Epilog

2.5K 81 5
                                    

2 tahun kemudian.......

Dengan senyum mengembang, gadis itu melangkah anggun kedalam rumah. Tentu saja tidak dengan beban apapun di pundaknya. Semua telah ia lepaskan, telah ia ikhlaskan, telah ia biarkan Tuhan yang menentukan kedepannya.

"Araaaa! cepetan dong! Ini bantuin Bunda!" Seru Marisha dari dalam.

"Iya, iya," Melangkah agak cepat, Azzura mempertahankan senyuman manisnya.

"Aduh, kamu dari mana saja! Susulin kakak kamu tuh, nanti terlambat ke rumah Ica nya!"

"Iya, iya, bundaku sayang." Azzura pun melangkah ke lantai dua, menuju kamar yang bersebelahan dengan kamarnya.

"Bang! Cepetan, Bunda udah ngomel!" Sambil mengetuk-ngetuk pintu ber cat putih itu dengan rusuh.

"Iya bentar dong, gue kan harus ganteng."

Jeng Jeng Jeng......

Keluarlah Aries dengan jas biru tua dengan kemeja biru mudah di dalamnya. Warna jasnya sangat pas dengan warna dress yang Azzura pakai.

"Yaudah, ayo! tadi buru-buru."

Mereka pun menuruni anak tangga tanpa percakapan. Di depan rumah, terlihat Andi yang sedang dirapikan dasinya oleh Marisha.

"Gue otw kaya gitu, lo kapan?" Sindir Aries pada adik tercintanya.

"Heh! Ngehina lo? mentang-mentang mau tunangan," Sungut Azzura penuh emosi.

"Lo kan masih jomblo ampe sekarang, belum bisa move on dari gue, hm?"

Sialan Aries ini. Seharusnya Azzura sadar, jika menceritakan perasaannya pada Aries beberapa waktu lalu akan berakibat fatal.

Azzura hanya mendengus lalu melangkah duluan menuju Bunda dan Ayahnya.

----

Suasana tegang tapi senang begitu dominan di ruangan putih ini, diatas panggung sana ada Aries dan Ica yang sedang bertukar cincin. Sungguh pasangan serasi.

Setelah selesai pertukaran cincin, mereka tersenyum ikhlas yang langsung di hadiahi para hadirin dengan tepuk tangan meriah. Walaupun hadirin di sana hanyalah kerabat dekat dan sahabat.

"Selamat ya, Ar! Gilak! Gercep banget lo, udah tunangan aja." Alvi berseru heboh saat menyalami keduanya untuk sekedar basa-basi.

"Sirik ae, lu!"

Ica hanya tersenyum malu sambil menunduk, menyembunyikan semburat merah di pipinya. Hatinya hampir meledak gara-gara semua kebahagiaan ini.

"Yaudah, gue mau makan ah, laper banget!"

Alvi pun berlalu, menyisakan mereka berdua di atas panggung kecil ini.

"Kamu udah makan belum?" Tanya Aries seraya memandangi calon istrinya ini.

Ica mendongak, "Be--u--udah..udah..." Ica sangat gugup saat Aries memberi tatapan memuja padanya. Lagi, pipinya bersemu merah sekarang.

"Lucu banget sih. Yaudah, kita makan bareng ya? satu piring berdua." Aries menyempatkan diri untuk mencubit kekasih manisnya ini lalu menggandengnya menuju meja makan.

----

"Ada apa?" Azzura bertanya saat Jordan tiba-tiba membawanya ke taman belakang rumah Ica. Tentu saja Jordan ada, karna Ayahnya sudah menganggap Jordan dan Ibunya adalag keluarga.

"Gue mau ngomong, sebenernya ini udah gue pendem dua tahun lamanya tapi gu---"

"Mau ngomong apa? to the point aja." Kebiasaan Azzura yang tak sabaran kambuh.

"Gue sayang lo."

Satu detik.

Dua detik.

Sampai tiga menit, Azzura hanya bergeming.

"Ra? Hello?Lo gapapa kan?" Jordan mengibas-ngibaskan tangannya di hadapan wajah Azzura.

"Iya, iya, gue baik-baik aja." Azzura mengerjap beberapa kali untuk mengembalikan jiwanya yang sesang melayang.

"Jadi? gue bakal terima apapu jaw--"

"Gue juga."

Jordan paham, maka dari itu, ia tersenyum tulus lalu tanpa canggung memeluk gadis cantik nan konyol di hadapannya ini.

Azzura berdebar hebat dipijakannya, entah sudah semerah apa pipinya saat ini. Tapi, berjuta terimakasih Azzura layangkan pada pemuda di depannya ini karna telah memperkenalkan apa itu butterfly syndrome padanya.

Pada akhirnya, semua manusia juga akan bahagia. Tapi tak pernah tau kapan, tergantung dengan cara kita menyikapi hidup ini. Jika kamu lebih terbuka dan menghargai hal sederhana maka kamu akan lebih mudah paham apa itu bahagia.

Dan jika kamu terlalu muluk-muluk, terlalu takut untuk berdiri maka kamu tak pernah merasakan bahagia yang sebenarnya.

Kamu terkadang harus berhenti sejenak mengejar apa yang kamu sebut dengan harapan. Lalu mulai pah ami, bahwa dunia bukan hanyalah tentang luka. Cobalah sedikit menghargai, maka kamu akan jauh dari kata 'disakiti'.

----

AZZRIES [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang