-Surat Cinta-

1.4K 74 3
                                    

'Jika berbuat baik aku dianggap licik. Baiklah, mungkin aku harus berbuat brutal agar dianggap bermoral.'

Azzura Aprilna-

----

Aries pulang dengan selamat sentosa ke rumahnya. Capek. Satu kata yang mendefinisikan cowok itu saat ini, setelah latihan Karate ia pun tak langsung pulang karna ada sesuatu yang harus ia beli di toko buku.

"Eh, mama udah pulang?" Aries mengerutkan kening melihat figur Mamanya yang sedang masak didapur.

"Iya udah dong, liat ini jam berapa," Amira menunjuk jam dinding yang terpajang di dinding dapur.

Jam setengah enam. Aries berkata dalam hati.

"Oh udah sore ternyata." Aries nyengir tampan.

"Yaudah, kamu mandi dulu, abis itu kita makan." Amira tersenyum hangat.

----

Jauh dari tempat Aries berada, Azzura berdiri menunggu Bundanya siap. Hari ini Azzura, Marisha dan si bajingan kecil Azahra akan pergi ke butik milik Marisha.

"Yuk!" Marisha membuat Azzura mendongak yang asalnya menunduk karna bermain ponsel.

"Yuk," Azzura pun melangkah ke arah mobil Marisha.

"Gue di depan!" Sentak Azzura saat Azahra nyelonong mau masuk ke kursi depan.

Azahra hanya mendengus lalu melangkah ke jok belakang, sepertinya ia sedang tak mau berdebat dengan 'Kakaknya'.

"Gimana sekolahnya?" Marisha berkata saat mobilnya sudah melaju keluar dari pelararan rumah.

"Bagus, masih kokoh, belum runtuh." Jawab Azzura sekenanya.

"Hush! Maksud Bunda gimana kalian disekolah," Marisha tersenyum.

"Bunda, disekolah aku ada lomba gambar loh. Aku boleh ikutan?" Azahra bertanya antusias dari jok belakang.

"Boleh dong sayang," Marisha menatap Azahra dari pantulan kaca spion.

"Bunda, di sekolah aku ada lomba tinjuin orang loh. Aku boleh ikutan?" Azzura berkata manja namun sarkas.

----

"Ma, dua minggu lagi aku ada turnamen," Aries berkata sambil mengunyah makanannya.

"Bagus dong! Mama dukung kamu," Amira menjawab antusias.

"Makasih ma." Aries tersenyum manis, sangat manis. Bahkan sampai mengingatkan Amira pada seseorang yang dulu juga pernah tersenyum seperti itu.

"Sama-sama sayang." Amira mengusap punggung anak lelaki disampingnya dengan penuh kasih dan sayang

----

Bisa-bisa Azzura mati kebosanan disini. Menunggu Bundanya selesai bercakap-cakap dengan klien. Atau bukan bercakap-cakap sih, ini lebih ke rapat. Karna sangat lama! Ditambah ia harus seruangan dengan manusia yang masuk dalam daftar orang yang dibencinya.

Iseng, ia membuka-buka laci meja kerja Marisha. Tak ada hal yang menarik di laci pertama, paling hanya pulpen, stepler, cek, dan peniti.

Di laci kedua ada setumpuk dokumen atau apalah Azzura tak mengerti dan lagi-lagi pulpen.

Di laci ketiga atau laci paling bawah. Ini laci paling kotor dan berdebu di dalamnya juga ada jaring laba-laba. Sepertinya jarang sekali terbuka, terbukti saat Azzura membukanya terasa berat dan berdecit.

Ada sebuah kertas terlipat berwarna kuning pudar. Azzura membuka lipatan nya lalu membaca dalam hati.

Wahai cintaku,

Aku memang bukan pemuda paling romantis seantreo dunia. Bukan pula pemuda paling mengerti sepenjuru semesta.

Aku adalah aku, seseorang yang mencintai mu tanpa henti dan jeda. Tanpa alasan dan syarat.

Bolehkah aku mengaku? Bahwa kamu adalah satu-satunya dihatiku. Bahwa hanya kamulah yang memenuhi isi kepalaku. Bahwa kamulah yang menguasai seluruh perhatianku.

Bahkan jika bisa, aku rela menukar detak jantungku untuk satu senyummu. Bahkan aku rela menukar sisa umurku untuk bahagiamu.

Intinya, aku mencintaimu dengan segenap kasih dan sayang yang hanya waktu dan takdir yang bisa menghentikan.

---A

Bolehkah Azzura meleleh jika ada seseorang yang memberinya surat ini? Memang di awal-awal membaca ia merasa geli. Tapi setelah ia selesai membaca, ia mengerti bahwa si penulis ingin menggambarkan perasaanya lewat tulisan.

Tapi tunggu, surat dari siapa ini?

----

Btw aku mau tanya kalian baca Nama Aries itu gimana sih?

Aris/Arys/Ariyes?

Yang benar itu Ariyes.

See u when i see u♡

AZZRIES [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang