-Maaf Yang Tak Tersampaikan-

1.3K 67 2
                                    

'Please, jangan sekarang bilang sayang besoknya menghilang. Perasaan gak sebecanda itu, Bang.'

Azzura Aprilna-

----

"Anton itu sayang banget sama mama kamu, dia rela ngelakuin apapun."

Kata-kata Tantenya itu terus terngiang di telinga Azzura. Seperti rekaman yang terus terulang, yang membuat Azzura senang tapi juga bingung.

Di dunia ini banyak sekali yang bernama Anton, pasti akan sangat sulit menemukan 'Anton' yang Azzura maksud.

Setelah lama melamun, malah ada satu nama yang terlintas di kepalanya.

Aries.

Buru-buru ia meraih sling bag nya lalu mencari ponselnya disana, setelah ketemu Azzura malah kecewa.

Sial! Lowbat.

----

Kenapa Aries merasa cemas begini? Kenapa hatinya bergemuruh? Kenapa jantungnya berdetak tak normal? Kenapa? Kenapa? Dan kenapa?

Aries mengajukan pertanyaan-pertanyaan tadi pada dirinya sendiri.

Perasaan bersalah kini begitu terasa di hatinya, seperti ada sesuatu yang tercekat di tenggorokannya. Dan ini tidak mengenakkan, ini menyiksa dirinya. Dari tadi ia hanya diam dan sesekali mengusap kasar wajah gantengnya.

"Agh! Sialan!" Aries berucap geram lalu menunju guling yang ada di sampingnya.

"Pusing gue anjir! Tau ah!" Aries menyelimuti dirinya hingga menutupi seluruh badan tak terkecuali wajahnya.

----

Pagi yang buruk adalah kebiasaan yang selalu terjadi pada Azzura sejak empat tahun lalu.

"Ara, Bunda sekarang mau nonton lomba menggambar di sekolah Azahra," Marisha bicara sambil menyuap nasi kedalam mulutnya.

"Hm." Jawab Azzura sekenanga tanpa ekspresi.

"Bunda, nanti kalo aku menang, aku boleh menang hadiah?" Celetuk Azahra.

"Ha? Hadiah? Yang bener aja." Azzura tertawa menyepelekan sebelum melanjutkan perkataannya, "Gue aja yang tiap taun menang Juara Umum, gak pernah tuh dikasih hadiah." Azzura berkata sarkas dan sinis.

Marisha diam termangu, baru menyadari bahwa ia melewatkan banyak hal tentang putrinya. Ada rasa sesak dan menyesal yang menggunduk di hatinya. Rasa itu begitu pekat, hingga membuat lidahnya terasa pahit.

"Udah ah, mau pergi dulu." Azzura bangkit, lalu meraih tangan Marisha dan menyalaminya dengan asal.

"Maaf,...." Marisha berkata lirih saat Azzura sudah pergi dari sana.

Tak terasa satu cairan bening menetes dan jatuh ke wajahnya yang telah di lapisi make-up.

Sebenarnya Azzura sesak mengingat fakta bahwa ia memang terlupakan sebegitu lamanya. Tapi ia berusaha untuk pura-pura lupa, ia berusaha bertingkah bahwa ia baik-baik saja, bahwa memang tak terjadi apa-apa.

Saat Azzura membuka gerbang, hendak pergi dan menghampiri tukang ojeg online yang sudah datang, tapi ia malah mendapati seseorang bersandar pada motornya.

Azzura kenal dia. Tidak mungkin kan jika dia sudah beralih profesi menjadi tukan ojol? Masa ganteng-ganteng tukang ojek. Kaya judul FTV aja.

"Aries? ngapain disini?" Azzura berkata kikuk, karna sebenarnya ia sedang mencoba menghindari cowok berperawakan tinggi ini.

"Gue mau gantiin tugas si ojeg online," Jawab Aries santai.

"Eng...anu--" Sialan. Kenapa Azzura bisa jadi segugup ini. Ini memalukan. Dan sialannya

"Udah, ayo naik!" Titah Aries.

"Nggak usah Ar, gue naik ojeg online aja." Azzura menolak sehalus mungkin.

 Ia harus jual mahal, masa abis dikecewain dengan gampangnya diajak berangkat bareng. Sungguh tidak berprikehargadirian.

"Yaelah, Ra, ayodong. Gue mau ngomonh sesuatu nih," Aries mendekat lalu dengan tiba-tiba memasangkan helm yang ia bawa khusus untuk Azzura.

Aries memasangkan dengan perlahan tapi pasti. Setelah selesai dengan helm, Aries meraih tangan Azzura dengan lembut lalu menuntunnya ke adah motornya. Aries tersenyum bangga saat ia berhasil membujuk Azzura.

EH! EH! EH!

Dimana Azzura sekarang?! Kenapa bisa berada di boncengan Aries? Kenapa-kenapa? Kenapa bis---

"Gue ga mau sahabat gue naik ojek online. Apalagi kalo ojek onlinenya jelek dan tua, kan gak banget." Aries berucap sedikit berteriak karna angin kencang yang mencoba menyaingi.

Azzura diam tak berkutik, tak mengatakan apa pun. Tapi diam-diam, hatinya membangun satu kata bernama nyaman. Perasaan yang memang sengaja ia sembunyikan, sengaja ia simpan sendiri.

----

Aries ganteng dan Azzura cantik sudah berada di kawasan parkiran sekolah, Azzura buru-buru turun dan melepas helmnya.

Tapi saat ia hendak pergi, Alvi dengan motor putihnya datang. Terpaksa Azzura harus diam dulu.

"Uhuy, sampe!" Kata Alvi saat ia melepas helm nya.

"Oi, Vi, ayok lah ke kelas bareng." Ucap Aries lalu merangkul Alvi dan Azzura untuk menuju ke gedung sekolah bersama.

Alvi biasa saja dirangkul Aries, tapi Azzura tidak baik-baik saja. Jantungnya sudah berdetak tak karuan.

Di koridor kelas XI, Azzura berbelok masuk ke kelasnya setelah mengucapkan terima kasih pada Aries.

Setelah Aries dan Alvi sampai di ambang pintu kelas mereka, Aries tiba-tiba menepuk keras keningnya hingga membuat Alvi menoleh.

"Kenapa, sih, Ar?" Alvi mengerutkan alisnya.

Aries diam tak berkutik.

"Aneh, lo, dasar remahan kuaci!" Alvi lalu melenggang masuk ke dalam kelas.

Gue kan mau minta maaf ke si Azzura?

Renung Aries dalam hati.

Betapa bodohnya cowok tampan ini, dengan tanpa dosanya merangkul-rangkul Azzura dan bertingkah seakan semua baik-baik saja. Seakan semua memang tak pernah ada yang salah.

----

Gaje gak sih?

Mas Ganteng

AZZRIES [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang