Love #13

9.2K 879 57
                                    

Sekitar setengah jam setelah isya', pintu depan di ketuk. Sementara itu si empunya rumah tengah menikmati makan malam.

"Siapa?" Tanya Frannie.

"Biar Papa yang lihat." Rashad berdiri dan menuju pintu depan. Walaupun Ira sudah bersiap tapi ia suruh melanjutkan makan saja.

Begitu pintu dibuka, tampaklah sosok berwajah blasteran walaupun cenderung bulenya yang membuat dahi Rashad mengernyit.

"Assalamu'alaikum, Om." Sapa Rene sambil tersenyum dan menjabat tangan Rashad. Tapi tiba-tiba dalam hatinya merasa takut. Entah kenapa.

Rashad mengangguk. "Wa'alaikumsalam. Siapa ya? Mau cari siapa?" Ia mengernyit bingung bagaimana bisa ada bocah bertampang bule nyasar di komplek tentara? Bukannya tidak boleh, hanya saja menurutnya aneh...

Rene sendiri terperangah kaget, bahkan tak bisa menyembunyikannya. "Saya Rene, Om. Temannya Rahil dan Aisha."

Kernyitan di dahi Rashad semakin dalam. Dua anaknya itu tidak pernah cerita apapun tentang si Rene-Rene ini. "Kita pernah ketemu?" Tanyanya setelah mendengar nada bicara Rene yang mengindikasikan hal itu.

Rene mengangguk. "Ya. Di mall."

"Di mall? Rasanya salah orang. Jadi kesini mau cari siapa? Ada perlu apa?"

"Mau cari Aisha. Aisha ada?" Rene bingung tapi melihat sosok di depannya juga sepertinya tidak sedang mengerjainya. Lalu yang dia temui siapa? Kenapa lelaki di depannya ini seolah tak mengenalinya?

Wajah yang tampak bingung kini berubah galak. "Cari Aisha untuk apa?"

"Eh, ini ada titipan Ibu saya untuk Aisha."

"Hmm?"

"Siapa, Pa? Anggota?" Terdengar suara Frannie dari dalam. "Lho, kok tamunya nggak disuruh masuk sih? Malah ngobrol depan pintu." Tegur Frannie.

"Assalamu'alaikum, Tante." Sapa Rene kembali tersenyum tapi tidak berani bersalaman. Hanya menangkupkan kedua tangannya yang masih membawa goodie bag.

Frannie balas tersenyum dan membalas dengan menangkupkan tangan juga. "Wa'alaikumsalam. Cari siapa?"

"Mbak Ai." Rashad yang menjawab dengan datar sedatar wajahnya.

"Ayo masuk dulu. Kita makan bareng ya?" Ajak Frannie dengan nada tak ingin ditolak.

"Tapi Tante..."

"Siapa namanya?"

"Rene, Tante."

"Ah oui. Je comprends. (Aku mengerti)" Frannie manggut-manggut. Ia melirik suaminya. "Papa?"

"Ya sudah. Kamu ikut makan. Minimal icip-icip. Kita sedang makan sekarang."

Rene merasa tidak enak sudah mengganggu. Tapi takut menolak bukan karena Frannie, melainkan ekspresi Rashad. Membuatnya takut dan ia pun pasrah ikut masuk ke ruang makan.

Di ruang makan Ai, Sadewa dan Rahil menatap kaget melihat siapa tamunya.

"Assalamu'alaikum." Sapa Rene pada yang lain.

"Dek Rahil, coba ambil piring, sendok dan gelas buat Mas Rene-nya." Perintah Frannie. Lalu memandang Rene. "Tu t'assieds, s'il te plaît. (Silahkan duduk)"

Rene mengangguk kecil. "Merci beaucoup. (Terima kasih banyak)" ia duduk di kursi yang ditunjuk dengan posisi berhadapan dengan Ai.

Tak lama Rahil sudah kembali dengan piring, sendok-garpu dan gelas berisi air putih yang diberikan kepada Rene lalu duduk lagi.

"Makasih." Ucap Rene.

"Sama-sama." Rahil mengangguk.

Lalu Rene memberikan goodie bag yang dipangkunya kepada Ai. "Maman menyuruhku memberikan itu."

Ai Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang