13

3K 229 17
                                    

Jungkook termenung di kamar nya sambil membaringkan tubuhnya menelentang menghadap langit langit dikamarnya. Jungkook selalu menghembuskan nafas beratnya seolah-olah beban itu semakin banyak berada di pundaknya. Belum lagi semua kesalahan mengarah padanya, ini tentang Daniel yang begitu banyak yang membelanya, bahkan melindunginya, sementara pria kecil itu adalah penyebab mengapa Jungkook begitu tidak menganggap keberadaan Daniel di sekitarnya.

Jungkook gila, benar-benar menjadi ayah yang sinting, bahkan bisa saja jika ia dilaporkan pada departemen sosial perlindungan anak, karena telah menelantarkan putra tunggalnya itu, tidak! Jungkook tidak menelantarkan Daniel sepenuhnya, hanya saja Jungkook tidak memberikan kebutuhan yang layak untuk Daniel.

Belum lagi masalah hari dimana ia berdebat dengan Cheonsa, mengetahui fakta yang tak bisa untuk di maafkan.

Apakah ini karma?

Tidak! Jungkook adalah manusia keras kepala, ia tidak akan menganggap kepergian Cheonsa dulu sebagian dari kesalahannya sendiri.

Justru ia beranggapan seharusnya Cheonsa bisa lebih jujur seperti mendiang istrinya.

Jungkook bergumam sendiri.

"Ini serasa tidak adil, kenapa terlalu kejam untuk menghukum ku. Ini bahkan terlalu sulit."

"Ketika semua menginginkan kehadiran Daniel, justru aku menjadi yang tidak bernilai. Bahkan kau mencoba membelanya, Cheonsa."

"Aku tau aku penyebab semja dari kesalahan ini, mianhe... Jebbal mianhe...."

"Bahkan untuk bernafas pun sulit untuk ku."

Jungkook menitikkan air matanya, ia berkali-kali mencoba menahan tangisnya namun tak bisa. Jungkook terlalu rapuh dengan kehidupannya, pria dingin itu benar-benar merindukan sosok seseorang yang selalu mengisi hari-harinya.

Merasa berat dengan masalahnya, Jungkook tertidur dalam tangisnya yang lelah, bahkan Jungkook tak sadar ketika Daniel berada di ujung pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Menampakkan tangisan Jungkook, penderitaannya yang bahkan Daniel tak pernah melihat kerapuhan sang ayah.

Daniel membuka pelan pintu kamar Jungkook berusaha untuk tidak menganggu tidur sang ayah. Jungkook tertidur dengan raut wajah lelah juga rasa tersiksa.

Daniel mendekat perlahan menatap lekat wajah lelah Jungkook yang sedikit pucat, dan sisa sisa air mata itu masih mengalir, Daniel pun mencoba naik keatas ranjang Jungkook perlahan dan merangkak menjaga tidur Jungkook agar tidak terusik dengan kehadirannya.

Ini adalah untuk pertama kalinya Daniel memasuki kamar ayahnya, setelah ia berhasil dan mendapatkan posisi yang pas dan mencoba duduk di sebelah Jungkook, Daniel melihat sekeliling kamar Jungkook memperhatikan tiap detail isi kamar si pemilik. Dan Danniel tersenyum kecut.

"Bahkan appa tidak meletakkan foto ku dalam tiap sudut ruangnya."

Daniel kembali menatap Jungkook yang masih diam dalam tidurnya.

"Appa.... Jika kehadiran ku membuat appa tidak mendapatkan kebahagiaan, maka lenyapkanlah aku, aku lelah melihat kemarahan dan tatapan benci mu untuk ku."

"Aku hanya ingin melihat mu bahagia, appa..."

Daniel meneteskan air matanya, mengusap dengan kuat air mata yang menurutnya itu menyebalkan.

Daniel mendekatkan wajahnya pada kening Jungkook. Mengecup kening Jungkook dengan penuh kasih sayang Daniel pun tak kuasa menahan isaknya, karena ini juga untuk pertama kalinya Daniel bisa mengecup sang ayah yang begitu dingin.

"Mianhe appa... Mianhe telah merebut kebahagiaan appa karena kelahiran ku."













Dan Daniel pun sudah tau penyebabnya



Daniel kembali merangkak menurunin ranjang Jungkook dan setelah ia turun, Daniel segera berlari menutup rapat pintu kamar Jungkook.

Jungkook membuka pelan matanya, dan kembali ia menangis menahan kembali sesak itu. Jungkook bangkit dari tidurnya menepuk-menepuk kuat dadanya. Ia membenci Daniel, sangat membenci Daniel, namun kenapa ia begitu merasa sakit ketika sang putra berkata lirih padanya, bahkan Daniel tak berusaha untuk membalas kebencian Jungkook.

"Tuhaannn!!! Hukum aku!! Ku mohon hukum aku dengan kejam!!!!" Jeritnya mencoba menyalurkan sakitnya.

Jungkook bangun dari tidurnya menyentuh dahinya yang di kecup penuh kasih sayang dari Daniel.

























"Jeon Daniel- nae jageun agi."



🍑🍑🍑🍑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍑🍑🍑🍑

Appa!! Aku merindukan, mu!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang