Daniel melirik Cheonsa, dari jam pertama pelajaran hingga istirihat, Daniel tidak melihat senyum manis milik gurunya itu, yang Daniel tau itu adalah senyuman terpaksa.
Ayo lah.... Daniel itu sudah tau hal-hal yang seperti itu. Meskipun berumur 7 tahun, Daniel sudah cukup bisa untuk merasakan sakitnya.
Dan kini Daniel melihat kesakitan dalam wajah Cheonsa, Daniel mendekat dimana kini Cheonsa sedang menyendiri di taman belakang sekolah mereka. Dan Daniel membawa dua bekal yang sudah disiapkan oleh kedua neneknya untuk Daniel dan juga Cheonsa.
Daniel duduk disebelah Cheonsa dan Cheonsa sadar akan kehadiran Daniel, Cheonsa menatap wajah muridnya begitu dalam dan dengan tatapan sedih juga kecewa semua terbaca oleh Daniel, dan Daniel berpikir apakah dirinya yang telah membuat gurunya ini terluka.
"Saem.. Apa aku membuat mu terluka?" lirih Daniel menatap sayu guru cantiknya itu dan Cheonsa tidak bisa berucap.
"Aku tau... Saem pasti terluka karena diri ku, mianhe... Tapi bisakah saem untuk tidak membenci ku juga?"
"Serasa tidak ada tempat untuk ku."
Daniel menunduk dan memainkan jari-jarinya, Daniel merasa matanya panas, ia tidak ingin menangis dan takut akan membuat Cheonsa akan merasa terganggu, dan Cheonsa tau itu.
Hati itu sempat bimbang. Namun melihat rapuhnya Daniel membuat hati Cheonsa semakin goyah.
Daniel akan beranjak karena ia merasa tak ada respon dari Cheonsa, belum lagi ia melangkah, suara merdu yang Daniel sukai ketika Cheonsa memanggil namanya kini tersenyum lembut menatap Daniel.
"Jeon Daniel..... Kemarilah."
Cheonsa merentangkan tangannya, dan Daniel berlari masuk dalam pelukkannya.
Air mata bocah itu tumpah, tangisannya pecah, bahunya bergetar, dan Cheonsa mencoba memberikan Daniel rasa yang nyaman. Cheonsa tau jika Daniel sudah pada masa limit nya, hanya saja Daniel masih mencoba menahannya.
"Jangan membenci Daniel, saem... Jangan menjauh dari Daniel... Jangan seperti eomma, ku mohon..." isaknya dalam pelukkan Cheonsa dan Cheonsa mengecup kepala Daniel berkali-kali ia begitu sayang dengan Daniel. Ia tidak mempermasalahkan siapa Daniel.
Karena Daniel pun mendapatkan luka yang sama dengannya.
"Akan ku buat ayah mu membayar semua ini."
🌺🌺🌺
Cheonsa berjalan angkuh memasuki perusahaan property terbesar di dunia itu, Jeon.J Crop.
Mengabaikan para staf dan mencoba menerobos petugas yang merasa khawatir dengan tindakan konyol gadis yang mereka tidak kenal itu, dan tanpa bertanya Cheonsa memasuki lift, ia mencari ruangan president perusahaan itu dari tombol lift dan dapat!
Sampainya ia di lantai di mana ruang kerja Jungkook, kali ini ia di hadang oleh wanita yang memakai baju ketat, bisa di yakini bahwa wanita ini sekretaris perusahaan.
"Maaf anda ingin mencari siapa?" tanya Seyeon sedikit sakras menatap sinis Cheonsa dan Cheonsa memberi tatapan tajam pada Seyeon.
"Disamping mu ini pintu ruang masuk Jeon Jungkook bukan? Aku ingin bertemu dengannya." ucapan tegas Cheonsa membuat Seyeon kesal bukan main.
"Anda harus membuat janji terlebih dulu,"
Dan Cheonsa mendecih tak suka. "Tidak perlu membuat janji pada bajingan sialan itu." dan saat itu juga Cheonsa membuka pintu kerja Jungkook dengan kasar, dan Seyeon mencoba menarik tangannya mencoba menghentikan aksi Cheonsa.