Setelah sampai di pelatnas Cipayung, kami berdua mendapatkan waktu untuk liburan sebelum memulai latihan untuk kejuaraan nasional.
Gue yang sudah berjanji akan segera pulang ke Bandung untuk melihat keadaan adik-adik gue serta Mama dan Papa, segera balik ke Bandung dengan kereta api.
Gue menghirup udara segar yang ada di sekitar rumah, gue baru nyampe jam 5 pagi, wangi tanah basah serta rumput yang diatasnya masih ditimpa embun pagi hari kembali mengobati rasa sedih gue sekaligus rasa kecewa gue atas kekalahan kemarin.
Sesampainya di rumah, gue belum melihat mama dan papa, gue pastikan mereka berdua masih tidur, Bagas dan Yusuf terdengar sedang mengaji di kamarnya.
Gue cuma menaruh asal tas gue, dan dengan cepat mengganti baju dengan pakaian rumahan yang nyaman, berlari menuju ke arah dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.
Gue mulai membuka kulkas, melihat bahan bahan yang bisa dimasak untuk sarapan pagi. Gue memutuskan untuk memasak ayam goreng kunyit lengkap dengan tahu dan tempe dan sayur bayam.
Selesai mengungkap ayam, dan menyisir jagung manis untuk sayur bayam, gue memotong buah melon, dan membuat jus sirsak.
Gak kerasa gue hampir memasak 1 jam lebih lamanya, masakan dan piring sudah gue tata rapi di meja.
Gue memutuskan untuk membangunkan Bagas dan Yusuf untuk pergi sarapan, Mama dan Papa katanya mandi duluan sebelum sarapan pagi.
Masuk di kamar mereka, terdapat dua ranjang kayu yang saling berseberangan, kasur yang di tempati Yusuf kakaknya terlihat lebih dewasa daripada kasur milik Bagas sang adik.
Gue menghampiri kasur Bagas yang didapati penghuni kasurnya sedang tidur nyenyak, gue mengelus rambut coklat milik Bagas.
"Bagas, bangun yuk" tepuk gue pada pipi Bagas, yang ditepuk hanya menggeliat tak nyaman.
"Yusuf ayo bangun atuh, ini teteh pulang bawa oleh-oleh" tepuk gue pada Yusuf sang kakak, Yusuf dari kemarin nitip oleh-oleh dari gue, katanya utang karena gak pamit pulang sama mereka.
Yusuf bangun lebih dulu sembari mengusap kedua matanya yang terpejam, berusaha menormalkan pandangan yang buram sehabis tidur.
"TETEH!" Yusuf langsung loncat ke pelukan gue.
"Ayo sarapan pagi dulu, bangunin Bagas ya, teteh ada titipan buat kalian" Yusuf mengangguk lalu membangunkan Bagas, sedangkan gue pergi menuju kamar gue, mengambil barang yang gue beli untuk orang rumah sebagai oleh-oleh.
Kami makan dengan hikmat di meja, adab yang diajarkan oleh papa dari gue kecil, jangan berbicara saat makan.
Kami sekeluarga berkumpul di ruang keluarga, gue yang kemarin sempat membeli beberapa oleh-oleh mengeluarkan 6 papper bag.
"Ini buat Bagas sama Yusuf, kemarin kan waktu nelfon teteh minta baju, nih dapet bonus," gue membelikan baju cookies monster sama Kevin, dan belanja jam untuk mereka berdua.
"Teteh makasih!!" teriak Bagas yang udah asik duduk di pangkuan gue.
"Iya sama-sama adiknya teteh"balas gue.
"Ini buat mama sama papa" gue memberikan 1 papper bag masing-masing.
Gue membeli baju serta kalung liontin untuk mama, dan jam tangan merek Patek Philippe untuk ayah.
Gue memang sudah menabung hampir 6 bulan lamanya untuk membeli ini sebagai hadiah ulang tahun pernikahan mereka yang ke 32 tahun.
"Sayang, ini mahal banget loh! Kamu kenapa ngasih papa sama Mama ini?" gue geleng-geleng kepala, bisa-bisanya papa mikirin harga.
