"Woy, Renjun! Udah istirahat, nih, sana samperin ke perpus!" teriak Jaemin penuh semangat.
"Apaan, sih, anjir?" Renjun mendecih tak suka, menghentakkan kakinya kasar menandakan bahwa ia benar-benar tak mau menjalankan tantangan yang diberikan oleh Jaemin.
"Eh, lo, 'kan, udah dapet tantangannya, harus sportif dong, masa lo curang gini, sih?" bela Haechan yang argumentasinya tak bisa dibantah. Namun Renjun tetaplah Renjun, keras kepala.
"Lah, 'kan, gua udah bilang, tantangan lo semua itu gajelas. Gue enggak mau!" tolak Renjun untuk kesekian kalinya, berharap teman-temannya kali ini bisa mengerti.
"Njun, gabisa gitu kali. Timbang minta foto doang, lo temen kita apa bukan?" ucap Jeno yang agak mendramatisir keadaan.
"Ah bacot." Renjun langsung keluar kelas, dari arah yang diambil, sepertinya ia akan menuju perpus. Sedangkan teman-teman gilanya itu malah tertawa melihat kelakukan Renjun.
"Gila, sampe pacaran awas lo, Njun," ujar Jaemin sambil terkekeh pelan.
***
"Hai, gua boleh duduk disini lagi?" tanya Renjun sambil tersenyum.
Gadis berkacamata itu mendongak lalu menjawab tak acuh. "Hmm."
Setelah itu, dia melanjutkan pekerjaan nya tadi yang sempat tertunda; membaca buku tanpa menghiraukan laki-laki didepannya.
Ya, lagi-lagi Renjun hanya bisa menatap penuh harap gadis tersebut agar mau berbicara dengannya. Dan lagi-lagi, hal itu tidak terjadi.
Lo cantik pake kacamata, tapi kenapa lo selalu disuruh pake softlens? batin Renjun.
***
"Gua boleh duduk disini, 'kan?" Renjun berdiri menatap Sena canggung, dan lagi, balasannya akan sama,
"Hm."
Renjun menghela napas pelan, lalu mendudukkan dirinya.
Gila, sudah dua hari ia seperti ini—dan hari ini adalah percobaan ketiga—tetapi apa hasilnya? Tidak ada. Renjun menghabiskan waktu jam istirahat pertamanya di sini, di perpustakaan, tanpa menghasilkan sesuatu.
Kalau boleh jujur, Renjun sangat bosan. Ia tak tertarik untuk mencari buku yang mungkin bisa dibacanya, terlalu malas.
Mau mengobrol pun, dengan siapa? Kemungkinan Renjun bisa menemukan salah satu temannya sangat kecil. Lagipula, yang biasa datang ke perpustakaan ini hanya orang-orang rajin, penuh ambisi ataupun ada maksud lain—seperti Renjun ini—dan jarang sekali ada yang seperti itu.
Akan tetapi sepertinya dewi fortuna sedang berpihak kepada lelaki yang sering emosi itu, setelah beberapa menit duduk di perpustakaan tanpa arah, akhirnya ia mendengar seseorang yang memanggil namanya.
"Eh, tumben banget, nih, ada Renjun." Leher Renjun terasa ditarik karena ada yang tiba-tiba merangkulnya kasar.
Renjun menoleh, dan mendapati salah satu teman sekelasnya, Lee Daehwi.
"Lo juga tumben banget ke perpus," balas Renjun seadanya.
Daehwi terkekeh, lalu menunjuk seseorang berkepala kecil yang sedang mencari buku. "Gue nemenin si pacil nyari buku paket. Biasa, anak IPA, cuy. Gue anak IPS diem aja," jelasnya.
"Tumben lo ngumpul sama dia lagi," celetuk Renjun.
"Wah parah—" Daehwi menggelengkan kepalanya, "—perkataan lo itu seakan-akan menunjukkan kalau gue, nih, lupa diri. Bukannya gue gamau ngumpul sama dia, Njun. Tapi dia, tuh, males ke kantin."
KAMU SEDANG MEMBACA
DARE | HUANG RENJUN
Teen Fiction⚠ TELAH DIREVISI ⚠ (MILENIAL SERIES) ° Awalnya Renjun mendekati Sena karena tantangan kecil, namun lambat laun Renjun mulai melunjak- ia terus memberi tantangan baru untuk Sena, gadis kebanggaan jurusan IPS. Satu persatu masalah Sena mulai terselesa...