Love #36

8.6K 813 196
                                    

Sabtu ini Ai diajak ke kampus Rahil, entah ada acara apa. Yang jelas ada pensi dan bazaar. Lalu saat tengah menikmati acara, tiba-tiba Rahil dipanggil ke kantor dosen. Awalnya Ai diajak dan diminta menunggu di depan ruang dosen, kemudian tak sengaja bertemu Rene. Akhirnya dengan berat hati dititipkan pada lelaki blasteran tersebut.

"Tolong dijaga baik-baik. Jangan ada lecet sedikitpun. Amanah Bapak Rashad Aditya." Kata Rahil sebelum pergi.

"Siap." Sahut Rene ala militer.

Sekarang, disinilah mereka. Duduk di kantin menikmati lemon tea hangat. Dan tampak canggung. Selain karena duduk berdua saja, di tempat asing ditambah jadi pusat perhatian.

"Mau makan sesuatu?" Tawar Rene.

Ai menggeleng. "No. Makasih."

Rene mengangguk. "Oke." Lalu terdiam. "Uhm...saya minta maaf kalau sudah bikin kesan salah tentang saya waktu itu."

Ai diam sejenak lalu menghela nafas dalam. "Itu...uhm...sebetulnya bukan urusan saya. Tapi ini di Indonesia dan public display of affection macam itu menurut saya nggak patut ya. Apalagi Mas Rene muslim."

Ingin rasanya Rene menatap ke kedalaman mata Ai tapi itu tidak boleh. Bukan mahromnya. Dan bukan halal baginya. "I'm not that kind of person, Aisha." Terangnya jujur dengan suara lembut. "Saya bukan tipe yang suka memeluk sembarangan orang. Saya hanya memeluk mahrom saya, Aisha."

"Maaf, tapi kok rasanya sulit dipercaya ya?"

"Êtes-vous jaloux? (Apa kamu cemburu)" Tanya Rene lebih lembut juga pelan dari sebelumnya dan sengaja menggunakan bahasa Perancis, berharap tak ada yang mengerti ucapannya.

Mendengar itu seketika Ai mendongak dengan semburat merah di pipinya lalu menunduk lagi. "Pourquoi devrais-je être jaloux? Vous n'êtes pas mon mahrom (Kenapa saya harus cemburu? Anda bukan mahrom saya)"

Rene tersenyum sambil mengangguk. "Je suis Indonésien dan saya seorang muslim yang hidup dengan cara seorang muslim hidup. Vous voulez être une halal pour moi? (Saya orang Indonesia...apa kamu mau menjadi halal untuk saya)"

Ai shock. Dan speechless. Tapi perasaannya yang tengah campur aduk itu terdistraksi oleh percakapan di dekatnya yang membuat hatinya mendidih seketika. Ia mencari sumbernya yang ternyata duduk di belakangnya.

"Tentara sialan! Suka modus ae. Sebel aku!" Gerutu seorang mahasiswi. "Sok kegantengan padahal uweeek...biasa aja."

Ai langsung bangkit dan menghampiri mahasiswi tersebut tanpa Rene bisa mencegahnya.

"Kalau bicara tolong dijaga. Kalau bilang tentara sialan berati seluruh TNI di Indonesia itu sialan. Kalau kamu bermasalah dengan oknum sebut nama saja, jangan bawa profesi." Ingat Ai berusaha sabar.

Mahasiswi tadi yang sudah hilang kagetnya karena kedatangan Ai langsung membalasnya dengan jengkel. "Eh, Mbak siapa sih? Datang-datang kok ngomel? Kalau nggak tahu urusan orang jangan ikut campur. Dandanan syari tapi ngurusin orang. Dakwah aja sana!"

Ai menghela nafas dalam. "Kalau ucapan kamu viral, dan para tentara itu menuntutmu gimana? Ucapan yang kamu lakukan itu sudah pernah viral lho." Ingatnya.

"Urusan amat!"

"Hati-hati mulutmu harimaumu." Ia masih berusaha lembut.

Mahasiswi itu tidak terima. "Eh, Mbak berisik deh. Aku nggak ada urusan sama situ ya!" Bentaknya.

"Akan berurusan kalau kamu masih ngotot bilang tentara sialan!"

"Iya nih, Mbak siapa sih? Datang-datang ngomel? Situ sehat?" Mahasiswi satunya ikut membela temannya.

Ai Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang