-Sedikit demi sedikit-

1.4K 69 1
                                    

Sebenarnya sang waktulah yang nanti akan mengungkap dan memperbaiki segalanya. Kita selaku manusia hanya bisa menunggu hingga sang waktu mau melakukan tugasnya.

Azzura menghela napas berat berkali-kali sambil duduk di tepian kasurnya.

Dimana Ayah dan Kakaknya?

Sedari tadi otaknya berpikir keras tentang itu. Dan bundanya pun sungguh menyebalkan, selalu menghindar bila ditanya hal itu.

Apa Azzura harus memecahkan teka-teki? Tapi apa yang harus dipecahkan, petunjuk pun tak ada.

Tiba-tiba pintu kamar Azzura yang memang tak terkunci terbuka.

"Azzura, sayang." Marisha masuk sambil tersenyum.

"Eh, Bunda," Azzura tersenyum tanpa berpindah dari tempatnya.

Marisha pun duduk di sebelah Azzura, " Lagi mikirin apa sih?" Marisha tersenyum lembut.

"Enggak kok, ga mikirin apa-apa." Azzura membenarkan anak rambut yang ada di dahinya.

"Ah, pasti lagi mikirin pacar ya?" Marisha tersenyum jahil.

"Ih enggak kok Bunda! Orang aku gak punya pacar!" Azzura mengelak karna memang itu kenyataannya. Ia sekarang berada di golongan orang yang disebut jomblo.

Tiba-tiba ponsel Azzura yang sedari tadi tergeletak di sebelahnya berbunyi tanda ada telepon masuk.

Aries Alvaro.

"Tuh kan! pacarnya telpon." Marisha menahan senyum.

"Bunda apaan sih!" Azzura meraih ponselnya lalu mengangkat telepon dari Aries.

"Halo Ar?"

"Halo Ra, bisa anter gue?"

"Kemana?"

"Toko buku. Kata Pak Agan, kalo mau cari buku tentang sejarah atau per-teknologian itu bagusnya bareng lo, soalnya kan lo ngerti urusan kek begituan."

"Boleh deh, jam berapa?"

"Gue jemput lo setengan jam lagi."

Sontak Azzura melirik jam dinding yang terpajang rapi lalu beralih menatap Bundanya yang menahan senyum.

"O-oke."

Pip.

Sambungan terputus.

----

"Udah?" Azzura menatap Aries yang memegang dua buku yang ia cari.

"Udah nih, lo mau beli apa?" Aries menatap lekat Azzura. Tatapan itu membuat Azzura mati kutu.

"Gue yang traktir deh, itung-itung ucapan terimakasih." Kata-kata Aries barusan membuat Azzura kembali ke dunia nyata.

"Engg--gimana kalo novel?" Azzura menatap Aries dengan binar harap. Dan Aries tak tahan dengan binar itu, maka dari itu ia mengangguk.

Akhirnya setelah sekian lama memilih, pilihan Azzura jatuh pada satu novel yang sangat menarik perhatiannya.

"Yaudah, gue aja yang ke kasir. Lo tunggu sini." Aries meraih novel dari genggaman Azzura lalu berlalu pergi.

"Azzura?" Tiba-tiba asa seseorang yang menepuk pundak Azzura.

Azzura terlonjak di pijakannya. "E-eh, Om Andi." Azzura terbata karna kekagetannya yang belum menghilang.

"Sama siapa?" Tanya Andi.

"Sama Aries, Om,"

"Oh untung ada yang jagain." Andi berkata ambigu. " Oh iya, diliat-liat kalian itu mirip, katanya nih ya. Kalo mirip itu kadang suka jodoh."

----

Sial! Sial! Sial!

Kata-kata Om Andi tadi sore membuat Azzura kepikiran dan baper sendiri.

Sekarang Azzura sedang berjalan menuju gudang sambil membawa kardus berisi buku-buku yang tak terpakai.

Azzura terbatuk dua kali saat memasuki gudang berdebu itu.

Ia pun menyimpan kardus yang ia bawa dengan asal.

Tapi saat ingin beranjak, matanya menangkap figura yang menyembul dari dalam kardus. Tangannya pun meraih figura itu.

Berdebu. Dengan sekali tiupan debu-debu itupun langsung berterbangan.

Ada foto yang berisi dua orang. Seperti pasangan pengantin. Si wanita tersenyum lebar, yang Azzura tebak adalah Bundanya. Lalu seorang lelaki yang wajahnya tak terlihat, karna pada bagian itu  fotonya rusak. Usang, berwarna agak kehitaman. Yang Azzura tebak adalah.... Ayahnya!

Ya! Azzura menemukan petunjuknya. Dari sini semuanya akan dimulai. Ia sudah mendapatkan klu dari teka-teki yang akan berujung pengetahuan tentang Ayah dan Kakaknya.

Walaupun ini akan agak sulit.

♡♡♡♡

Siap bermain?

AZZRIES [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang