PERHATIAN! SEBELUM BACA INI, DIHARAPKAN BACA PART SEBELUMNYA TERLEBIH DAHULU. BECAUSE, ADA ADEGAN YANG AKU ROMBAK.
-------------------------
Nb: "Putar video di atas sebelum membaca part ini, supaya mendapatkan hasil yang maksimal."-----------------------
Kau datang padaku, memberi aroma tersipumu.
Dengan hati berdebar, tanpa sadar aku menghampirimu.
Langkah demi langkah dan aku berada di sisimu.»☆«
.
.Seorang perempuan berjalan dengan beringas mendekati segerombolan orang. Tanpa izin dia merampas gelas milik salah satu wanita di sana.
"Maaf ...," ujar Mikha seraya menumpahkan minuman tersebut tepat di wajah si pemilik gelas.
Dalam waktu singkat, suasana berubah menjadi mencekam. Semua yang menjadi saksi, melayangkan tatapan tidak percaya. Sayangnya Mikha tidak peduli, dia malah tersenyum penuh kemenangan.
Sedangkan Morger? Dia terdiam. Rahangnya seketika mengeras. Bukankah yang dilakukan Mikha adalah suatu kegilaan? Tidak ingin suasana ini semakin membesar, si pemilik acara hendak menengahi, tetapi Morger lebih dulu menahan mereka. Dengan kuat, dia langsung mencengkeram tangan Mikha.
"Ikut aku."
Mikha yang tidak memiliki tenaga sekuat Morger hanya bisa pasrah, walaupun sesekali dia berusaha untuk melepaskan cengkeraman. Jujur, itu membuat tangannya terasa sakit. "Morger, tangan gua sakit--"
Si pemilik nama langsung melepaskan cengkeraman dengan emosi. "Apa maksudmu berbuat seperti itu?"
"Bisakah kau sedikit tidak kasar dengan orang lain?"
"Aku berusaha untuk tidak membuatmu malu. Tapi, kenapa kau sendiri yang malah melakukannya?"
"Bisakah kau bersikap selayaknya seorang perempuan?" Morger menarik napas dengan rakus setelah mengakhiri ucapannya.
Mikha tersenyum getir, seraya menundukkan kepala. Dia sangat takut melihat ekspresi Morger sekarang. "Maaf, aku memang salah."
Morger langsung membelakangi lawan biacaranya. "Baguslah kalau kau sadar."
Tidak terduga, tiba-tiba tangisan Mikha pecah. "Jangan membentakku seperti itu! Aku takut! Kau jadi terlihat mengerikan!"
Sontak tangisan gadis itu berhasil membuat Morger berbalik. Dengan tatapan cemas dia mendekati Mikha. "M--maaf .... Jangan menangis seperti itu," ucapnya dengan kalang-kabut. Bukannya teratasi, suara sang gadis malah semakin besar. Membuat Morger semakin panik.
"Maaf, aku terlalu kasar padamu. Aku tidak berniat membuatmu nangis." Dia langsung memeluk Mikha. Mengelus kepalanya dengan lembut. Sesekali dia menepuk pelan bahu perempuan yang ia peluk--berharap tangisan itu reda.
"Cup, cup, cup .... Aku tidak akan membentakmu seperti itu lagi. Aku janji."
Terdengar suara sesegukan. "Tanganku masih sakit ...," gerutu Mikha masih bersembunyi di dalam pelukan si lelaki.
Dengan gesit Morger mengambil tangan Mikha, dan secara pelan ia memijatnya. "Maaf, aku malah mengabaikan hal ini."
"T--tidak ... apa-apa," respons Mikha dengan sesegukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKHA (Pelangi Tanpa Warna)
Novela Juvenil[UPDATE SETIAP KAMIS] #7benua "Tidak, itu bukan milik mereka. Mereka hanya merampas hak milik gue dan berpikir bahwa itu adalah milik mereka." -Mikha- Aku memang tidak bisa melihat apa yang kau lihat, tetapi aku dapat merasakan apa yang kau rasaka...