19. Penjelasan

4.3K 471 94
                                    

[jangan lupa vomment, dan yang paling penting ialah- pls be enjoy!]

***

"Sena tiba-tiba deket sama Bang Mingyu," suara Renjun memecah keheningan yang terjadi di antara teman-temannya.

Jaemin, yang posisinya di hadapan Renjun, langsung mendecih, "Terus? Lo deket sama dia juga karena tantangan, 'kan?"

Renjun terdiam, membenarkan ucapan Jaemin. "Tapi gue gak-"

"-udah, sih?" potong Haechan sembari menghela napas kasar. "Kita udah bahas ini berkali-kali, ye. Gue udah muak. Njun, lu sendiri yang bilang gapapa, tapi kenapa sekarang malah ngeluh?"

"Lagian si Bang Mingyu tiba-tiba muncul," protes Renjun.

"Pilih prioritas lo," sahut Jeno sembari bermain ponsel. "Jangan batu."

Renjun menghela napas, mengepalkan tangannya guna menguatkan diri. "Oke."

"Minggu depan lo ada jadwal ketemu Hina, 'kan?" tanya Jeno, dibalas anggukan pelan dari Renjun.

"Napa emang?"

"Nanya doang," balas Jeno acuh tak acuh.

***

Dan di sinilah Renjun sekarang, di tengah kafe setelah jam pulang sekolah. Untuk apa? Menunggu. Siapa? Hina.

"Belum dateng dia?" Seseorang tiba-tiba mengambil tempat duduk di hadapan Renjun, memainkan daftar menu sembari menatap Renjun dengan alis terangkat.

"Kok lo bisa di sini, Yeon?"

Siyeon mengangkat bahunya tak acuh, "Penasaran."

Renjun mengangguk.

"Jadi gimana? Belum dateng?" ulang Siyeon, dibalas gelengan pelan. Kali ini Siyeon-lah yang mengangguk, fokus menatap daftar menu sesaat untuk pada akhirnya kembali memusatkan perhatian pada Renjun.

"Lo tahu," ucap Siyeon ragu. "Akhir-akhir ini mata Sena sembab tiap kali dateng ke tempat bimbingan."

Renjun diam—terlihat—tidak tertarik sama sekali. "Oh, ya?"

"Dan pulangnya dia sama cowok terus, gue gak kenal. Tapi kayaknya lo tahu sesuatu," lanjut Siyeon, berhasil menarik perhatian Renjun.

"Bang Mingyu?"

"Oh, Mingyu namanya? Lumayan cakep," puji Siyeon dengan lirikan mata yang mengejek Renjun.

"Jangan mulai," gumam Renjun.

"Mulai apa?" Pandangan Siyeon teralihkan, "Hina dateng. Gue duluan." Dan melesat pergi sebelum Hina dapat melihatnya.

"Hai, Njun," sapa Hina saat mendudukkan diri di tempat Siyeon duduk tadi.

"Hai," balas Renjun singkat.

"Apa kabar?"

"Baik," jawab Renjun seadanya. "Lo sendiri?"

"Aku baik," papar Hina dengan senyum—sok—manisnya. "Udah lama nunggu?"

"Biasa aja."

Hina mengangguk, mengabaikan fakta akan respons Renjun yang bisa dibilang menyebalkan- singkat dan seperti sengaja memutuskan pembicaraan.

"Pacar kamu apa kabar?" Hina memulai pembicaraan lagi setelah memesan beberapa menu ringan untuk dimakan sembari mengobrol bersama Renjun.

"Sena?" Renjun menaikkan salah satu alisnya. "Bukan pacar gue."

DARE | HUANG RENJUN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang