[a/n new: HI GUYS!! sori bgt ih baru update, aku abis ujian akhir semester dan udah selesaaiii, yeay! kalau kalian gimana? masih ujian atau udah selesai? semoga nanti nilai kita semua bagus yh xixi.
ohiya, maaf kalau banyak typo soalnya alu ngebut, hehe.
and- pls enjoy!]
***
Keesokkan harinya, tepat jam 06.15 WIB, Sena sudah berada di sekolah.
Sstt, tidak berangkat bersama Renjun, kok, tenang saja. Kali ini Sena berangkat diantar supir, karena Renjun tumben-tumbennya dari tadi malam, sampai pagi ini belum mengiriminya pesan.
Bukan Sena bermaksud lebay, sih, tetapi biasanya Renjun suka sekali mengiriminya pesan, jadi Sena merasa heran ketika Renjun belum melakukannya—mengirimi pesan.
Mungkin lupa, batinnya santai.
Memasuki kelas yang sudah lama ia tempati, Sebelas IPS-Dua, dan mengeluarkan novel pinjamannya dari perpustakaan; Bintang karya Tere Liye.
Tok Tok!
Sena mengalihkan pandangannya ke arah pintu—walau dalam hati berdecak kesal karena lagi-lagi waktu membacanya diganggu—dan mendapati kehadiran salah satu gurunya, Bu Irene.
"Eh, selamat pagi, Bu." Sena bangkit dari posisi duduknya untuk memberikan salam hormat, yang dibalas anggukan kecil.
"Lagi sibuk, Sena?" tanya Bu Irene ramah.
"Enggak terlalu, Bu. Kenapa? Ada yang perlu saya bantu?"
"Ah, bukan begitu, Sena," jawab Bu Irene mengibaskan tangannya anggun. "Ibu cuman mau memberitahu bahwa mulai besok pelatihan olimpiade akan dimulai kembali. Jadwalnya masih sama, ya."
"Sebentar lagi sudah musim lomba ya, Bu?" tanya Sena basa-basi.
"Iya."
"Baik, kalau begitu besok saya akan hadir. Tepat jam pulang sekolah, 'kan?"
Bu Irene mengangguk, lalu mendekati Sena untuk memberikan sebuah tepukan bersahabat.
"Semangat, Sena. Mari kembali membanggakan SMANSA juga jurusan IPS kamu."
Sena tersenyum. "Pasti, Bu."
***
Langkah kaki Sena bergerak menuju kantin. Setelah atensi Bu Irene yang sempat menganggu acara membacanya—well, bukan menggangu sih tetapi menyela—dengan sopan, Sena sudah kehilangan rasa ingin membacanya.
Entah kemana rasa itu meluap, Sena tak peduli. Yang ia pedulikan adalah jalan di depannya yang masih sepi, hanya terdapat satu-dua siswa.
Tujuan Sena pergi ke kantin bukanlah untuk makan—karena ia sudah sarapan terlebih dahulu di rumah tadi—tetapi untuk melampiaskan rasa gabutnya.
(Dalam hati berharap bahwa ia dapat bertemu dengan Renjun, atau setidaknya Siyeon untuk membahas olimpiade.)
Oh, ternyata benar.
Ujung mata Sena menemukan atensi gadis dengan rambut panjang sedikit ikal sedang duduk bersama teman yang rambutnya dikuncir kuda. Tentu saja, siapa lagi kalau bukan seorang Park Siyeon dengan temannya, Jeon Aera?
Langkah Sena memelan, berniat untuk mengagetkan Siyeon. Namun beberapa detik kemudian niatnya tergantikan karena Renjun yang tiba-tiba datang dan memasang raut wajah serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARE | HUANG RENJUN
Teen Fiction⚠ TELAH DIREVISI ⚠ (MILENIAL SERIES) ° Awalnya Renjun mendekati Sena karena tantangan kecil, namun lambat laun Renjun mulai melunjak- ia terus memberi tantangan baru untuk Sena, gadis kebanggaan jurusan IPS. Satu persatu masalah Sena mulai terselesa...