Cheonsa tidak fokus dalam pekerjaannya, padahal ia harus menghapal apa yang disuka dan tidak di suka muridnya, apa saja sifat-sifat si buntalan kecil lainnya, namun semua itu tidak bisa ia kerjakan dengan fokus. Bagaimana tidak, pertanyaan Daniel sama artiannya dengan pertanyaan Taehyung kecil dulu, yang bedanya hanya bunyi nya yang terdengar lain, seperti——'akumerindukaneommadanappa, Cheon-ah.'
Namun Cheonsa dapat memahami Daniel dengan waktu yang singkat, perbedaan yang luar biasa antara Daniel dan Taehyung jauh berbeda.
Taehyung merasakan kehangatan, pelukkan, kemarahan, perhatian, candaan dalam seorang ibu. Sementara Daniel tidak.
Dan kembali ia merasa sedikit merasakan perasaan luka ketika teman tempat ia bekerja mengatakan bahwa Daniel sudah tidak memiliki ibu, di tambah ia tidak mendapatkan kehangatan dari sosok seorang ayah, dan pertanyaan nya bagaimana mereka bisa tau?
Tentu saja, dari setiap acara disekolah hingga sampai kunjungan orang tua, mereka tidak melihat ayah Daniel, jika para guru bertanya maka jawaban dari wali Daniel akan mengatakan bahwa sang ayah adalah orang yang sibuk.
'Seriously'-batin Cheonsa.
"Orang tua seperti apa yang tidak memiliki waktu untuk anak-anaknya."
Omelnya entah pada siapa. Dan ia menghela nafas dengan begitu kasar.
"Ku rasa ia adalah orang tua yang buruk."
Cheonsa tak perlu repot-repot menilai ayah Daniel, karena dari sikap enggannya yang memperhatikan Daniel sudah ketebak oleh Cheonsa.
🌺🌺🌺
Jungkook serius dalam pekerjaannya, hingga sekretarisnya masuk membawa beberapa berkas untuk segera ia tanda tangani.
"Mr. Jeon, ada beberapa laporan yang harus anda tandatangani, dan untuk mendapatkan izin anda, manajer keuangan ingin mengeluarkan dana untuk proyek kita Daegu."
Jungkook menatap tak suka dengan sekretarisnya itu, selalu... Selalu berusaha menggoda Jungkook dengan pakaiannya yang sempit itu. Ingin sekali Jungkook membuang sekretarisnya ini, hanya saja Jungkook dapat mengakui kualitas Jung Seyeon dalam menata, menyesuaikan jadwalnya.
Jungkook mendesah pelan, dan sekretaria Jung menatap Jungkook bingung.
"Letakkan saja, aku akan tanda tangani dulu, karena sebelumnya jelas akan kembali ku baca ulang." Jungkook menatap tajam sekretarisnya yang di paksa berdandan seksi itu.
"Baiklah, nanti akan saya ambil kembali." ucap Sekretaris Jung sedikit sebal karena Jungkook tak merespon dirinya.
"Tidak perlu aku akan mengantarkannya pada mu."
"Baiklah mr. Jeon."
Jung Seyeon melangkah pergi, namun sebelum wanita itu keluar perintah Jungkook kembali ia layangkan.
"Jung Seyeon, sebaiknya ubah cara pakaian mu. Karena ini kantor dan bukan bar tempat biasanya kau kunjungi."
Seyeon tersentak mendapati Jungkook yang berkata sarkas tanpa cela sedikit pun.
Skakmatt!! Jelas saja Jungkook itu bermulut pedas, seharusnya Seyeon sadar itu.
Ayolah mau dimana letak muka Seyeon yang sudah jelas ketahuan bahwa gadis itu sedang mengincar Jungkook.
Dan—— ayolah Jung Seyeon tak ada yang tidak tau bahwa kau memang mengincar duda tampan itu.
"Baiklah... Mr. Jeon."
Perginya Seyeon dari ruangan Jungkook mendesah lega.
Bagaimanpun juga ia adalah laki-laki dan memiliki hormon tentunya, hanya saja ia tidak bermain dengan wanita manapun, baginya bermain hal seperti itu sama saja dengan menghianati cintanya pada mendiang istrinya.
Jungkook mengambil bingkai foto Seolmi, tersenyum masam disana.
"Chagi~ kapan kau akan menjemput ku?" lirihnya dan pria itu kembali menitikkan air matanya.
"Aku masih belum bisa menerima kehadirannya, maafkan aku... Jangan membenci ku, dan sebaiknya kau segera menjemput ku."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.