Ternyata benar cinta itu datang karena terbiasa
****
Tok... Tok... Tok...
"Non ini ada temen nya diluar"
"Iya bi" Arin berjalan kearah pintu dan membukanya, disana ada Lissa dan Karin. Hani tidak bisa ikut karena mama nya dirawat di rumah sakit
"Gimana? Udh ada kabar?" tanya Karin
Arin hanya menggeleng
"Sabar ya rin" ucap Lissa sambil mengelus pundak Arin
"Ayo makan dulu, kata bibi lo belum makan dari siang" ajak Karin
"Gue ga nafsu makan"
"Nanti lo sakit"
"Gue ga mau"
"Makan Arin! Nanti lo sakit" ucap Lissa tegas
"Tapi gue lagi ga pengen makan, kalian ngerti ga sih"
"Sedikit aja" bujuk Karin
"Oke" jawab Arin mengalah, dia sedang tidak ingin bertengkar, karena dalam situasi seperti ini akan mudah untuk membuatnya emosi
"Nah gitu"
Mereka bertiga turun ke arah ruang makan, dan makan malam
"Abisin rin" ucap Lissa karena dari tadi Arin hanya mengaduk ngaduk makannya
Arin hanya diam sambil menatapi nasi dipiring itu
"Nanti maag lo kambuh Arin" Arin memang punya maag klo dia telat makan itu bisa membuat perutnya sakit
Arin memasukan sesendok nasi kedalam mulutnya, dan mengunyahnya dengan perlahan bahkan sangat perlahan
Makanan itu terasa hambar bagi Arin. Dia masih memikirkan bagaimana keadaan laki laki itu sekarang.
Arin menyesal mengizinkannya pergi kemarin, harusnya ia melarang nya untuk pergi
Tiba tiba handphone Arin berbunyi"Siapa yg nelfon rin?" tanya Lissa
Arin melihat ke layar handphone nya dan tertera nama 'Bunda Safina'
"Mertua" jawab Arin lemas
"Ya udh angkat" ucap Karin
"Gue jawab apa, masa iya gue bilang Aldi hilang tanpa kabar"
"Jawab seadanya"
Arin mengankat telfon itu dan...
"Assalamualaikum bun, ada apa telfon Arin"
"Waalaikumsalam, gpp nak ini ada yang mau ngomong sama kamu"
"Siapa bun"
"Bentar bunda kasihin dulu handphonenya"
"Hallo"
"Hallo"
"Aldi?"
"Iya Arin"
"Ini beneran Aldi kan, bukan orang salah sambung kaya tadi"
"Iya Arin"
"Kamu gpp Al"
"Emngnya aku kenapa?"
"Tadi abis kamu take-off ada berita pesawat jatuh"
"Ohh itu, tadi aku ketinggalan pesawat dan aku harus beli tiket lagi jadi aku tadi nunggu sampe jam setengah 2"
"Alhamdullilah kamu ketinggalan pesawat"
"Kok Alhamdullilah?"
"Iyalah berarti kamu ga jadi jatoh"
"Ohh"
"Udh ah aku mau makan dulu laper"
"Ya udh makan dulu sana nanti aku telfon lagi"
Kemudian Arin langsung mematikan telfon nya dan memakan makannya dengan lahap yang malah membuat kedua sahabatnya itu menatapnya bingung
"Woy lah rin jelasin" ucap Karin
"Shbahr" ucap Arin yang mulutnya masih penuh makanan
"Telen dulu oi lah"ucap Lissa
Setelah Arin selesai makan Karin dan Lissa meminta penjelasan setelah arin mencuci piring ia menyusul teman temannya
"Rin lo untang cerita"tagih lisa yang masi menyemil makanan
"Iya lo kan hutang cerita ceritain sekarang juga "sambung karin
"Hooh rin uhuk lo hutang cerita harus cerita"hebohh lisa yang tersedak dengan cemilan yang ia makan tadi
"Iyaiya sabar yaelah "cibir arin dan ia mencerikan dari awal sampai akhir
"Seneng dong ayang bebnya ga jadi jatoh dari pesawat, berarti ga jadi ngejanda"goda lissa
Plak
"Aduhh arinn sakit"pekik lissa sambil mengelus ulus kepalanya
"Makannya kalo ngomong di saring"ucap karin sambil memutar bola mata nya
"Heheh iya piss bang"sahutnya dengan cengiran dengan mengangkat kedua jari nya sambil membentuk 'V'
"Ya udh klo gitu gue balik ya, udh di telfon nyokap, katanya bokap baru nyampe rumah" pamit Karin
"Gue juga balik ya rin, soalnya gue nebeng Karin hehehe" tambah Lissa
"Ya udh balik sono, tapi bsk sekolah bisa jemput gua kga?"
"Ga janji ya" ucap Karin
"Iya iya gue tau, pasti lo takut kesiangan kan"
"Nah itu lo tau"
Arin mengantar Karin dan Lissa sampai depan pintu rumahnya
"Hati hati ya kalian" teriak Arin
Karin dan Lissa hanya mengacungkan jempolnya
Jangan tanya kenapa pendek yaa, karena aku lagi ga ada ide dan aku lagi banyak ulangan harian dan juga minggu depan aku harus ulangan akhir semester
Nanti klo aku ada waktu aku bakalan sempetin nulis okeee
29 November 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story Arin&Aldi
Teen FictionCinta itu bisa tumbuh pada siapa saja dan kapan saja, tidak memandang usia dan tidak memandang penampilannya Seperti kisah cinta Arin dan Aldi. Meskipun mereka saling mengenal karna di jodohkan, tapi karna terbiasa itu lah tumbuh menjadi rasa nyaman...