sesekali Nami melirik Seunha, merasa paham dengan hati nurani mereka, karena Daniel berbicara bagaimana tentang sikap Cheonsa padanya, perhatian, hingga dari hal besar ke kecil tak terlewatkan oleh Daniel hanya untuk bercerita tentang Cheonsa.
Daniel merasa sangat tidak bosan, setiap hari ia akan berbicara tentang Cheonsa dengan mata yang berbinar.
Nami dan Seunha tau, jika Daniel memang membutuhkan kasih sayang yang layak, terkadang Daniel melupakan sikap Jungkook karena Daniel kini sibuk membayangkan bagaimana Cheonsa akan memeluknya, atau hanya sekedar mengusap kepalanya penuh rasa nyaman dan hangat.
Dan seperti sekarang, sesudah ia menyelesaikan makan siangnya, ia kembali berceloteh panjang di ruang keluarga yang sangat nyaman itu.
Tanpa menyadari kehadiran Jungkook yang mendengar putra tunggalnya yang masih asik bercerita.
"Aku memang belum pernah melihat eomma secara langsung, menyentuhnya ketika aku bisa mengingat, merasakan bagaimana ia begitu sakit saat memperjuangkan kehadiran ku, tapi aku cukup bangga pada eomma, Daniel bahkan bisa merasakan besarnya cinta eomma pada Daniel, karena eomma mau mempertahankan Daniel."
"Tapi seandainya Daniel tau akan langsung berpisah dengan eomma, dan membuat appa kehilangan bahagianya, Daniel akan berucap pada Tuhan. Sebaiknya Daniel tidak pernah ada saja."
Sukses kembali meneggang, bahkan Seunha dan juga Nami berusaha mati-matian menahan dukanya.
Sementara Jungkook kaku akan pijakannya.
Umur putranya baru 7 tahun, tapi ucapannya seperti anak yang akan beranjak dewasa.
Jungkook melihat Daniel mendekati Seunha, mengusap air mata Seunha dengan penuh cinta.
"Mianhe Seunha Halmeoni, aku telah merebut anak mu," Daniel melirik lagi ke arah Nami. "Mianhe Nami Halmeoni... karena kehadiran ku, appa menjadi dingin dan membuat kebahagiaannya lenyap."
"Meskipun appa membenci Daniel, appa tetaplah appa yang akan selalu menjadi kebanggaan Daniel. Daniel hanya berharap suatu saat nanti Tuhan akan mengabulkan apa yang Daniel mau, yaitu appa yang mengakui keberadaan Daniel."
Nami memeluk Daniel, sementara Jungkook menahan nafas. Percayalah! Pria besar itu kini merasa sulit hanya sekedar untuk bernafas.
"Jangan bicara seperti itu, Halmeoni tidak suka." cicit Nami.
'Oh Tuhan... Bagaimana bisa didalam kediaman kami sendiri, harus merasakan duka disetiap waktu. -Seunha membatin.
"Hihi mianhe Halmeoni, tapi percayalah, aku bisa kembali bangkit karena sekarang aku mendapatkan apa yang ku butuhkan selama ini."
"Daniel berterimakasih pada Seunha Halmeoni dan Nami Halmeoni untuk kasih sayang yang tiaaaaaadaaa tara ini. Hanya saja Cheonsa saem memberikan kasih sayang layaknya seorang ibu, dan Daniel benar-benar bahagia ketika merasakannya."
"Terlebih ketika Cheonsa saem menganggap ku anak."
Seunha menghampiri Daniel, dan mengusap pipi tembem milik Daniel, "jangan menyusahkan saem cantik mu itu, mengerti?"
"Yess captain."
Dan Daniel berlari menuju kamarnya untuk tidur siang.
Sementara Seunha dan Nami pergi meninggalkan ruang keluarga itu. Masih belum sadar akan kepulangan Jungkook.
Raut terkejut dalam wajah tampan itu masih tercetak jelas, ketika Daniel menyebut sebuah nama yang ia sendiri merasa tidak asing. Sebuah nama yang pernah dulunya menjadi belati untuk hidupnya, namun pikiran itu ia coba untuk tepis. Nama seperti itu bukan hanya satu pemilik. Namun entah kenapa ia merasa tidak begitu yakin, hingga membuat bibirnya itu harus merapalkan sebuah nama berulang kali.
"Cheonsa? Kim Cheonsa?"
🍑🍑🍑🍑