"Pa, harga yang harus Karin keluarkan gak pernah bisa dibandingkan sama apa yang kalian udah keluarkan untuk Karin" jelas gue, papa melemparkan senyum manis ke gue.
"Pa, Karin sudah lama gak ke panti, boleh kita ke panti hari ini?"tanya gue, yang dibalas anggukan kepala dari papa.
Setelah sarapan, gue pergi mandi dan siap-siap untuk pergi ke panti asuhan.
Tapi, sebelum itu gue beli beberapa barang yang akan gue berikan untuk anak panti disana. Gue membeli beberapa sembako juga mainan untuk anak anak.
Setelah sampai, dan memberikan apa yang gue beli tadi, gue langsung pergi ke ruang batita, karena gue suka banget sama anak bayi.
Gue ngeliat ada sekitar 12 bayi yang ditempatkan di ranjang masing-masing, 7 bayi perempuan, sedangkan sisanya laki-laki.
Pengurus panti bilang, dua dari mereka semua dibuang di hutan dan ditemukan dalam keadaan badan yang dipenuhi gigitan semut merah, sedangkan yang satunya ditaruh tempat pembuangan sampah oleh orangtuanya dengan kardus mie instan.
Gue menggendong bayi perempuan cantik yang ditemukan di taruh di depan panti 2 hari yang lalu, perawat bilang dia dibuang setelah lahir, dan itu membuat gue gak tahu harus berkata apalagi.
Bagaimana bisa, mereka membuang anak semungil ini? Memikirkannya saja udah membuat gue ingin nangis.
"Namanya siapa coba?" tanya gue pada bayi yang digendong, yang tentu saja gak bakal menjawab gue.
"Belum ada nama, Teteh mau ngasih nama nteu?" tanya perawat di samping gue.
"Acelin, Acelin Angela" ucap gue asal, menjawab pertanyaan tersebut dengan apa yang tiba-tiba terlintas di pikiran gue.
"Bagus teh, Celin panggilannya" gue ngangguk sambil mengelus bagian belakang dari Celin.
"Teteh, boleh kita minta foto bareng?" tanya perawat muda yang dari tadi ngeliatin gue malu-malu.
"Boleh atuh, ayo sok" ujar gue.
Setelah selesai mengunjungi anak panti lain serta bermain games, kami sekeluarga memutuskan untuk pergi makan dan langsung pulang.
Kali ini, gantian gue yang nyetir mobil, papa disamping gue sedangkan mama menemani Bagas dan Yusuf yang tidur dibelakang karena kelelahan bermain dengan teman seusianya.
"Kamu gimana sama Kevin?" tanya papa tiba-tiba memecah keheningan.
Gue baru ingat bahwa Kevin udah pulang, dia gak mengabari gue sedikitpun sampai hari ini, dan itu artinya kami berdua gak ngobrol hampir 4 hari lamanya.
Gak tau kenapa, rasanya mulai gak nyaman, hati gue suka berpikiran negatif ketika dia gak ada kabarnya tiba-tiba.
"Baik yah," jawab gue, berusaha memberikan jawaban singkat karena bisa dipastikan kalo gue menjelaskan tentang hubungan kami, pertanyaannya akan berentet.
Sesampainya di rumah, gue langsung pergi ke kamar untuk mandi dan langsung istirahat, badan gue capek karena belum sempat tidur dari kemarin saat pulang dari pelatnas.
Sebelum tidur, gue biasa berselancar di Internet, karena gue penasaran apasih yang menyebabkan handphone gue gak berhenti berbunyi dan bergetar kencang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
@lambe_turah
Sesembak Kirana ini memang baik banget ya kawan, walaupun gak berhasil masuk ke final kemarin, tapi baik banget sama orang. Ini foto diambil dari akunnya @panticintakasih di Bandung, yang setelah mimin tanya, dia memang donatur yang paling sering kesana. Ngalir terus mbak rezekinya. Tapi kok, pacarnya malah sama cewek lain ya? Berlibur ke pulau sama banyak cewek? Hmm.