Gue dan Riani terus saja mencoba mengendalikan diri kami, mencoba tenang agar tidak banyak membuat kesalahan di babak kualifikasi ini.
Kami berdua unggul di permainan pertama, dan mencoba untuk mempertahankan game kedua karena perolehan poin kami yang berbeda 3 angka, unggul dari pasangan ganda putri asal India.
Tak
Tok
"INDONESIA!" suara teriakan para suporter Indonesia yang menggema di stadion.
"YES!!" teriak gue dan Riani berbarengan, karena bola yang dilempar lawan keluar lapangan, itu artinya kami berdua berhasil masuk ke babak selanjutnya.
Setelah bersalaman dengan umpire, servicenya judge dan lawan, gue menenteng tas raket badminton gue menuju belakang, Kevin udah lebih dulu main daripada gue, jadi mungkin dia sama Koh Sinyo udah balik ke hotel.
Gue menghadapi evaluasi permainan dari coach sebelum balik ke hotel untuk mendapatkan istirahat yang cukup untuk pertandingan besok hari.
Sesampainya di kamar hotel, gak ada siapa siapa karena Jorji tanding malam hari sekitar pukul 1 malam, sedangkan kak Glo pun main sebelum Jorji, dan jadilah gue sendirian di kamar hotel.
Gue sibuk mescroll beberapa berita terbaru di post-an akun gosip favorit gue, ada satu postingan dari cewe yang konon katanya pernah digosipkan dekat dengan Kevin Sanjaya, iya dia Maria Selena.
Jujur, hati gue kayak ada yang ganjil, ada rasa sesak yang menyusup, tapi itukan cuma gossip.
"Fokus fokus Rin, lagi ada kompetisi iniii" ceramah gue pada diri sendiri.
Gue memutuskan untuk langsung istirahat, karena Riani dan gue besok akan menghadapi ganda putri dari China yang memang bagus, 3 langkah lagi kami berdua bisa masuk ke final.
Pagi hari, gue udah turun kebawah sebentar untuk sarapan bareng Riani dan Coach, banyak masukan dari coach Eng untuk pertandingan kali ini.
Saat gue dan Riani lagi ngobrol, sedangkan coach Eng sedang mengambil sarapan paginya, Kevin lewat di depan meja gue sama Riani, sedang asik menelfon seseorang disebrang sana, yang gue yakini bukan mamanya, karena dia ngomong aku-kamu.
Gak ngerti apa yang salah, gue jadi kesel liat dia yang bahkan ketawa ngakak waktu lagi ngobrol sama lawan bicaranya di telfon, dan gak pernah ketawa sama gue?!
"Inget! Fokus Rin, jangan dipikirin dulu ya" ingat Riani yang tau kalo gue pasti keganggu sama percakapan Kevin.
"Iyalah! Harus profesional" bohong gue, tapi gue memang harus fokus sekarang.
Kami berdua sedang sibuk menghela nafas panjang di waktu istirahat, kami kalah di game pertama, dan menang di game kedua, sekarang kami harus menjalani rubber game atau game ketiga.
"Rin, kita pasti bisa" ingat Riani pada gue, yang mungkin sudah kehilangan fokus karena otot kaki gue yang mulai keram sedikit demi sedikit.
Gue mengangguk, meneguhkan diri buat kembali ke lapangan untuk melanjutkan pertandingan.
Tak
Tok
Gue dan Riani terus menerus melakukan serangkaian serangan balik, gue mulai main bola bola pendek, dan pasangan lawan yang terlihat seperti sudah terlalu lelah melayani serangan kami berdua.
Poin saat ini deuce 21-21, kami perlu dua angka lagi untuk memenangkan pertandingan ini.
Tak
Smash Riani berhasil menembus pertahanan lawan, membuat suasana makin tegang dan suara teriakan suporter Indonesia semakin menggema membuat semangat gue naik lagi.
Tak
Tok
Tak
Tok
TAK
Kali ini gue berhasil memberi smash tajam ke mereka dan langsung berlari menuju ke pelukan Riani, melempar raket saking senangnya.
Coach menepuk pundak kami berdua saat menuju ke belakang, mengacungkan jempol kepada kami berdua.
"Riani, tinggal beberapa step lagi, ayo berjuang lebih keras lagi" semangat gue, gue bahkan lupa sama pikiran gue tadi pagi, untuk saat ini fokus gue bener bener harus dijaga.
"Iyaa, besok siangnya kan free nih abis latihan, jalan berdua gue aja yuk. Cari oleh-oleh" tawar Riani, yang gue angguki dengan semangat.
Di kamar hotel gue mendapati kak Glo yang lagi dengerin lagu dengan mata sembab dan pipinya yang merah, dia memang gak bisa lanjut ke babak selanjutnya.
"Kak," gue memeluknya sambil mengusap pelan punggungnya.
Kak Glo masih menangis di pelukan gue, gue tau dia mencoba menabahkan hatinya sebisa dia.
"Kak, comeback stronger than before, Karin yakin kakak kuat" ujar gue, kak Glo senyum kearah gue.
"Iya, makasih ya Karinku" balas kak Glo mengusap usap kepalaku.
"Pulang ke pelatnas Cipayung, aku masakin kak Glo deh biar semangat! Janji aku" usul gue pada kak Glo.
"Bener ya?! Udah janji loh" gue mengangguk.
Kak Glo akan balik besok hari ke Indonesia, diberikan libur oleh pelatih untuk istirahat sebelum menghadapi pertandingan selanjutnya.
Jadilah besok hari dikamar ini cuma ada Jorji dan gue.
Tiba-tiba saja gue merasa kepikiran untuk menghubungi Kevin yang hampir 2 hari gak ngabarin gue sama sekali, jujur aja feeling gue gak enak sama dia.
"Halo?" Tanya Kevin mengawali pembicaraan.
"Halo Vin, ini aku" jawab gue.
"Iya aku tau ini kamu, ada apa?" balas Kevin.
"Memangnya harus ada apa-apa cuma buat nelfon kamu?" tanya gue yang mulai kesel ngomong sama dia.
"Ya enggak sih, kangen ya?" tanya Kevin yang bikin gue mendengus kesal mendengarnya.
"Males banget" elak gue.
"Aku jemput ke kamar, keluar yuk nyari es krim" tawar Kevin yang langsung disanggupi oleh gue, karena lagi pengen banget eskrim.
Gue membuka pintu kamar gue yang udah ada Kevin yang gue pikir-pikir kenapa mukanya makin bening?
"Ngapain ngelamun? Ayok, keburu malem" tarik Kevin, dia menggenggam tangan gue.
"Sabar Vin, jangan tarik-tarik sih" sebal gue, emang dipikirnya gue masih bocah umur 6 tahun?
Kami berdua berkeliling di sekitar daerah dekat hotel dengan jalan kaki, karena gue yang ngotot kalo gue gak mau jalan jauh, tipikal orang mager memang melekat pada diri gue.
Saat kami berdua menemukan supermarket, gue dan dia membeli eskrim dan coklat, gue tahu ini banyak gulanya, tapi badan gue lemes karena butuh banyak asupan gula.
"Vin, pulang dari sini, mau balik ke Banyuwangi?" tanya gue.
"Enggak deh, nanti mama sama papa aja yang kesini" gue ngangguk sambil sibuk makan eskrim.
"Nanti ketemu ya sama mereka" pinta Kevin sama gue.
Gue setuju untuk bertemu dengan orangtuanya Kevin karena, Kevin pun udah pernah ketemu orang tua gue. Iya, walaupun kami juga baru pacaran, kami tetap mesti mengenal keluarga satu sama lain kan?
"Vin, ayo balik, udah kenyang, aku ngantuk sekarang" ajak gue.
Malam itu, malam terakhir kami bisa berbicara berdua. Karena setelah malam itu, gue dan Riani harus terhenti di babak semifinal karena kami kalah melawan pasangan asal Malaysia. Dan, itu artinya gue dan Riani harus pulang lebih dulu dari Hongkong.

KAMU SEDANG MEMBACA
Story
Fanfiction𝐈𝐟 𝐢 𝐜𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐠𝐢𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐨𝐧𝐞 𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐢𝐧 𝐥𝐢𝐟𝐞, 𝐢 𝐰𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐠𝐢𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐡𝐞 𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐲 𝐭𝐨 𝐬𝐞𝐞 𝐲𝐨𝐮𝐫𝐬𝐞𝐥𝐟 𝐭𝐡𝐫𝐨𝐮𝐠𝐡 𝐦𝐲 𝐞𝐲𝐞𝐬, 𝐨𝐧𝐥𝐲 𝐭𝐡𝐞𝐧 𝐰𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐲𝐨𝐮 𝐫𝐞𝐚𝐥𝐢𝐳𝐞 𝐡𝐨𝐰 𝐬𝐩𝐞𝐜𝐢𝐚...