Beberapa hari setelah Indonesia open, gue dan Kevin kembali disibukan dengan acara pernikahan yang akan digelar seminggu setelah Indonesia open.
Kami berdua sibuk nyari catering, cari tempat, cari gaun, cari gereja, cari hal yang biasa dicari pas orang nikah deh. Rumah yang Kevin bangun juga sebagian udah diisi sama perabotan, tentu saja gue yang sibuk ngisi.
Keluarga gue dan Kevin hari ini datang ke Jakarta, dan disinilah gue dan Kevin, jemput mereka dengan mobil terpisah, karena kami benar-benar akan menikah besok pagi.
Rencana hari ini adalah, pergi ke salon bersama mama dan mama Nia, dan menulis surat untuk dibacakan di altar buat Kevin.
Mama dan papa, juga Yusuf dan Bagas berjalan keluar, gue dan Kevin menyambut mama hangat, setelah memeluk mereka, Bagas si paling kecil sudah ada di gendongan gue.
"Mama Nia, udah sampai?" tanya mama gue pada Kevin.
"10 menit lagi ma, ke kafe dulu deh, duduk, kalian pasti capek" ucap Kevin, sembari membantu menarik koper besar.
Gue memesan minuman untuk keluarga gue dan Kevin, sedangkan Kevin lagi cari tempat duduk yang cukup luas untuk keluarga kami berdua.
Setelah membayar kue dan minuman, gue dengan Bagas yang malah tertidur pulas di gendongan menghampiri Kevin, untuk menjemput keluarga Kevin.
"Ayo, jangan sampe mama nungguin" ucap gue.
"Sini Bagas, aku yang gendong Rin" ucap Kevin yang gue balas dengan gelengan.
"Nanti bangun Kevin, udah ayo," ajak gue.
"Ma, yah, jemput mama sama papa dulu ya sebentar" ucap Kevin pamit yang diangguki oleh mama dan papa.
Mama Nia dan Papa Sugi berjalan ke arah kami berdua. Mama Nia memeluk gue, tentu saja dengan pelan karena gue menggendong Bagas.
Kami semua lagi bincang hangat di ruangan privasi di kafe, yang diminta Kevin.
Kevin lagi bercanda sama Yusuf, sementara kedua orang tua kita lagi ngobrol.
"Ayo, kan kamu mau pergi ke salon sama mama" ajak Kevin yang Bagas sudah diambil ke gendongan Kevin.
"Iya ayo," ajak gue.
Gue, mama Nia, dan mama gue, lagi di salon, katanya calon pengantin harus perawatan biar segar pas hari pernikahan, kalo gue sih ikut apa yang mereka bilang aja.
Sedangkan, kubu pria pria pulang sendiri bawa mobil gue, karena Kevin juga harus rapihin potongan rambutnya sebelum besok hari-h.
Setelah gue, mama, dan mama Nia selesai perawatan, Kevin jemput kami bertiga untuk balik ke hotel. Di hotel, gue gelisah banget buat pernikahan kita berdua besok, gue bahkan belum makan sama sekali sampai jam 6 sore ini, gue frustasi saat tahu kalo gue harus menulis surat untuk Kevin yang bahkan udah memnyia-nyiakan beberapa kertas yang gue pikir terlalu menggelikan.
Untuk masa depanku, Kevin Sanjaya Sukamuljo.
Berakhir berjodoh dengan kamu tak pernah terlintas dalam benakku, terlalu tak terpikirkan bagiku berjalan beriringan dengan kamu di atas altar.
Rasanya asing sekali, pasalnya aku mengenalmu sudah 9 tahun lamanya, menyadari bahwa kita mungkin hanya akan berakhir sebagai orang yang saling kenal saja, dan hingga akhirnya kita berdua disini malah berakhir membuat perjanjian dengan Tuhan dan disaksikan oleh orang banyak.
Untuk Kevin, aku tak pernah menjanjikan kebahagiaan akan selalu menjadi teman dalam pernikahan kita, tapi aku berjanji kita akan berduka, lalu melewatinya bersama-sama.
Kevin mungkin aku bukanlah orang yang sempurna, namun biarkanlah aku menjadi sempurna dengan segala upaya yang kulakukan.
Terimakasih karena mau menjadi suamiku.
Sounds cheesy, right? Terserah deh, gue udah gak ada ide buat bikin kata-kata romantis ala-ala buat Kevin.
Bel kamar gue bunyi terus-terusan, bikin gue jalan ke pintu sambil menghentakkan kaki sebal, ya abis ganggu aja orang lagi main SMtown superstar.
"Makan Rin," Kevin menyambut gue dengan muka galaknya, yang malah jadi gemesin menurut gue.
"Apaan sih Vin, lagi main nih" sungut gue yang lagi di geret ke restoran hotel sama Kevin, tapi tetap gak mengalihkan pandangan dari ponsel yang masih asik mainin game.
"Udah tau besok mau nikah, masih sempet-sempetnya kamu ya gak makan dari pagi?!" omel ibu tiri alias Kevin.
"Iya Bu maaf," ledek gue sebal pada Kevin yang masih asik bersungut-sungut, sedangkan gue juga gak kalah kesal karena messed up beberapa nada dan berakhir dapet 2 bintang.
"Iya maaf Kevin, tadi belum mood makan, sekarang baru laper" ucap gue sambil menyumpit tempura dan mengunyahnya.l, sedangkan Kevin masih asik nyuekin gue, katanya kesel sama kebiasaan gue yang makan kalo mood doang.
"Mbak Wid nelfon aku nih Rin," ujar Kevin setelah mukanya udah gak garang lagi sambil nyodorin ponselnya yang lagi berbunyi.
'Halo mbak?'
'Mbak sama yang lain ke restoran aja ayo, makan dulu'
'Iya, ini aku masih sama Kevin kok mbak,'
'Oke mbak, aku di pojok ruangan ya'
"Mbak Wid sama yang lain nyamperin, mau makan dulu biar sekalian langsung istirahat aja. Besok bangunnya pagi banget soalnya, aku mau dandan, pasti gak sempat sarapan" ujar gue yang dibalas anggukan kepala dari Kevin yang lagi ngunyah fish and chips gue.
"Halo calon pengantin" sapa mbak Wid rame, membuat gue terkekeh geli melihatnya.
"Makan dulu dong kalian," ajak gue pada pasukan mbak Wid yang berisi Riani, Jorji dan Melati.
"Halah, mbak Wid mah gak usah disuruh juga udah pasti" ledek Kevin yang dihadiahi pelototan tajam dari mbak Wid.
"Berisik, lemes banget punya mulut" balas mbak Wid.
Emang dua orang yang layaknya musuh bebuyutan ini gak boleh disatuin, kalo disatuin pasti gini, debat terus.
"Kevin udah ih, kasian mbak Wid nya" ucap gue sambil mencubit pinggangnya.
"Eh katanya temen kamu ada satu lagi Rin? Mana?" tanya mbak Wid yang lagi makan hakau udangnya.
"Lah iya, Zoya tadi ngabarin udah otw daritadi kok belum sampe ya?" ujar gue sibuk bertanya-tanya, pasalnya Zoya udah bilang mau jalan dari 1 jam yang lalu dan belum ada sampai sekarang.
"Rin" baru aja gue mau menghubungi ponselnya, orangnya udah nongol dengan polos di depan gue sambil senyum-senyum canggung.
"Vin, temen aku yang waktu itu kamu liat, Zoya" ujar gue pada Kevin, mengenalkan Zoya.
"Mbak Wid, Jorji, Melati, namanya Zoya, temenku tanding kemarin" ujar gue pada yang lain.
Setelah selesai makan malam, kami semua pergi ke kamar masing-masing, gue dan Zoya sekamar karena mungkin dia bakal canggung kalo sama anak-anak pelatnas.
Rencananya, jam 3 pagi kami cewe-cewe udah harus bangun buat mandi, luluran, makeup dan hair do juga segala macam perintilannya. Acara pemberkatan pernikahan intinya dimulai jam 10 pagi. Tapi, sebelum itu kami punya banyak hal yang harus dilakukan sebelum pemberkatan seperti temu pengantin, langkahan, dan masih banyak lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story
أدب الهواة𝐈𝐟 𝐢 𝐜𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐠𝐢𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐨𝐧𝐞 𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐢𝐧 𝐥𝐢𝐟𝐞, 𝐢 𝐰𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐠𝐢𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐡𝐞 𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐲 𝐭𝐨 𝐬𝐞𝐞 𝐲𝐨𝐮𝐫𝐬𝐞𝐥𝐟 𝐭𝐡𝐫𝐨𝐮𝐠𝐡 𝐦𝐲 𝐞𝐲𝐞𝐬, 𝐨𝐧𝐥𝐲 𝐭𝐡𝐞𝐧 𝐰𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐲𝐨𝐮 𝐫𝐞𝐚𝐥𝐢𝐳𝐞 𝐡𝐨𝐰 𝐬𝐩𝐞𝐜𝐢𝐚...