Love #11

10.3K 868 89
                                    

Adakah yang punya pengalaman dengan orang kembar?

Seperti apa rasanya? Apa sama seperti pengalamanku?

Ceritaku ini banyak membuat tokoh kembar. Nggak sengaja sih awalnya.

Di SDku dulu ada adik kelasku yang kembar identik. Mereka bisa dibedakan dengan tahi lalat salah satu mata si kembar. Terus ternyata adik sepupuku ada yang kembar. Secara wajah identik tapi fisik beda. Yang adik jauh lebih besar dan tinggi dan begitupun aku sulit membedakan kalau mereka sendirian. Sekarang sih lumayan bisa 😄😄😄. Selain itu keponakan tetanggaku juga kembar identik. Tapi sejak awal aku bisa membedakan mereka selama dilihat dari depan. Kalau dari belakang keduanya sama.

👬👭👬👭👬👭👬👭👬👭

Tak terasa akhir pekan datang lagi. Dan rumah keluarga Rashad Aditya kedatangan tamu. Tamu yang bertampang sama persis.

"Papiii! Mamiii!" Pekik Ai setelah membalas salam keduanya lalu menyalim. "Hai, Mas Dewa."

"Dek, Papi capek lho. Nggak boleh masuk?" Seloroh Rashid.

Ai mencibir lalu menggandeng Maminya ke dalam tanpa menghiraukan dua makhluk berjakun beda usia di belakangnya itu.

"Hiks! Adek kejaaam. Tega nian sama Papi." Ujar Rashid hiperbola.

Ai tetap pura-pura tak peduli tapi ia mengikik pelan yang mendapat jeweran Tika.

"Nakal."

"Siapa yang nakal?" Tanya Frannie.

"Nih, si Adek gangguin Papinya. Persis Mamanya dulu." Jawab Tika.

Frannie dan Kartika cipika-cipiki lalu Frannie menyalim kembaran suaminya dan disalim keponakannya.

"Papanya anak-anak sakit?" Tanya Tika sambil duduk di sofa ruang tengah.

"Iya. Pusing. Meriang katanya."

"Owalah." Tika manggut-manggut. "Papinya kemarin bilang juga gitu. Kembar itu kali ya jadi nyetrum."

Sementara yang dibicarakan sudah masuk ke kamar kembarannya.

"Tapi Papi sehat kan?" Tanya Ai khawatir.

"Sehat. Alhamdulillah."

"Tasnya Mas Dewa masukin ke kamar Rahil aja." Kata Frannie.

"Iya, Ma." Sadewa yang dari tadi diam memperhatikan langsung menuju kamar sepupunya dengan membawa tas ranselnya. Berisi keperluan seminggu.

"Dek, kamu nggak usah masak banyak lho. Kita mau makan di luar. Tapi Papanya anak-anak sakit gitu..." kata Tika setelah anaknya berlalu dan ia sendiri tampak bingung.

Frannie mengangguk. "Iya nih, Mbak. Aku di rumah aja nggak apa kan? Biar Rahil menyusul dari acara dengan rekan dosennya. Aku nggak masak banyak, kan kalian mau makan di luar."

"Iya, nggak apa. Mau gimana lagi toh? Tapi kita tinggal nggak apa-apa juga kan?"

"Iya. Mbak Tika ih. Ada Mbak Ira juga."

Lalu Tika menyusul suaminya masuk menemui Adik iparnya.

"Assalamu'alaikum. Masih pusing?" Sapa Tika.

Rashad yang tengah berbaring dengan wajah pucat itu tersenyum. "Wa'alaikumsalam. Pusingnya masih."

"Ini si Papi semalam uring-uringan juga ngeluh badannya nggak enak tapi diperiksa nggak apa. Ternyata..."

Rashad tersenyum lemah.

"Banyakin istirahat deh biar cepat sehat. Pi, yuk ah kasihan itu Papanya anak-anak nggak bisa istirahat kalau Papi disini. Ngajak ngobrol lagi."

Ai Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang