-Di Bawah Langit Malam-

1.3K 71 10
                                    

'Bisa saja sekarang kau ku panggil sang pencipta bahagia, nanti mungkin kau bisa ku panggil sang penggores luka.'

Azzura Aprilna-

----

Drama yang merupakan acara pensi sudah selesai sejak jam dua siang tadi, kini Azzura sudah berada di kamarnya dan memandangi pantulan dirinya di cermin. Tersenyum kecil, ia berputar lambat.

"Anak bunda cantik banget," Komentar Marisha yang sejak tadi berkutat dengan make-up di wajah Azzura.

Azzura tampak sangat-sangat cantik dengan gaun yang ia beli sejak lama bersama bundanya, ditambah make-up natural yang membuat kecantikannya memancar.

"Ara cantik bunda?" Tanya Azzura.

"Kamu udah nanya kaya gitu lebih dari lima belas kali, sayang," Marisha terkekeh geli melihat tingkah Azzura.

Azzura bahagia, sejak hari dimana ia bilang pada Marina bahwa ia bertemu Jordan, bundannya jadi maki dekat dengannya. Entah kenapa. Kebahagiaannya makin membucah saat seseorang menelponnya.

"Hallo?" Sapa Azzura malu-malu.

"Ra? lo gue jemput ya nanti? acaranya jam berapa sih?"

"Jam setengah delapan."

"Yaudah, gue jemput lo jam tujuh ya?"

"Iya Ar, thanks."

"Cieee, pacarnya ya?" Goda Marisha.

"Bukan ih, Aries itu sahabat aku." Azzura menahan senyumnya.

"Sahabat atau sahabat?" Marisha mencolek lengan Azzura.

"Ih, bunda mah, apaan sih!" memberenggut lucu, Azzura menahan malu.

----

"Ganteng banget anak mama," Puji Amira sambil tersenyum.

"Iya dong." Aries tersenyum percaya diri.

Sekali lagi, ia membenarkan letak dasinya yang sebenarnya telah rapi.

"Yaudah Ma, Aries pergi dulu."

Setelah menyalami tangan mamanya, Aries melenggang pergi keluar.

----

"Cie, lagi nungguin ya?" Marisha kembali menggoda Azzura yang kini sedang berdiri di halaman rumahnya, menunggu seseorang.

"Bunda, ih!" Lagi-lagi Azzura memberenggut.

"Tuh, dateng tuh," Telunjuk Marisha mengarah ke mobil hitam yang berhenti di hadapan gerbang rumah mereka. Lalu keluar lah pemuda tampan yang dibalut jas hitam.

Azzura menahan napasnya, Aries itu adalah serpihan surga. Definisi tampan ya Aries. Dengan gagahnya cowok itu berjalan menuju Azzura dan Bundanya.

Marisha menatap lama pemuda bermanik mata coklat itu, senyumnya menawarkan kebahagiaan, tatapannya sarat akan kasih sayang.

"Tante," Aries meraih tangan Marisha untuk ia salami.

Lagi, Marisha merasa bahwa pemuda ini adalah kepingan yang berusaha ia lupakan. Tapi ini tidak mungkin, dirinya terlalu muluk-muluk.

"Yaudah, Bun, Ara pergi dulu." Azzura menyalami tangan Bundannya.

"Yaudah, Nak Aries, tante titip Azzura ya? kalo nakal turunin aja di pinggir jalan." Dengan nada bercanda Marisha mengatakannya.

Aries terkekeh geli mendengar penuturan Marisha.

"Yaudah tante kita pergi dulu," Lalu Azzura dan Aries pergi meninggalkan pelataran rumah dengan degupan yang tak terdefinisikan.

----

Awalnya, suasana di mobil Aries terasa canggung. Tapi, sekarang tidak lagi.

"Ih, gue mah gak suka lagu galau begini," Sungut Azzura mendengar lagu yang terputar di radio.

"Ya, lo tinggal pindahin aja. Ribet dasar!" Cibir Aries yang sukses membuar Azzura menekuk bibirnya.

"Jangan ngambek dong, lo makin lucu kalo lagi gitu. Gue ga tahan liatnya." Ucap Aries santai, tanpa tahu jika debar jantung Azzura menggila.

"Gue emang lucu kali," Mencoba menghilangkan sensasi aneh dalam perutnya, Azzura membanggakan dirinya sendiri.

"Iya-iya, lo emang lucu, banget malah."

Aries ini sialan, bagaimana bisa ia berkata seperti itu dengan santainya.

"Btw, lo ganteng," Azzura akhirnya mengucapkan kalimat yang sejak tadi ia tahan.

"Thanks." Suara Aries kental akan rasa senang yang meletup-letup.

----

Kini Azzura sudah berdiri di samping Sarah, menonton band sekolah yang sedang tampil di panggung kecil.

"Gue ambil minum dulu ya?" Tanpa meminta persetujuan dari Azzura, Sarah sudah melenggang pergi menuju meja yang menyajikan berbagai minuman.

"Ekhem..." Dehaman seseorang membuat Azzura mau tak mau menoleh.

"Eh, Kak Jordan." Azzura tersenyum canggung pada cowok tampan disamngnya ini.

"Lo cantik." Komentar pendek Jordan tak terlalu berefek pada Azzura hanya menimbulkan rona merah sedikit pada kedua pipi Azzura.

"Makasih." Jawab Azzura dengan santai.

Saat Sarah telah kembali dengan minuman berwarna oranye di tangannya, saat itu pula Aries dan Alvi datang dengan senyuman lebar.

"Gue baru sadar kalo Kak Alvi ganteng," Bisik Sarah pada Azzura yang tentu saja memunculkan ide konyol di kepala Azzura.

"Alvi, kata Saraha lo....hmppphhhhhfffh..."

Azzura sialan, teman terlaknat.

"Kata Sarah gue kenapa?" Alvi menaikan kedua alisnya penasaran.

"Nggak kok, Kak," Sarah tersenyum manis lalu melepas tangannya dari mulut Azzura.

"Tangan lo bau oli busuk!" Cibir Azzura dengan kesal. Sarah tak kalah kesal.

Alvi dan Aries hanya bisa tertawa. Merasa diabaikan, Jordan pergi tanpa pamit.

"Oke semua, mari kita lanjutkan acaranya. Sesuai yang telah direncanakan, tahun ini kita mengadakan acara award kecil-kecilan." Setelah Hilda berkata demikian, para siswa siswi langsung berteriak ricuh.

"Langsung saja, nomimasi yang pertama yaitu, pemilik senyum termanis tahun ini adalah.....

.......

 .......

.....tepuk tangan untuk Aries Alvarooooooo!"

Sudah Azzura duga, dengan senyum kikuk Aries melangkah ke atas panggung untuk menerima trophy kecil.

Nomimasi-nomimasi lainnya terus diucapkan Hilda, bahkan Alvi, ia mendapat penghargaan atas kategori cowok terkonyol tahun ini. Azzura geli sendiri melihat Alvi yang dengan bangganya melangkah ke arah panggung.

"Baiklah semua, silahkan nikmati prom malam ini, selamat bersenang-senang!" Seru Hilda dengan heboh.

"Yuk, dansa!" Aries menarik pergelangan tangan Azzura menuju ke lantai dansa, dimana banyaknya para pasangan yang saling menebar bubuk cinta.

Debar di jantung Azzura semakin menggila kala tubuhnya dan tubuh Aries berdansa mengikuti alunan lagu. Bahagianya. Tapi disisi lain mereka tak pernah tahu, bahwa mungkin ada luka yang sedang menunggu. Entah menghancurkan keduanya atau hanya salah satunya.

----

Maafkan aku yang lama update

AZZRIES [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang