Di hotel, gue memikirkan bagaimana rencana bertahan gue atas semua hal yang dia coba lakukan untuk perjuangin gue.
Dan, Daniel ada di dalam rencana pertahanan gue, salah gak sih kita manfaatin orang lain? Gue janji ini bakal sulit bagi Kevin, karena gue untuk sampai detik ini belum bisa terima sama apa yang dia lakukan, terlalu menyakitkan untuk gue.
Hari ini gue dan Zoya sedang bersiap untuk laga final yang berlangsung setelah Kevin dan pasangannya selesai. Gue yang masih asik main biliar di Hago gak menghiraukan teriakan nyaring dari supporter Kevin di luar lapangan.
Saat ini laga gue dan Zoya sedang berlangsung, kami kewalahan menghadapi lawan di depan karena lawan sangat gesit dan lincah, sedangkan gue agak lambat dikarenakan cedera kecil di kaki karena pertandingan kemarin.
Pertandingan makin sengit ketika gue memimpin perolehan poin, dan mereka semakin semangat saat melihat gue sesekali meringis kesakitan, sedangkan Zoya mati-matian berusaha memperbanyak selisih poin kami.
"Ayo Rin, kamu pasti bisa," teriak laki-laki di kursi penonton paling depan dengan keras, Daniel.
Gue dan Zoya berhasil memenangkan pertandingan ini dengan susah payah karena gue merasa cedera kaki gue mulai bertambah dan lebih parah dari kemarin.
Gue dan Zoya menerima medali sekaligus tas raket, setelah sesi foto dan salaman selesai, gue dan Zoya pergi ke belakang untuk beristirahat sejenak kemudian melanjutkan untuk mandi dan pulang ke hotel.
Kali ini Zoya malah jalan sama Darren, dan gue malah dititipkan sama Daniel, memang tipikal Zoya itu sembarangan, gila aja gue segede gini masih dititipin ke Daniel?
Gue selesai mandi dan menghampiri Daniel yang duduk di kursi tunggu para pemain, disuruh si Zoya kampret itu.
"Niel? Lo ada acara atau kegiatan abis ini atau gimana?" tanya gue sembari memakai lotion pada tangan dan lengan gue.
"Gue gak ada acara sih, mau jalan?" Tanya Daniel, gue ngangguk aja sambil beresin tas raket.
"Rin," sapa seseorang yang gak tau muncul dari mana, gue cuma noleh dan sisanya ada Kevin udah rapih dengan kaos Yonexnya serta celana jeans.
"Sorry, Daniel, Karin pulang sama gue," sela Kevin tiba-tiba.
Kevin langsung menarik tangan gue sesaat setelah gue ngambil tas raket, gue bahkan belum pamit dan bilang apa-apa sama Daniel. Kevin udah gila kali ya?
"Santai aja Vin, lo kok gitu sih?!" tanya gue sembari mencoba melepaskan genggaman tangannya di tangan gue yang lengket karena lotion.
"Gue cemburu," ucap Kevin asal, matanya memerah kesal.
"Gue sakit hati di selingkuhin" balas gue cuek, membuat dia skakmat gak berani ngomong.
Gue langsung masuk ke mobil biru kesayangan Kevin.
Kevin menyetir mobilnya sambil sesekali melirik ke arah gue, gue akui gue masih sayang banget sama nih orang, tapi gue belum bisa buat memulai lagi.
"Vin! Ini kita mau kemana?!" tanya gue saat menyadari mobil Kevin masuk ke arah tol.
"Pantai," jawabnya, yang buat gue shock setengah mati karena gak bawa baju ganti sekaligus bikini atau apapun itu.
"Gue gak bawa baju ganti Vin, jangan sembarangan ah ilah" keluh gue yang masih mikir betapa gak masuk akalnya ajakan ke pantai siang siang gini.
"Enggak, aku boong, mau ngenalin kamu sama temen jetski aku," ujar Kevin dengan pandangan serius dengan jalanan dihadapannya.
Gue manggut-manggut aja, Kevin mau ngenalin gue sama selingkuhannya? Waduh, gue belum isi tenaga buat berantem kalo nanti diserang.
"Mau di kenalin ke pacar lo? Aduh, Vin, kayaknya gue gak ada waktu deh," balas gue, padahal dalam hati sebenarnya kesal setengah mati.
"Siapa juga yang mau ngenalin, aku udah putus" jawabnya, oh jadi bener mereka putus.
"Oh gitu, percuma dong pacaran sama dua orang kalo putus dua-duanya?" ungkit gue, sengaja memperburuk kondisi hatinya.
Seperti yang kalian lihat, gue gak akan membuat ini semua mudah bagi Kevin. Gue akan terus menerus mengungkit masa lalu yang dia lakuin terhadap gue sampai gak berkutik dan frustasi, sampe disitulah gue baru mau maafin dan mulai yang baru sama seorang seperti Kevin Sanjaya lagi.
"Vin, stop doing this to me, we're already over, and it's all your faults,"
"As you can see, you grow up with me,
Vin, it's because we're fuckin' growing up in same place, we're already know about each other life, you know this is my first relationship, and you already give me this fuckin' feelings" ucap gue menyala-nyala, mata gue sudah gue yakini berwarna merah dengan tatapan nyalang ke arah Kevin, honestly, i wanna cry out loud right now.Kevin diam, lebih ke gak sanggup berkata-kata lagi.
"If you really love me, prove it, Vin," suara tegas gue berkurang, tergantikan dengan air mata yang sepertinya mengalir dengan baik disertai suara sesenggukan.
"How am i supposed to prove it?" tanya Kevin sembari meraih tangan gue yang asik melintir ujung baju gue.
"Do you want to be Volunteer like me?" tanya gue.
Gue memutuskan untuk menghabiskan waktu liburan menjelang tahun baru ini dengan menjadi relawan untuk selat Sunda, setelah menyatakan niat gue ke Mama dan Papa, mereka membolehkan gue untuk pergi membantu orang yang mungkin butuh pertolongan.
Walaupun sudah 2 hari pasca bencana, dan bantuan dari berbagai pihak sudah tersalur, di hati kecil gue yang paling dalam terus menerus menyuruh gue untuk membantu mereka.
Dan, lusa gue akan berangkat ke tempat kejadian bencana dengan beberapa sembako.
"Yes, i do" putus Kevin final, dan dengan itu, gue pikir it's easy to falling love with him again.
"Selesai jadi relawan disana, gue akan liat lo, dan keseriusan lo" gue menggenggam tangan Kevin erat, menyalurkan keresahan hati gue saat gak lagi sama dia.
Kita malah berujung makan di tempat makan yang in the middle of nowhere.
"Mau makan apa?" tanya gue ke Kevin yang malah asik nyender ke gue.
Rasanya seperti gue dan dia malah lebih jadi orang"pacaran" setelah putus daripada pacaran kemarin, mungkin itu semua karena cara nembak dia yang gak masuk di akal, dan cara pacaran gue yang canggung because this is my first time in relationship juga, jadi pacaran kami lebih gak masuk akal aja.
"Ada kepiting gak?" tanya dia yang masih asik main mobile legend sambil nyender.
"Ada, mau?" tanya gue, Kevin cuma ngangguk aja.
Sembari menunggu makanan, gue asik mencoba menghubungi Jorji dan Riani yang sedang pulang ke rumah orang tuanya.
"Jangan deket sama Daniel," ucap Kevin tiba-tiba.
"Dia kan temen gue," jawab gue menoleh pada Kevin.
"Dia mau pdkt sama kamu," jawab Kevin cuek.
Sebenarnya pun, gue udah merasa Daniel seperti mendekati gue sih, tapi karena gue kaku dan gak mengerti begituan, sekaligus sadar diri bahwa tipe dia sepertinya gak setara sama gue, jadi gue memutuskan untuk pura-pura bego.
![](https://img.wattpad.com/cover/168353838-288-k924339.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Story
أدب الهواة𝐈𝐟 𝐢 𝐜𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐠𝐢𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐨𝐧𝐞 𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐢𝐧 𝐥𝐢𝐟𝐞, 𝐢 𝐰𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐠𝐢𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐡𝐞 𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐲 𝐭𝐨 𝐬𝐞𝐞 𝐲𝐨𝐮𝐫𝐬𝐞𝐥𝐟 𝐭𝐡𝐫𝐨𝐮𝐠𝐡 𝐦𝐲 𝐞𝐲𝐞𝐬, 𝐨𝐧𝐥𝐲 𝐭𝐡𝐞𝐧 𝐰𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐲𝐨𝐮 𝐫𝐞𝐚𝐥𝐢𝐳𝐞 𝐡𝐨𝐰 𝐬𝐩𝐞𝐜𝐢𝐚...