Chapter 20 - Will you ..

2.2K 214 10
                                        

Sakit tenggorokan Kevin makin parah, membuat gue yang bahkan bukan ibunya kerepotan sendiri, karena selama kita ketempat wisata, dia selalu diam-diam beli es dan bikin batuknya makin parah, kayak sekarang.

"Kevin! Ya Tuhan, jangan minum es kelapa dulu!!! Dengerin gak sih?" Omel gue saat dia ketauan minum es kelapa waktu kita di pantai Pandawa.

"Haus" jawabnya melas.

Gue akhirnya memesan air mineral di  warung sekitar buat Kevin, karena dia yang alasan mulu.

"Aku pengen yang manis-manis" jawab Kevin sembari cemberut saat gue menaruh air minum kemasan di hadapannya.

"Itu merk-nya L* Mineral*, katanya ada manis-manisnya" jawab gue ngeles yang ngebuat dia malah ketawa.

Di Bali, kami banyak menghabiskan waktu bersama, orangtua kami pun makin akrab satu sama lain, terbukti sekarang mama gue dan Mama Kevin lagi sibuk selfie berduaan, juga ayah gue dan ayahnya Kevin lagi ngobrol asik tentang badminton. Bagas dan Yusuf yang kadang ikut gue jalan berdua Kevin, membuat kita beberapa kali dihadiahi cibiran juga pertanyaan dari beberapa orang sekitar yang kenal sama kami.

"Hari terakhir nih, mau kemana?" tanya Kevin.

"Pengen makan seafood," jawab gue yang diangguki Kevin sebagai persetujuan.

Kita nyari restoran seafood yang terkenal di Bali, kali ini berduaan, katanya si Kevin mau ngajak dinner romantis ala-ala.

"Rin," tanya Kevin sambil noleh ke gue yang lagi asik main biliar di Hago.

"Kenapa?" tanya gue, dia malah geleng-geleng kepala bikin bingung.

"Kamu kenapa sih?! Ngantuk? Sini deh aku aja yang nyetir" ujar gue heran saat ngeliat dia senyum-senyum sendiri.

Kita udah nyampe di restoran yang terkenal dengan jembatan, patung patung ala Bali serta beanbagnya, yang tempatnya hampir terisi penuh.

"Aku udah buat reservasi kok" ucap Kevin yang seolah tau kekhawatiran gue tentang gak dapet meja buat makan di restoran ini.

Kevin mengajak gue dinner romantis ala-ala dia di bagian atas dekat jembatan, membuat gue terkagum atas pesona pohon yang bisa gue pandangi dari bagian atas.

"Seneng?" tanya Kevin sembari mengenggam erat tangan gue.

"Iyalah" ujar gue.

Kevin bilang pengen ke kamar mandi sebentar doang, tapi ini hampir 20 menit, dan dia gak balik-balik.

Kevin sebenarnya ke belakang untuk menyusun rencana lamarannya pada Karin, ia menaruh cincin kedalam sakunya lagi sembari menghafal kata-kata untuk melamar Karin.

Kevin balik ke mejanya dengan disambut oleh wajah cemberut dan bingung milik Karin yang buat Kevin nyimpen ketawanya di hati.

"Kamu kemana aja sih?! Lobsternya dingin tau!" omel gue pada Kevin.

"Baru di tinggal 20 menit aja rewel, gimana ditinggal turnamen nanti," ucap Kevin yang membuat gue langsung noleh kaget kearah dia.

Gue diem, tapi maksud gue nyariin dia kan biar makanannya gak dingin.

"Jadi cewek gak usah manja, udah gede juga, maunya apa-apa ditemenin, diturutin, aku kan pacar, bukan asisten kamu" ucap Kevin lagi dengan muka datar.

Gue yang dari tadi nunduk langsung natap dia lama. Dia gak serius ya sama gue? Jadi tabiat aslinya sama cewek ya kaya gini.

"Coba Denira, udah gak manja, kemana-mana juga sendiri, gak rewel" lanjutnya lagi, bikin gue lemes.

"Lo kalo mau nikahin Denira, ya jangan berurusan sama gue! Gausah sok baik di depan bokap nyokap gue! Lo ngaca deh! Mana ada anak manja yang sudi buat jadi relawan, ngeliat mayat! Coba suruh Denira lo itu ngeliat mayat!" bentak gue yang kesabarannya udah habis, tentunya dengan air mata yang terus mengalir.

Untung lokasi kita jauh dari orang, jadi mereka gak mendengar apa yang gue ributkan.

Gue langsung mengangkat badan gue dari kursi, mengambil dompet dan handphone yang ada di meja. Pergi gitu aja ninggalin Kevin.

Baru turun dari jembatan, pengumuman dari pihak restoran bikin gue berhenti, kenapa? Gue belum bayar? Kevin gak bayarin makanan gue?

"Bagi wanita bernama Kareena Putri Pranoto, diharap untuk tidak pergi meninggalkan restoran"

Gue akhirnya duduk di beanbag merah bergabung dengan para turis.

"Untuk wanita bernama Karin, saya Kevin, pria yang jatuh hati pada kamu, saya mau belajar leadership sama kamu" ucap Kevin dengan toa pengumuman.

"Saudari Karin, maukah kamu bangun pagi ngeliat aku. Sarapan pagi eh ada aku lagi. Pulang kerja loh kok nongol muka aku.
Kalau flu yang bikinin coklat panas aku. Pas lagi pms gak ada yang bisa ditonjok ya terpaksa nonjok aku. Kalau ngidam yang beliin coklat ya aku. Bagi tugas ganti popok sama aku. Nyuruh aku yang jawab kalau ada pertanyaan jebakan kayak adik bayi datengnya dari mana. Diskusi mengenai universitas mereka sama aku. Lalu bla bla bla, sampe nyabutin uban aku. Bikinin teh anget kalau aku masuk angin. Yah semacam aku lagi aku lagi setiap waktu," ucap Kevin, membuat kaki gue melemas seperti jelly.

"So, Kareena Putri Pranoto, will you marry me?" ucap Kevin yang tiba-tiba muncul di depan gue. Jadi dari tadi itu rencana lamarannya?! Beberapa turis terus meneriakan kami berdua membuat suasana makin riuh.

"Yes, i will" ucap gue yang membuat sorakan makin nyaring, dan Kevin yang bersimpuh di hadapan gue n berdiri dan memeluk gue.

"I love you for the moon and back" bisik Kevin di telinga gue, membuat gue mengangguk.

"I know" ucap gue.

Dia mengambil tangan gue, memasukan cincin di jari manis gue.

"Vin?" ucap gue dengan suara bergetar hebat karena nahan keterkejutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Vin?" ucap gue dengan suara bergetar hebat karena nahan keterkejutan.

"Kamu nikahin aku?" tanya gue lagi.

"Ya massa aku udah ngelamar kamu, gak nikahin kamu sih Rin?" balas Kevin dengan mengusap lembut kepala gue yang udah mendarat di dadanya.

Gue dan Kevin gak jadi makan, kami berdua malah pulang ke cottage buat ngabarin kedua orangtua.

"Ma," sapa gue pada mama yang berada di kamar Bagas dan Yusuf yang saat ini sedang tidur nyenyak.

"Aku dilamar Kevin," ucap gue yang dapat tatapan terkejut dari mama.

"Bener?" tanya mama, gue mengangguk.

"Itu mama sama papanya Kevin udah nungguin mama sama ayah, katanya mau ngobrolin acara pernikahan" ucap gue gugup, mama menghampiri gue dan langsung memeluk gue erat, sesekali mengusap pelan tengkuk gue.

Gue dan keluarga serta keluarga Kevin masih asik berdiskusi tentang rencana pernikahan kami.

Ponsel gue berdering bersamaan dengan ponsel Kevin.

Ci Agnes calling you...

'Rin? Kamu besok udah nyampe atau belum?' tanya Ci Agnes.

'Udah ci, Cici gimana? Dedeknya masih betah kan diperut mamanya?' jawab gue.

'Aku udah lahiran kemarin,' jawab Ci Agnes, membuat gue melongo kaget.

'Aku nitip pie Bali ya sayang, dedeknya masih ngidam nih walaupun udah di bumi' candanya.

'Aku bawain ci, mau berapa box?' tanya gue.

'1 aja sayang' jawab gue.

Besok adalah hari dimana gue kembali ke pelatnas dua hari sebelum jadwal turnamen di awal tahun dimulai lagi.

StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang