2. Sebuah yang Tak Terlihat

616 57 13
                                    

Sayangnya, kisah kita bukan hanya tentang pertemuan seorang pria kaya dengan wanita miskin. Sangat mudah untuk ditebak, bahkan oleh orang lain. Namun, kisah kita berbeda. Kisah yang bahkan kita sendiri tidak tahu, apa yang akan terjadi.

—•°•—
.
.
.

Seorang perempuan terlihat beberapa kali mengibaskan kerah baju, berharap suhu panas yang dirasakan dapat ternetralkan. Sejak tadi, perempuan itu duduk di tempat kebanyakan orang dapat berlalu-lalang. Anggap saja, tempat itu dia gunakan untuk mencari mangsa berdompet tebal. Mata yang dia miliki, berkeliling menyaksikan aktivitas setiap orang.

Alih-alih, netranya berhenti pada satu titik. Dari jarak yang cukup jauh, terlihat seorang wanita tua yang biasanya memohon belas kasihan, kini tersungkur mohon pada seorang lelaki yang lebih muda daripada wanita itu.

Melihat penampilan lelaki itu, Mikha dapat menyimpulkan bahwa dia adalah makhluk berdompet tebal. Namun, ada satu hal yang berhasil menarik perhatiannya. Pria itu memegang sebuah tongkat!

Mungkinkah pria itu buta? batinnya. Namun, dia berusaha untuk tak acuh.

Mikha dapat melihat, si lelaki memberi jarak dengan wanita tua. Sepertinya, dia menolak permohonan wanita itu. Itulah yang dapat gadis itu tangkap.

Cih, sombong sekali lelaki buta itu. Sepertinya dia harus diberi pelajaran, batinnya sembari tersenyum picik.

Dengan hati-hati, dia mendekati lelaki itu. Berada di tengah keramaian, dapat mempermudah Mikha untuk berkamuflase.

Dari jarak yang tidak begitu jauh, dia dapat melihat dompet lelaki buta itu--terlihat di saku celana. Ketika jarak mereka terpaut beberapa senti, gadis itu dengan cepat menyambar dompet lelaki itu dan langsung mengambil langkah seribu.

Untungnya, si tomboi sudah mengenal seluk-beluk tempat itu. Sehingga dia tidak sulit untuk melakukan pelarian. Sekarang yang harus dia lakukan, adalah menjauh dari tempat kejadian.

Merasa sudah berlari cukup jauh, dia pun mengedarkan pandangan. Ternyata keadaan sudah aman. Dia pun langsung menghentikan langkah. Kalau dipikir-pikir, dia merasa ada sesuatu yang aneh. Tidak ada seorang pun yang mengejarnya. Mungkinkah karena lelaki itu buta, sehingga tidak ada yang percaya padanya? Hanya dugaan itu yang dapat gadis itu percaya.

Namun, tiba-tiba dia meraskan rasa sesak di dadanya. Mikha pun berusaha menetralkan detak jantung yang mulai tidak terkontrol.

Sial, kambuh lagi! umpatnya dalam hati, sembari merogoh saku celana.

Namun, benda yang dia cari tak kunjung dia temukan.

"Ternyata kau di sini." Sebuah suara berhasil menghentikan pergerakan perempuan itu. Sontak Mikha berbalik ke arah sumber suara.

"Akhirnya kita bertemu lagi," sungging lelaki itu.

"Lo ngapain ke sini?" tanya gadis itu sembari menahan sesak di dada.

Lelaki itu berjalan mendekatinya. "Apalagi kalau bukan untuk mengambil dompet milikku."

Gadis itu terdiam. Sesuatu berhasil membuatnya merasa aneh. Dia melihat lelaki itu tidak memegang satu pun tongkat. Apakah dugaannya, bahwa lelaki itu buta, adalah salah? Pasalnya dia dapat mengejar tanpa alat bantu.

"Kenapa lo ... bisa tahu gue ada di ... sini?" tanya Mikha berusaha tegar, walau kesesakan masih menyerangnya. Dia berusaha untuk tetap tenang. Namun, sepertinya sangat sukar untuk melakukan hal itu.

Lagi-lagi lelaki itu menunjukkan senyum liciknya. "Apakah terlihat aneh jika seorang lelaki buta dapat mengejar pencopet?" ujar lelaki itu, yang kini terpaut beberapa senti dengan gadis yang ada di hadapannya.

MIKHA (Pelangi Tanpa Warna)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang