Kareena Putri Pranoto, biasa di panggil dengan sebutan Karin adalah salah satu Atlet dari cabang olahraga Bulutangkis yang sudah banyak menorehkan prestasi di berbagai kancah internasional.
Memasuki pelatnas Cipayung pada umur 13 tahun pergi dengan niat besar dari Jogjakarta untuk menjadi pemain bulutangkis terdidik dan berpengalaman.
Umurnya sekarang hampir menginjak usia 22 tahun, hampir menghabiskan 8 tahun lebih hidupnya di tempat ini dengan rutinitas yang padat dan melelahkan.
"Jorjiii!" Gue yang sedang di luar pintu kamar meneriaki Gregoria yang masih ada di dalam kamarnya, meminta celana pendek gue yang tertinggal di atas kasur. "Kenapa sih kaak?" Saut Gregoria dari dalam kamar, menghampiri Karin dengan handuk yang tersampir di lehernya.
"Minta tolong ambilin celana pendek gue yang diatas kasur dong, yang warnanya hitam itu" Gregoria menurut, mengambil celana gue dengan muka bantal yang membuatku gemas.
Gue dan Gregoria terpaut satu tahun, tapi gue lebih dahulu masuk ke Pelatnas, gue bermain di sektor ganda wanita bersama Adriyani Calista. Kami berdua sudah dipasangkan hampir 3 tahun lamanya.
"Pagi Coach" sapa gue pada Coach, meletakkan tas raket yang berisi baju ganti, dan raket cadangan. "Pagi, udah sarapan belum?" tanya Coach Eng Hian, coach Eng memang perhatian sama gizi kami semua, takut jatuh sakit kalau gak terjaga katanya.
"Belum, bosen sama kantin pelatnas, makanannya itu-itu aja coach" jawab gue santai, coach Eng malah melihat sekitar lapangan. Disana ada sektor ganda putra yang sedang berlatih.
Ada A Fajar dan Mas Rian yang sedang sibuk memunguti shuttlecock, juga ada Ko Sinyo yang sedang mengelap keringatnya yang terus mengalir, juga ada pasangannya, Karin membenci pria itu hingga enggan menyebutkan nama pria itu, pasalnya pria itu adalah orang yang paling aktif mengerjai dirinya tanpa tau waktu.
"Vin!" teriak Coach Eng, membuat yang diteriaki menoleh. "Kenapa Coach?" jawab Kevin yang berjalan pelan ke arah tempat kami latihan.
"Anterin Karin beli sarapan dulu dong, kasian nanti anak Coach sakit, belum sarapan dianya" NGENG?! Gue yang lagi nguncir rambut gue yang lumayan panjang langsung noleh ke arah Coach Eng yang cuma menaikan bahunya. "Coach apaan siii, beneran tadi aku udah minum susu pisang tau, tanya Mba Wid aja coba, dia ngeliat aku minum susu pisang" gue ogah, ogah banget jalan sama si tengil ini.
"Susu pisang juga gak sebanding gizinya kan Coach, buat energi yang dikeluarkan atlit, iya gak sih Coach?" Bodoamat, Kevin Sanjaya ngeselin banget, terserah. "Udah sana," Coach Eng mendorong gue pelan ke arah Kevin berdiri, ini si Riani mana coba jam segini belum dateng, biasanya kan dia yang menyelamatkan hidup gue dari si tengil ini.
Gue dan Kevin pergi ke parkiran pelatnas yang disana udah ada mobil Mustang kepunyaannya yang gue akuin emang keren banget, tapi gak cocok sama kepribadiannya yang gak jelas.
"Silahkan tuan putri," TUH KAN! Gimana coba gue gak kesel sih, dia tuh ngisengin gue mulu, dia sok baik ngebukain pintu sebelah kiri tapi dia malah ngedorong gue, ya walaupun gak kenceng kan kesel. "Diem gak lo, nanti gue bikin cedera lo Vin" gue udah duduk diem sambil mainin HP, si Kevin mah gatau dah ngapain aja suka-suka dia.
"Rin, liat gue dah" gue yang di panggil ya pasti nengok dengan tatapan kesel.
CKREK
"NGAPAIN LAGI SIH LO KEVIN! LAGI NYETIR JUGA" gue ngomel bukan karena di foto, bodoamat deh difoto, tapi ya massa dia main hp pas lagi nyetir, kan gak ada otaknya.
"Mau makan apa? Jangan junk food kata Coach" tanya Kevin, ya gue juga tau kali. "Ayam geprek super pedes" jawab gue tanpa mengalihkan perhatian gue pada ponsel yang lagi gue mainin.
Kita berdua udah nyampe di restoran artis yang jualan Ayam Geprek pedes hits itu. "Dah nyampe, tungguin, parkir dulu" gue turun dan nungguin Kevin di depan restoran. "Lagi kenapa sih aneh banget pagi-pagi makan yang pedes gini?" tanya Kevin ke gue. "Lo pesen yang gak pedes aja, nanti sakit perut" ini gue bukan sok perhatian, tapi nih anak emang gabisa makan pedes pedes.
Gue dan dia memesan ayam geprek level 10 buat gue sama ayam geprek level 1 buat Kevin. Kami berdua gak memulai membuka percakapan apapun, karena emang lagi sibuk masing-masing dengan ponsel.
'Ting'
Itu notif dari HP gue, dari Riani yang mengabarkan gue bahwa hari ini dia gabisa latihan karena meriang dari tadi malam.
Gue memutuskan untuk menelpon Riani, untuk menanyakan keadaannya saat ini.
'Heh, kok bisa?!' padahal Riani saja belum memulai percakapannya dengan Halo.
'Biasa, asam lambung gue naik, terus abis itu lagi bulanan, nyeri sama pusing, yaudah gitu'
'Udah bilang Coach?'
'Udah, paling lusa gue latihan lagi'
'Yaudah cepet sehat lo anjir, jangan suka ngagetin orang'
'Oke sayangku, good luck jalannya sama Crazy Rich Ciumbrella ya'
'Bodoamat, tau dari mana lo'
'...'
Sialan, ditutup sama si Riani.
"Siapa?" tanya Kevin. "Tuh si Riani, meriang katanya, gak latihan" Kevin cuma mengangguk. Pesanan kami berdua sudah disajikan, gue semangat makan pedes-pedes sedangkan Kevin yang ngeliat ayam gue yang melimpah cabenya cuma bisa menggelengkan kepalanya.
"Vin, minum lo buat gue ya, sumpah ntar lo pesen yang lain aja, pedes banget" gue bodoamat, mau segelas sama si tengil, gila pedes banget man. "Lo tuh udah tau pedes juga, masih aja dimakan" Kevin kesel juga ngeliat gue yang kalo makan pedes mukanya seperti bukan manusia lagi.
Gue dan Kevin udah selesai makan, dia masih nungguin gue meredakan panas yang ada di leher dan nunggu bibir gue gak seksi kaya Kylie lagi sambil main handphone.
"Siapa yang kepedesan?"tanya Kevin yang bisa dipastikan lagi ngevideoin gue. "Bodoamat, Vin Ice Lemon lu gue minum lagi ya" gue asal ambil aja minuman yang tadi dipesan pas gue ngerampas minuman sebelumnya.
Kevin sudah membayar makanan pesanan mereka tak lupa untuk memesankan beberapa untuk temannya di asrama.
"Vin kan gue yang ngajak, kok lo yang bayarin sih?" tanya gue, ya iyalah gue gak enak, udah nih anak gue marahin mulu, gue pesen makanannya banyak, eh dia yang bayarin. "Gapapa yaelah, kayak sama siapa aja sih lo" jawab Kevin santai mencoba menaruh makanan yang dibungkus ke kursi belakang.
"Makasih ya Vin" nih tumben-tumben gue ngomong baik sama Kevin, biasanya dia bikin gue naik darah terus. Kevin cuma ngangguk aja kaya patung kucing di toko emas.
Kita berdua udah nyampe di parkiran pelatnas Cipayung, gue yang tahu diri bawain makanan yang dibungkus tadi ke dalam, meninggalkan Kevin yang lagi markir mobilnya.
"A, Masjom, nih" sodor gue, Fajar cuma senyum senyum sendiri, bikin gue mual liatnya. "Ngapain lo A? Kesambet ya Masjom temenmu ini?" Masjom cuma geleng-geleng pake senyum gak jelas juga, ini kenapa sih?
"CIE KARIN DI UPLOAD DI SNAPGRAM KEVIN, DI HIGHLIGHT LAGI" teriak Ihsan, HAH?! APAAN? Telinga gue gak salah dengar kan ya? Si Kevin kenapa lagi coba?
"Bacot san, bacot" gak peduli, bodoamat, IG dia juga, suka-suka dia.
Gue sekarang latihan sendirian tanpa Riani, cuma 4 jam tapi berhasil membuat baju gue yang tadinya kering jadi basah kuyup oleh keringat yang keluar dari tubuh gue.
"Udah dulu latihannya hari ini" ucap Coach Eng, gue ngangguk, pergi ke pinggir lapangan ambil minuman Isotonik yang bisa menggantikan cairan tubuh gue yang hilang waktu latihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story
Фанфик𝐈𝐟 𝐢 𝐜𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐠𝐢𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐨𝐧𝐞 𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐢𝐧 𝐥𝐢𝐟𝐞, 𝐢 𝐰𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐠𝐢𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐡𝐞 𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐲 𝐭𝐨 𝐬𝐞𝐞 𝐲𝐨𝐮𝐫𝐬𝐞𝐥𝐟 𝐭𝐡𝐫𝐨𝐮𝐠𝐡 𝐦𝐲 𝐞𝐲𝐞𝐬, 𝐨𝐧𝐥𝐲 𝐭𝐡𝐞𝐧 𝐰𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐲𝐨𝐮 𝐫𝐞𝐚𝐥𝐢𝐳𝐞 𝐡𝐨𝐰 𝐬𝐩𝐞𝐜𝐢𝐚...