WOMEN

87.9K 7.4K 183
                                    

Sabta bertemu Rachel sekitar dua tahun lalu, di acara ulang tahun perusahaan. Rachel adalah anak semata wayang direktur tempat Sabta bekerja. Pertemuan pertama itu begitu membekas pada Rachel, saat dia dikenalkan papanya. Sabta waktu itu pemuda yang brilian- ya sampai sekarang. Karyawan yang digadang-gadang akan punya kesempatan memimpin perusahaan dari kalangan luar pemegang saham. Sabta sehebat itu.

Lalu, perkenalan malam itu berlangsung pada pertemuan lanjutan. Meski, Rachel masih menjalin kasih dengan seorang lelaki, pun Sabta yang masih mempunyai kekasih. Hubungan itu perlahan terbuka, menampakkan aib si lelaki dan perempuan. Sempat dipermalukan kekasihnya di depan umum, Sabta setidaknya bersyukur akhirnya bisa memacari Rachel terang-terangan. Dia memaksa Rachel memutuskan pacarnya. Karena cinta yang buta, Rachel memutus Jordan- kekasih enam tahunnya.

Begitu, cinta mereka berjalan mulus, tanpa ada hambatan sama sekali. Mendekati masa setahun mereka berpacaran, Sabta melamar Rachel. Meski diterima, Rachel tak ingin mereka terburu-buru. Perempuan itu masih ingin meyakinkan dirinya kalau Sabtalah yang dia tunggu. Tak seperti Rachel yang masih ragu, sang ayah malah yakin Sabta adalah pilihan terbaik bagi putrinya. Jadi, dia memikirkan cara khusus untuk Sabta agar dia bisa menempati posisi tinggi di kantor, tanpa embel-embel kekasih anak direktur.

Pada acara lelang jabatan posisi wakil direktur perencanaan strategis, lelaki itu memasukkan nama Sabta untuk ikut serta. Tak peduli jika Sabta harus melalui banyak tes yang akan membuatnya pusing, Sang Direktur mau calon mantunya itu menunjukkan bahwa dia bisa. Tak dibuat mudah, dia mengikutsertakan beberapa pesaing bagi Sabta. Serangkaian tes disiapkan untuk bisa menemukan siapa yang layak mengisi posisi tersebut. Sabta sudah menjalani tes dengan baik. Sampai pada satu titik,

Direktur kecewa Sabta menikahi perempuan yang bukan putrinya.

Kini, Sabta hanya bisa mengerahkan semua kemampuannya dan berusaha tidak tersingkir. Dia tak lagi punya pelindung, tameng yang siapa sedia mengahalau badai untuknya. Direktur mungkin membencinya. Setengah mati Sabta menjalani tes ini. Hanya tinggal beberapa tahapan lagi. Dia akan berada di puncak karirnya. Dan dia tak akan menyerahkannya hanya karena Dayu merusak rencana hidupnya. Dia tak akan menukarnya dengan itu semua.

"Kan sengaja kamu tinggal kemarin, lupa ya?" ujar Rachel sambil menyerahkan amplop biru yang dicari-cari Sabta.

Sabta menghela nafas lega. "Aku pikir hilang! Aku bisa mati kalau kehilangan laporan ini." tangan Sabta tak hanya menarik amplop, tapi juga lengan putih yang terulur. Menariknya dalam pelukan dan mencium pangkal leher Rachel.

"Umh," lenguh Rachel. "Kamu sengaja ninggalin di sini, kan?" goda Rachel.

Sabta tertawa, menarik tubuhnya. "Aku pergi dulu," katanya.

Rachel memeluk Sabta erat, mencium bibir pria itu singkat. "Sayang banget kamu sudah jadi suami orang sekarang," dia menyindir.

Sabta melihatnya, "Nggak akan lama, Rach. Aku janji." Sabta menarik leher Rachel, menanam ciuman pada bibir perempuan itu.

Rachel mendorong dada Sabta saat dia susah payah meloloskan dirinya dari Sabta. Dia bisa gila. Ada perasaan yang membuat dia tak mungkin melanjutkan ini. Tapi, demi Tuhan dia cinta Sabta.

"Janji seorang lelaki, kamu tahu artinya?"

"Sampai mati!" Sabta merapikan jasnya. "Aku akan mampir nanti malam. Kuharap kamu punya sesuatu yang spesial."

"Kenapa aku yang harus menyiapkan?" tanya Rachel.

"Oh-" Sabta tersenyum. Senyuman yang membutnya bisa mendapat wanita normal mana saja yang dia inginkan. Dia memiringkan kepalanya, melihat Rachel dari ujung kaki, lalu naik. "Kalau begitu, bersiaplah untuk yang spesial, Cantik."

DAYA (PUBLISHED ON KK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang