Terkadang kau harus mengambil keputusan yang tidak pernah terbayang olehmu
—•°•—
.
.
.Gadis kecil yang terbaring di atas tanah itu mengerjap, berusaha menetralkan cahaya yang masuk pada indra penglihatan. Dengan tenaga yang sedikit terkumpul, Mikha mencoba memperbaiki posisi tubuh. Tak lupa, dia menyingkirkan tanah-tanah yang menempel pada pakaiannya. Pikiran gadis kecil itu, sibuk menyusun keping kejadian yang terjadi sebelum dia tergeletak di tempat itu. Ternyata tidak ada seorang pun yang menyadarinya--persembunyiannya berhasil--dia pun menghela napas panjang.
Butuh waktu yang cukup lama untuk memulihkan tubuh. Dia pun bangkit berdiri setelah merasa lebih baik.
Kini waktu semakin larut. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Menuju tempat saudara-saudaranya berkumpul tidak ada gunanya. Pasti mereka sudah pergi ke tempat masing-masing.
Dia pun memutuskan untuk memulai jalan awal dalam kehidupannya. Namun, yang membuat perempuan itu bingung, adalah dari mana dia harus memulai?
Akhirnya, dia melangkah kaki mengikuti aliran jalan, seraya menghindari sorot mata. Hal yang sangat aneh, jika seorang gadis kecil berjalan sendiri di tengah keramaian. Dia tidak mau ada yang menyadarinya.
Kini hanya mencari tempat beristirahat yang terlintas di pikiran gadis kecil itu, mengingat malam semakin larut. Selama pencarian, tidak sedikit dia bersembunyi dari orang-orang yang berlalu-lalang. Bagaimana tidak, sangat sulit untuk bisa menghindari keramaian di tengah perkotaan yang penuh dengan bangunan logam menjulang tinggi. Hingga dia menyusuri gang yang lebarnya hanya sekitar tiga langkah orang dewasa, dengan pencahayaan yang sangat minim. Sepanjang langkah yang dia telusuri, tidak ada seorang pun yang dia temui. Hal itu membuatnya lebih leluasa untuk melangkah. Namun, kebebasan itu tidak bertahan lama, ketika sebuah keributan berhasil menghentikan langkahnya. Dia pun dengan cepat bersembunyi.
"Apa yang terjadi?" gumamnya dengan mata menilik. Mikha mencoba menganalisis apa yang terjadi-jaraknya tidak terlau jauh.
Seketika mata gadis itu melebar ketika menyadari apa yang sedang terjadi di sana. Tampak seorang pria terkulai lemas dengan luka lebam di sekujur tubuh. Sedangkan yang lain, mengelilingi pria itu dengan rasa bahagia, melihat penderitaan pria tersebut.
Ini tidak bisa dibiarkan, mereka harus diberi pelajaran! batinnya sembari mengepalkan tangan.
Tanpa berpikir panjang, dia hendak berlari menolong pria tersebut. Namun, langkah perempuan itu terhenti oleh sebuah suara yang terdengar tepat di belakangnya.
"Lo mau nolong dia? Mau terlihat bodoh di depan mereka?"
Sontak Mikha langsung berbalik ke arah sumber suara.
Dengan pongah perempuan itu tenyum meremehkan, sembari menyandarkan tubuh pada sebuah tembok. "Badan ranting kering kayak lo itu, basminya pasti gampang."
Mikha memandangi perempuan itu dari atas sampai bawah. Kaus yang longgar dengan celana jin robek di sekitar lututnya, tidak lupa topi terbalik yang dia gunakan. Hal itu membuat Mikha berpikir bahwa perempuan tersebut mungkin salah satu dari mereka.
"Kau siapa?" tanyanya dengan sergap. Tidak lupa dia memberi jarak pada perempuan itu untuk berjaga-jaga apabila ada hal buruk yang terjadi padanya.
Wanita itu berdecih. "Lo tahu siapa mereka?"
Mikha sedikit bingung dengan maksud wanita itu, terlihat jelas dari kerutan di dahinya.
"Lo gak tahu, 'kan? Jadi apa untungnya lo bantu dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKHA (Pelangi Tanpa Warna)
Teen Fiction[UPDATE SETIAP KAMIS] #7benua "Tidak, itu bukan milik mereka. Mereka hanya merampas hak milik gue dan berpikir bahwa itu adalah milik mereka." -Mikha- Aku memang tidak bisa melihat apa yang kau lihat, tetapi aku dapat merasakan apa yang kau rasaka...