Love #7

12.5K 854 52
                                    

Demi Rawon Rampal dan Rawon Mamek diskusi alot sama papa, akhirnya berujung absensi Rawon-Rawon lain di Malang kota yang ada di sekitar Ksatrian dan markas TNI. 😄😄😄

Disyukuri saja si papa mau bagi-bagi info dikit. Soalnya kalau nunggu jawaban dari papa bagai ngorek jawaban dari intel. Lebay! #plakk 😎

🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜

Saat jam makan siang, Ai yang terbiasa membawa bekal dari rumah selalu memilih makan di pantry sambil menikmati teh hangat.

"Lho, Ibu Aisha makan sendirian?" Tiba-tiba Rene masuk.

Ai yang tengah membuka kotak bekalnya mendongak dan tersenyum. "Iya. Panggil Aisha saja. Baru datang?"

Rene mengangguk. "Iya, baru saja. Boleh gabung?"

"Eh?" Ai bingung. Tapi pintu pantry juga tidak pernah ditutup, dindingnya kaca bening dan sering ada yang hilir mudik. Akhirnya ia mengangguk. "Silahkan."

"Merci." Rene duduk dan meletakkan tas spunbond tebal di atas meja berikut tas ranselnya di lantai. Lalu ia duduk dan mengeluarkan kotak bekal dari tas spunbondnya.

Ketika dibuka, alis Ai langsung terangkat. Bekal mereka sama. Beda bahan saja. Sama-sama sayur lodeh. Ai membawa sayur lodeh dengan kacang panjang, manisa atau orang Jakarta bilang labu siam, telur puyuh dan cecek atau kulit sapi ditambah potongan lontong. Sedang Rene membawa sayur lodeh dari tewel atau nangka muda dengan nasi dan untuk lauknya ayam goreng.

"Bekal kita sama ya?" Rene nyengir.

"Hem." Ai tersenyum tipis. "Makan dulu ya? Bonne appetite." Setelah membaca doa, ia menyuap lontongnya.

Rene mengangguk. "Bon appetit." Ia pun berdoa dan mulai makan.

Tak lama kemudian Lastri muncul dengan sebungkus nasi pecel dan es janggelan. Lalu bergabung bersama keduanya.

"Mas Rene ini londo kampung yo?" Ujar Lastri.

Di Rainbow, semua karyawan relatif muda jadi dipanggilnya Mbak dan Mas. Yang dipanggil Ibu dan Bapak hanya Frannie dan Rashad.

Rene mengernyitkan keningnya. Bingung. "Maksudnya?"

"Iya. Bule tapi makannya selera nusantara." Jawab Lastri polos.

Spontan Rene tertawa. "Bule kan casingnya, Mbak. KTP Indonesia kok. Mamanku juga KTP sudah Indonesia."

"Owalah, ya nggak tahu i saya. Kirain wong bule asli." Kata Lastri minta maaf.

Rene tersenyum. "Bisa dibilang saya juga kera ngalam asli walaupun osob kiwalan nggak terlalu bisa hehehe." Ia nyengir lebar. Meningkatkan kadar kegantengannya. "Mamanku yang asli Perancis. Papaku kera ngalam."

Ai mendengarkan tanpa ikut terlibat pembicaraan. Ia juga banyak nunduknya takut terlalu terpesona.

"Ealah tenanan a? (Beneran kah)" seru Lastri kagum. "Indo tapi lebih bule ya? Di rumah juga makannya tewel?" Ia masih terdengar kurang percaya.

Rene masih tersenyum ramah. "Ya kan saya bawa sayur tewel dari rumah, Mbak. Kita jarang tuh makan roti keju. Baru kenyang ketemu nasi."

"Walah!"

Kali ini Ai ikut tersenyum.

"Mbak Ai, baru lihat ini ono wong bule baru kenyang kalau makan nasi." Kata Lastri geli.

"Lha kalau memang hidupnya disini?" Sahut Ai diplomatis.

"Lagian lho Mbak, yang makan roti kan orang kaya. Bule tajir. Saya orang biasa aja." Terang Rene.

Ai Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang