Jika di kehidupan selanjutnya akan ada reinkarnasi dan kembali menjadi diri sendiri, Sabta akan mengambil pelajaran begitu banyak dari kehidupannya yang sekarang. Dia tidak akan mengulangi kesalahannya. Menjebak dirinya sendiri, karena menuruti hawa nafsu hingga dia kehilangan apa yang penting bagi hidupnya. Di atas itu, ternyata dia tak akan bisa memasukkan dua wanita dalam hidupnya.
Ya, dia bisa mengatasi Dayu. Perempuan itu hanya sesekali membuatnya ingin membenturkan kepalanya ke dinding. Atau apalah supaya dia diam. Tapi, initinya dia perempuan mandiri. Buktinya, setelah seminggu bekerja di butik mama, dia bisa mengurus dirinya sendiri. Pergi dan pulang sendiri, tak pernah telat. Dia selalu berada di rumah saat Sabta pulang. Mereka tak berkomunikasi banyak, kecuali untuk perdebatan yang selalu terjadi.
Tapi, tidak dengan perempuan satu ini.
Menemui Rachel adalah perkara yang sulit belakangan ini. Sabta mesti memohon pada gadis itu untuk membuat janji temu. Tentu, Sabta tahu karena apa ini semua terjadi. Tapi, tidak apa karena kehilangan Rachel bisa jadi kehilangan semua bagi Sabta.
Rachel adalah putri kesayangan pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Dia dan Rachel berpacaran hampir satu tahun, dan Sabta bertekad menikahi wanita itu, untuk beberapa alasan. Pertama, jelas posisi penting di kantor, yang mana akan dengan mudah dia miliki. Kedua, ya dia menyayangi Rachel. Ayah Rachel sudah tahu hubungan keduanya, dan jika Sabta berniat serius dengan putrinya, lelaki itu bisa mendapatkan apa saja darinya.
"Baby, kamu jangan gini dong. Aku juga nggak mau kita kayak gini! Kan kita sudah setuju, nggak akan sampe setahun, kok!" ujar Sabta hampir kehilangan kesabarannya.
"Papa kecewa banget sama kamu!"
"Aku tahu! Akupun kecewa sama semua ini. Tapi, ya udahlah. Let it go, sebentar lagi!"
"Sebentar lagi kamu bilang? Tiga bulan Sabta, masih butuh berapa bulan lagi? 10? Ada juga ntar kamu jatuh cinta sama dia!"
"Ya nggak mungkin lah! Kamu gila!"
"Sab, dia akan jadi ibu dari anak kamu! Nggak mungkin kamu nggak simpati sama dia! Kamu yakin dia hamil anakmu?"
"Hamil?"
"Kamu yang bilang alasan kalian menikah karena dia hamil!"
Oh ya? Sabta tak ingat kapan dia bilang seperti itu. Apa itu alasan dia menikah dulu? Dia benar tidak ingat. Yang jelas, papanya hanya tak mau dia jadi pria bajingan dan memaksanya menikah. Sabta mengutuk dirinya. Dia dan papanya pasti berpikir Dayu hamil, makanya harus dilangsungkan pernikahan.
"Bagaimana kalau dia tidak hamil?" gumam Sabta.
"Kamu gimana sih?" tanya Rachel. "Dia hamil atau nggak? Atau kamu nggak tahu itu anak kamu atau bukan?"
Sabta diam. Ya, dia memang tak pernah memastikan itu semua. Tapi, bukti sudah jelas terpampang. Kalaupun Dayu hamil, jelas anak itu adalah miliknya. Gadis itu masih perawan. Mana mungkin dia melakukannya dengan orang lain. Sabta mengusap kepalanya, mengembuskan nafas. Dilihatnya Rachel yang menatapnya dengan sedih. Sepertinya juga menyesali apa yang terjadi diantara mereka berdua.
Tangan Rachel menuang minuman dari botol ke dalam gelas di depan Sabta, lalu meminta lelaki itu meneguknya. Sabta meminumnya dengan malas, lalu mengernyit dengan rasa minuman yang serasa membakar kerongkongannya itu.
"Hampir jam duabelas, istri kamu mungkin nungguin di rumah!" kata Rachel. "Sudah waktunya pulang."
"Nanti aja, aku masih mau ngelihat kamu dulu. Kamu kayaknya ngindarin aku."
Rachel tersenyum, mengulurkan tangan mengusap sisi wajah Sabta. Sabta mengambil tangan itu untuk dia beri kecupann di punggungnya dengan teramat lembut. Rachel tersenyum, lalu mengangguk.
"Maafin aku, Sab." katanya.
"Kenapa?" tanya Sabta. "Aku yang harusnya minta maaf."
"Semuanya nggak berjalan seperti yang kita rencanakan! Kamu dan aku, posisi kamu di kantor seperti yang dijanjikan papa, juga soal istrimu."
"Masih ada beberapa tes yang bisa membuat aku jadi wakil direktur, semoga aku bisa menyelesaikannya dengan baik. Tunggulah," pinta Sabta. "Ini nggak akan terasa lama."
Rachel menggeleng.
"Kenapa?"
"Papa sudah menjodohkan aku dengan lelaki lain."
Sabta mengerutkan dahinya, menarik dirinya menjauh dari meja yang memisahkan dia dan Rachel. "Gimana?"
"Setelah tahu apa yang terjadi padamu, dia menjodohkanku dengan Bran. You know him."
"Apa kamu bilang?" Sabta makin tak mengerti. "Bran? Kamu bersedia? Demi Tuhan, Rachel tunggu aku!"
"Nggak bisa!"
"Kamu benci Bran, kamu nggak ingat?"
"Bran penting buat perusahaan."
"Kamu nggak cinta sama dia, Rachel!"
"Aku menerimanya."
Hening.
"Semuanya sedang dipersiapkan. Maafin aku, tapi aku nggak bisa berhenti memikirkan diriku setelah kamu nikah sama perempuan itu! Dan aku nggak yakin kalau kamu nggak akan jatuh cinta sama dia. Aku nggak mau hancur sendirian, Sab. Nggak mau!"
Rachel menarik tali tas dan meletakkannya di bahu. "Sudah larut, pulanglah. Istri kamu pasti nungguin. Maafin aku."
"Rachel!"
Sabta mengusap wajahnya saat Rachel sudah hilang dibalik pintu bar. Dia menyandarkan punggungnya pada kursi dan mengulang kenyataan pahit dalam kepalanya. Dia kehilangan Rachel. Dia kehilangan karir. Dia kehilangan segalanya. Gara-gara satu wanita. Tangannya mengambil botol berwarna putih dan langsung melesakkan isinya ke dalam mulutnya. Dia perlu melupakan ini. Melarutkan semua dalam satu tegukan yang melenakan. Dia tak bisa menerima ini.
Dayu harus bertanggung jawab.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
DAYA (PUBLISHED ON KK)
ChickLit⚠SEBAGIAN BESAR PART SUDAH DIHAPUS⚠ Sabta hanya tahu perempuan inilah yang menghancurkan semua rencana masa depannya. Menggagalkan pernikahannya dengan Rachel- yang mana membuatnya kehilangan posisi penting di kantor. Dia bersumpah pernikahan ini ak...