Jungkook memperhatikan Daniel yang terlelap begitu nyaman pada dada bidangnya, bahkan Jungkook tidak merasakan lelah karena menjadikan dirinya sebagai bantalan untuk Daniel, Jungkook tersenyum mengecup sayang kening Daniel.
Jungkook merasa bebannya telah hilang, bahkan ia kini merasa kokoh, tak ada lagi Jungkook yang di takuti oleh putranya, perasaan menyesal muncul kembali, ia.... Jungkook menyesali perbuatan egoisnya selama ini yang sudah mengacuhkan Daniel, bahkan mengabaikan permintaan kecil Daniel selama ini.
Melihat Daniel tertidur pulas didekatnya Jungkook kembali tersenyum lirih, ia mengingat semua perbuatannya selama ini kepada putranya hingga kembalinya ia bertemu dengan Cheonsa, seolah-olah ini sudah menjadi rencana Tuhan. Jungkook mendesah berat.
"Seolmi, apa kau yang mengirimkan Cheonsa untuk bertemu dengan putra kita?"
"Kau pasti mendengarnya bagaimana ia memaki ku, bahkan menampar ku bukan? Ia mengatakan fasih tentang membenci ku, dan juga kau. Tapi dengan terang-terangan pula ia memberikan kasih kepada putra kita."
"Aku memang tak akan bisa memahami gadis itu, tak pernah semudah memahami mu, Seolmi."
Jungkook tersenyum pilu mengingat masa lalu yang ia sendiri sebab menjadi hancur.
"Tapi aku berterimakasih padanya yang sudah menyadarkan ku, hanya saja semakin aku melihatnya maka semakin kuat rasa bersalah ini karena selama ini aku yang tak tau tentang pesakitannya."
"Maafkan aku Seolmi, sungguh maafkan aku..."
🌺🌺🌺
Dikediaman Cheonsa, Cheonsa sedang menikmati makanannya dengan rasa pahit. Bahkan gadis itu berusaha mati-matian untuk tidak meneror kediaman Jungkook melalui Taehyung.
Taehyung melihat sang kakak yang terdiam dan berbalut kekahwatiran, berulang kali membuang nafas kesal. Ya... Sepulang dari rumah sakit tadi Cheonsa menangis histeris hingga membuat Taehyung harus pulang dari kantornya, karena mendapat telfon dari rumah mereka.
Setibanya Taehyung di rumah Cheonsa berlari memeluk erat Taehyung, belum sempat Taehyung bertanya "ada apa" Cheonsa lebih dulu menjelaskan, dan Taehyung mengerti arah kemana tangisan Cheonsa. Dan wajah bodoh bercampur kesal itu muncul.
Kalian ingin tau apa yang Cheonsa katakan?
Baiklah... Seperti ini.
"Taehyungie.... Daniel terjatuh dari atas tangga dan mengeluarkan darah."
Oke ucapan pertama juga membuat Taehyung merasa cemas juga.
Dan yang kedua.
"Aku meminta pihak sekolah menghubungi Jungkook, takut kenapa-kenapa dengan Daniel. Dan si berengsek itu menyusul."
Dan Taehyung merasa penasaran dengan kalimat ini.
"Lalu ia tiba-tiba saja melunak, tidak menatap Daniel nyalang seperti biasanya, aku pikir ia akan memaki Daniel seperti biasa dan ini berbeda, Tae."
"Jungkook mengajak Daniel pulang, awalnya Jungkook mengajak ku juga untuk pulang dan aku menolak dengan alasan aku sudah di jemput."
"Tapi tidak Tae... Aku memesan taxi online kau tau... Dan mengikuti mereka."
"Karena aku tak percaya pada si gila itu."
"Ternyata mereka tidak pulang, mereka mampir di restoran, Taengie..."
"Dan kau tau apa yang aku lihat saksikan sendiri?"
"Diaa... Si berengsek Jeon bajingan Jungkook sialan, menggenggam tangan Daniel, mengelus luka Daniel, Kim Taehyung."
"Dia benar-benar sudah gilaaaa!!! Aku takut apa yang akan terjadi kepada bocah itu karena perubahan luar biasa itu Taehyung."
"Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?"
Jelas Taehyung memasang wajah petaknya setelah mendengar apa yang sudah di terangkan oleh Cheonsa. Taehyung hanya bisa menatap datar Cheonsa.
"Kau heboh sendiri karena perubahan dari mantan kekasih mu itu? Kau menangis kejang-kejang karena Jungkook berubah? Begitu?"
Cheonsa mengangguk lemah.
"Satu-satu nya yang gila disini adalah kau noona. Dia ayahnya Daniel, oke aku juga terkejut mengetahui perubahannya, tapi itu lah hal baiknya Kim Cheonsa. Berarti ia sudah membuang kebenciannya."
"Kau membuat semua orang khawatir hanya karena masalah ini?"
"Oh Tuhaannnn.... Apa yang ibu ku idamkan ketika sedang mengandung gadis gila ini."
"Yak... Kim Taehyung aku serius!"
"Kau pikir aku sedang melawak, Kim Cheonsa."
Dan itu lah akhir dari percakapan mereka sore tadi, hingga malam ini Cheonsa pun masih tetap merasa resah.
"Makan makanan mu noona, jangan memikirkan yang tidak-tidak lagi,"
Cheonsa menatap sendu Taehyung, dan Taehyung menghela nafasnya lagi, ia mengambil ponsel yang ada di meja makan,
"Apa perlu aku menghubungi Jeon itu, dan mengatakan bahwa kau mencemaskan putra nya seperti manusia yang sedang keserupan, dan membuka fakta bahwa kau adalah kakak ku?"
Cheonsa membola matanya, ia tidak ingin Jungkook tau bahwa Taehyung adalah adik kandungnya. Dan akhirnya Cheonsa menggeleng pelan dengan wajah yang semakin sendu. Dan Taehyung kembali membuang nafasnya pelan.
"Noona... Tidak akan terjadi apa-apa padanya karena kau lah penyebab perubahannya."
Cheonsa menatap bingung Taehyung.
"Ku rasa dia masih menyimpan cinta itu untuk mu. Karena ketika kau menatap kecewa padanya saat menamparnya, ia bergegas mengejar mu dengan raut gelisah."
"Ku kira dia akan membalas mu, maka aku mengikutinya. Ternyata tidak bahkan gerakannya saat kau menangis pun bisa terbaca noona..."
Cheonsa terdiam, bahkan Cheonsa bersikeras agar tak terasuki dengan omong kosong Taehyung.
"Ini nomor ponselnya, tanya saja apa yang sedang dilakukan Daniel agar kau tak seperti ini cemasnya."
Taehyung memberikan nomor ponsel Jungkook dan pergi meninggalkan Cheonsa sendiri.
Cheonsa hanya menatap ponsel Taehyung dengan sedikit merenung.
Memikirkan apa yang diucapkan Taehyung dan berusaha untuk tidak menanggapi apa yang sudah membuat dadanya berdebar.
Cheonsa menyentuh dadanya dan berucap.
"Rasa itu sudah tidak sama lagi, Jung."
🍑🍑🍑🍑
Sedikit pemberitahuan...
Untuk beberapa bulan kemungkinan ak akan istirahat sebentar dalam wattpad.Karena hanya nunggu beberapa hari aja, mahkluk kecil punya ak akan menetas (lahiran)
Jadi ak mohon pengertiannya yaa gais.
Tapi sebisa mungkin kalau ak sempat ak akan lanjutin wp nya..Doain ak dan ma baby baik" aja seblm atau pasca lahiran yaaa...
Dan tolong juga ni kasih bintang dan komen yaa biar ak lebih semangat lagi.
Sampai jumpa sebulan lagi😘
