Hari telah berganti dengan cepat, dan hari ini, adalah hari di mana Renjun akan menepati janji yang telah dibuatnya. Apalagi kalau bukan janji soal 'ingin memperkenalkan Sena' kepada para sahabatnya seolah-olah Sena adalah kekasihnya.
Ah, apa-apaan. Renjun menepuk jidatnya pelan, berusaha mengusir pikiran tentang Sena-adalah-kekasihnya karena bagaimanapun, mereka berdua hanya teman. Ya, teman.
Kriing!
Bel istirahat pertama berbunyi kencang, memekakkan para telinga siswa. Sementara Renjun langsung saja berlari, menerobos siswa-siswi lain yang juga ingin keluar kelas. Mengambil langkah seribu dan menghilang dari pandangan pintu kelas dengan cepat.
Ketiga temannya-Jeno, Haechan dan Jaemin-hanya bisa menggelengkan kepala mereka tak paham ketika melihat tingkah Renjun yang sudah menjadi budak cinta sampai ke sel-sel jaringan.
"Jaem, predikat orang paling bucin kayaknya harus segera dipindahtangankan," ucap Haechan, masih dengan kepalanya yang bergerak kanan kiri.
"Hmmmmm," Jaemin hanya bisa membalas dengan intro lagu Nissa Sabyan.
"Tapi bagusan di Renjun, sih. Diliat-liat mereka mah bakal pacaran. Kalau jaemin, 'kan...," omongan Jeno sengaja ditahan.
Jaemin mendengkus kesal. "Iya, Jen, iya. Gua ngerti arah pembicaraan lo!" sentaknya kasar, sedangkan Jeno dan juga Haechan hanya tertawa.
"Lagian lu kenapa, sih, enggak pernah ngegas? Kemungkinan lu diterima juga gede kali," tanya Haechan heran.
"Udah, lah." Jaemin mengibaskan tangannya tak acuh. "Ke kantin ayo, Renjun udah nyuruh kita ngumpul bareng ciwi-ciwi." Jaemin mengalihkan topik pembicaraan.
"Si Mark ikut atau kagak?" tanya Jeno.
Kalian pikir mereka ini tidak punya kenalan lain? Tentu saja punya.
Mereka masih punya banyak teman lain. Seperti yang pernah disebutkan, kali ini adalah teman seperkomplekan perumahan mereka. Beranggotakan tujuh orang, namanya Dreamies.
Lumayan akrab, karena memang sudah bersama sejak kecil.
"Kagak. Dia, 'kan, masih pundung," jawab Haechan asal.
"Udahan bacotnya, langsung aja kita ke kantin." Jaemin langsung menarik Jeno juga Haechan pergi ke kantin. Bukannya apa-apa, tetapi Renjun sudah meneror mereka lewat grup 'Gans dong a'.
***
Renjun mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru perpustakaan. Biasanya, Sena berada di pojok perpus. Namun kali ini kehadirannya tak nampak. Makanya, Renjun kebingungan.
"Renjun!" panggil Sena, melihat raut wajah Renjun yang seperti sedang mencarinya. Akam tetapi, yang ikut menoleh bukan hanya Renjun saja, tetapi hampir seluruh orang yang berada di perpus.
Sejak kapan Renjun deket sama Sena? pikir orang-orang yang mendengar teriakan Sena.
Renjun langsung menghampiri Sena dengan cepat. "Ey, tumben nggak di tempat biasa?" tanyanya.
"Tadi gue dateng agak telat dikit, pas dateng malah udah ditempatin," jawab Sena sembari mengulas senyum.
"Kenapa datengnya telat? Biasanya, 'kan, lo kalau denger suara bel istirahat langsung ngibrit ke perpus?" tanya Renjun sok tahu. Tanpa mengingat bahwa dirinya kurang lebih sama seperti Sena.
Jika ada seorang Lee Haechan di sini, mungkin ia akan langsung menyembur Renjun dengan ucapan seperti ini, "Iya! Kayak lo yang denger suara bel istirahat bunyi langsung ngibrit ke perpus buat nyariin Sena, dasar bucin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DARE | HUANG RENJUN
Teen Fiction⚠ TELAH DIREVISI ⚠ (MILENIAL SERIES) ° Awalnya Renjun mendekati Sena karena tantangan kecil, namun lambat laun Renjun mulai melunjak- ia terus memberi tantangan baru untuk Sena, gadis kebanggaan jurusan IPS. Satu persatu masalah Sena mulai terselesa...