Love #17

9K 769 79
                                    

Abang Satria bikin bete mbak Ai?...Jeng! Jeng!

☁☁☁

Rashad sudah keluar dari rumah sakit dua hari ini. Ai lega dan bisa kembali bekerja dengan tenang.

Baru saja Ai mau menuju ruangannya, ia bertemu Rene di koridor.

"Mas Rene, makasih sudah jenguk Papa. Oh ya, yang waktu itu nggak apa-apa?" Tanya Ai agak cemas.

Rene balas menatap Ai bingung. "Sama-sama. Nggak apa-apa. Memang kenapa? Tapi yang waktu itu apa ya?"

"Yang Mas Rene diminta ikut makan malam keluarga saya?"

Rene manggut-manggut. "Oh itu."

"Yah...saya sama Mama merasa nggak enak udah nahan Mas Renenya lama-lama. Kan Tante Marie Claire sendirian di rumah."

Rene tersenyum yang membuat Ai langsung menunduk. "Nggak apa-apa. Tenang aja. Oh ya, Maman ngundang kamu sama Rahil makan siang di rumah hari minggu nanti. Kita makan menu Perancis. Sekalian ngomongin masalah open house. Harusnya minggu lalu tapi Om Rashad opname."

"Oh. In syaa Allah bisa. Mau dibawain apa?"

Rene tersenyum. "Nggak bawa apa-apa juga nggak masalah."

"Tante suka apa?"

"Lapis legit."

Ai mengangguk.

Rene melihat arlojinya. Sepuluh menit lagi kelasnya dimulai. "Saya ke dalam dulu ya? Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Lalu keduanya menuju arah berbeda.

Esok malamnya, kebetulan juga sabtu malam minggu dan Satria datang. Maunya minggu seperti biasa biar waktunya lebih banyak tapi kata Rahil, Ai ada urusan.

"Papa...kasihan itu...masa disuruh sikap taubat sejam?" Bisik Ai di ruang keluarga dimana Satria sedang menjalankan hukumannya di ruang tamu.

Begitu datang tadi setelah minta izin mengajak Ai keluar, tentu saja Rahil ikut dan sekarang Sadewa juga, tanpa banyak ceramah, Satria menerima hukumannya.

"Kamu tahu salahmu dimana?"

"Siap, tahu, Om."

Dan terjadilah...

"Rencana Papa malah tiga jam. Masih untung Papa kasih bonus karena kalian mau keluar." Terang Rashad enteng dengan suara normal pula. "Tapi nanti kalau kesini lagi hukumannya dilanjut."

"Papaaa...ih!" Ai menarik-narik lengan kemeja pendek Papanya. Dia tidak tega melihat Satria kena begitu. Ini pertama kalinya ia melihat hukuman tentara di depan matanya. "Kenapa Papa pakai gaya militer sih?"

"Lho, ini sudah enteng, Mbak. Kok tanya kenapa? Papa dan Abang Satria kan tentara? Dia pernah nerima yang lebih berat kok. Kecil ini mah."

Sadewa dan Rahil yang juga ada di ruang keluarga hanya bisa diam. Bahkan Frannie menyingkir ke kamar.

"Mbak, dengar Papa, siapa berbuat dia berani bertanggung jawab. Belum-belum kok sudah berani bikin Mbak Ai nggak nyaman. Bagaimana nanti kalau ke jenjang serius coba? Papa aja sayang-sayang Mbak Ai kok orang lain gitu...hem?"

Ai hanya bisa mengangguk.

"Pa, sudah satu jam." Sadewa menginterupsi.

"Oh." Rashad mengangguk dan bangkit. Kemudian menuju ruang tamu. "Abang sudah boleh berdiri."

"Siap, Om! Terima kasih, Om!" Sahut Satria sambil mencoba bangun. Sudah lama tidak pernah mendapat hukuman sikap taubat membuatnya merasa aduhai.

Karena Rashad tetap berdiri, Satria pun berdiri dengan sikap siap.

Ai Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang