Gue dan Kevin menghabiskan 3 hari kami di sana, mengisinya dengan membantu membangun sebuah kamar mandi umum, juga membantu memasak di dapur umum yang telah dibuat sebelumnya.
Hari ini gue dan Kevin akan pulang ke Jakarta, dan gue masih bingung untuk memberikan jawaban sama Kevin.
Gue yang gugup sedang asik melintir ujung baju gue, takut sewaktu waktu Kevin nanya jawaban gue, dan gue masih bingung harus jawab apa sama dia, gue harus jawab apa dong?!!!
"Jangan di jawab kalo belum yakin," ucap Kevin, seolah tau apa yang sedang gue khawatirkan.
"Pas pulang gue jawab" janji gue pada Kevin dan diri sendiri.
Kami berdua, berjalan pulang ke bandara di Jakarta buat menghabiskan sisa liburan masing-masing yang masih tersisa satu Minggu lebih.
"Vin," tahan gue sebelum kami pisah gate, karena gue pun mau ke Bandung naik pesawat.
"Ayo nikah," jawab gue mantap.
Setelah dipikir-pikir lagi, kalau cuma untuk balikan dan bisa pacaran lagi, itu permasalahan sepele, gue gak terlalu merasa terhargai, lagipula gue dan Kevin sudah dewasa, hubungan pacaran memang harus di akhiri, walaupun dengan dua kemungkinan.
Berpisah, atau menikah.
Dan, gue ingin Kevin menunjukan keseriusannya
Karena menikah bukan keputusan yang mudah kecuali dia yakin sama gue.
"Ayo" jawaban Kevin yang diberikan Kevin membuat gue menahan senyum mati-matian.
"Pulang dari Banyuwangi, aku ke rumah sama mama papa" ucap Kevin sembari menepuk puncak kepala gue.
Kenapa gue bilang kalau kali ini balikan sama gue gak akan mudah? Karena, saat balikan sama gue hari ini dilengkapi dengan tanggung jawab dan kepastian.
Gue sudah ke gate gue setelah kami berdua resmi balikan dengan status 'soon to be married couple' kalo kata Kevin.
Gue gak menampik bahwa rasa sayang gue untuk Kevin udah gila, gila banget, karena setiap gue liat dia, 'i can't help but smile'.
Gue baru sampe di rumah setelah perjalanan menggunakan pesawat dan dilanjutkan dengan taxi untuk sampai di rumah gue.
Melangkah menuju pintu rumah gue dengan badan gontai, gue mendengar suara mama dan Ayah yang sedang asik bercanda dengan suara nyaring hingga terdengar sampai luar rumah.
Tok
Pintu terbuka, menampilkan badan mungil milik Bagas dengan giginya yang gue sadari ternyata sudah hilang.
"Walaikumsalam," jawab Bagas, walaupun gue gak mengucap salam
"Teteh!" seru Yusuf nyaring dari dalam rumah dengan baju yang gue berikan kemarin.
"Halo kalian, apa kabar?" Bagas sudah asik melemparkan dirinya pada gue, sedangkan Yusuf sang kakak membawakan tas koper gue dengan kesusahan.
"Teteh aja, gimana rencana liburannya? Mau jalan jalan gak?" tawar gue pada mereka.
"Emangnya boleh teh?" cicit Bagas.
"Ya boleh lah, kan hadiah ngambil rapot kemarin, gimana coba hasilnya? Teteh mau liat dong" ujar gue pada Yusuf dan Bagas.
Gue menaruh koper gue di sofa dekat meja ruang keluarga, sedangkan Bagas dan Yusuf sedang berlari ke kamar mengambil rapot nya kemarin.
"Ma?" sapa gue saat melihat mama sedang fokus membaca buku tebal di genggaman tangannya.
"Sayang? Pulang? Mama kira kamu di sana aja," tanya mama kaget, sepertinya gak memerhatikan kedatangan gue.
"Papa mana ma?" tanya gue.
"Lagi ngasih makan kelinci tuh di belakang," jawab mama yang sudah asik mengepang rambut panjang gue.
"Ma, mau liburan gak? Ke Bali yuk," ajak gue yang di hadiahi tatapan kaget dari mama.
"Kapan? Yuk dek liburan, kangen ngabisin waktu sama kamu nih" curhat mama yang membuat gue merasa bersalah.
"Maaf ya ma kalo adek jarang pulang, jarang ngabisin waktu bareng kalian" ujar gue.
"Mama ngerti, kamu ngelakuin ini semua juga untuk cita-cita kamu sayang, yang bangga bukan mama aja, tapi satu Indonesia bangga sama pencapaian kamu" ucap mama membuat gue tersenyum lebar.
"Aku pesenin tiket hotel sama pesawatnya deh sekarang, biar bisa berangkat besok pagi" putus gue, mengambil ponsel dan memesan tiket pesawat serta hotel dengan aplikasi.
Baru saja ingin menaruh ponselnya di saku, sebuah panggilan muncul, tertera nama Kevin Sanjaya.
'Halo?' sapa gue.
'Yang, lagi apa?' tanyanya.
'Siapin makan siang, kenapa?' tanya gue.
'Aku mau liburan ke Bali sama mama, papa, koko' info Kevin pada gue, membuat gue terkejut mendengar info darinya.
'Aku juga mau ke Bali besok!! Kok samaan sih?'
'Seriusan?! Mau sekalian di lamar enggak?' tanya Kevin.
'Dasar gak jelas' balas gue, membuat si Kevin terkekeh kecil.
'Aku mau main sama anak kecil deh ay' ujar Kevin membuat gue merinding seketika mendengar sapaan sayang dari dia.
'Vin? Aneh banget dah ngomong kaya gitu' ujar gue jujur, membuat Kevin terbahak kencang.
'Bagas sama Yusuf gimana?' tanya Kevin.
Gue menceritakan kegiatan Bagas dan Yusuf selama disini, kami berdua menciptakan obrolan ringan ala kami yang berujung dengan dengkuran halus dari ponsel Kevin, menandakan sang pemilik yang telah tertidur.
Gue akhirnya melanjutkan kegiatan masak memasak gue dengan dibantu Yusuf yang menata piring dan menuangkan air di gelas.
"Mah, pah, Kevin ternyata juga mau ke Bali sama keluarganya" ucap gue membuat papa tersenyum lebar.
"Om Kevin ya teh?" tanya Bagas, gue mengangguk.
PO
"Besok naik pesawat mau gak?" tanya gue pada Bagas dan Yusuf."MAUU!!" ucap mereka semangat, membuat gue gak menyangka bahwa mereka jadi kaya adik gue sekarang.
Gue, Bagas dan Yusuf ke kamar mereka karena gue udah janji mau nonton pertandingan Kevin kemarin.
Gue membuka laptop gue dan mencari video pertandingan Kevin.
Kami bertiga menonton pertandingan dengan semangat diikuti teriakan heboh Bagas dan Yusuf yang ternyata udah banyak tahu tentang bulutangkis.
Gue mencoba melakukan panggilan video sama Kevin.
"Halo yang" sapanya.
"Liat! Kita bertiga lagi ngapain?!!" Ujar gue semangat.
"Heh! Kok nontonin aku?!" tanya Kevin.
"Bagas! Yusuf! Om Kevin nih" tunjuk gue pada layar ponsel, membuat mereka berdua asik melambaikan tangan masing masing.
"HALO OM KEVIN!!" ucap Yusuf dan Kevin semangat, membuat gue mau gak mau ketawa gemes ngeliatin interaksi mereka bertiga.
"Halo Bagas!! Yusuf!! Gimana nilai rapor semesternya?" tanya Kevin, Yusuf sang kakak langsung mengambil rapot dan menunjukannya pada Kevin.
"Aku rangking 2 om!!" bangga Yusuf membuat Kevin dan gue tersenyum senang.
Kami berdua bahkan mirip sekali dengan keluarga bahagia yang ayahnya sedang pergi bekerja, apa-apaan ini? Membuat gue berkhayal tentang kehidupan gue sama Kevin setelah kita memutuskan buat menikah.
Setelah menonton pertandingan, gue balik ke kamar untuk merapihkan barang-barang yang akan gue bawa untuk pergi ke Bali nanti.
Gue mulai melipat baju, celana dan yang lainnya, memasukan barang pada koper hitam gue dengan rapi.
Gue melempar badan gue yang lelah pada kasur dan pergi tidur segera, karena besok gue dan sekeluarga akan berkenalan dengan keluarga dari Kevin, kita bahkan akan saling mengenalkan keluarga masing-masing.

KAMU SEDANG MEMBACA
Story
Fanfiction𝐈𝐟 𝐢 𝐜𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐠𝐢𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐨𝐧𝐞 𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐢𝐧 𝐥𝐢𝐟𝐞, 𝐢 𝐰𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐠𝐢𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐡𝐞 𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐲 𝐭𝐨 𝐬𝐞𝐞 𝐲𝐨𝐮𝐫𝐬𝐞𝐥𝐟 𝐭𝐡𝐫𝐨𝐮𝐠𝐡 𝐦𝐲 𝐞𝐲𝐞𝐬, 𝐨𝐧𝐥𝐲 𝐭𝐡𝐞𝐧 𝐰𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐲𝐨𝐮 𝐫𝐞𝐚𝐥𝐢𝐳𝐞 𝐡𝐨𝐰 𝐬𝐩𝐞𝐜𝐢𝐚...