'Hingga mungkin jika semua ini berujung luka, setidaknya kita masih diizinkan hidup dalam semesta yang kadang suka bercanda.'
--AZZRIES--
----
Entah sudah berapa ribu langkah yang Azzura ambil untuk mencoba lari dari kenyataan ini. Hatinya remuk, tapi ia tak berdaya untuk sekedar protes pada yang Maha Kuasa.
Langit seakan ikut meledek kehancurannya, air hujan turun bersamaan dengan cairan bening yang mulai menetes dari pelupuk matanya.
Jika bisa Azzura memilih, lebih baik ia tak usah terlahir di dunia ini, atau jika ia terlahir, Azzura harap ia tak pernah bertemu Aries. Mungkin jika ia tak pernah bertemu apalagi sampai mencintai Aries, ini semua akan terasa lebih mudah. Bahkan jauh dari kata menyakitkan.
"ARRGHHHHH!!!" Teriakan frustasi itu terlontar dari bibir Azzura.
Andai saja berteriak bisa mengurangi rasa sakitnya, Azzura akan berteriak hingga mungkin pita suaranya putus.
----
Aries bingung bukan kepalang, semua orang berpencar mencari Azzura.
Di bawah rintik hujan yang turut sedih melihat hidupnya, Aries melamun, lalu bermonolog;
Apakah Azzura juga merasakan kesakitan yang sama? Atau bahkan lebih parah?
Aries terlalu bodoh untuk menyadari bahwa Azzura memiliki perasaan lebih dari seorang sahabat, Aries terlalu buta untuk melihat bahwa Azzura selalu mendambanya.
Menghela napas berat, Aries bangkit dari halte bus. Kakinya menapaki aspal basah, tak perduli baju seragamnya basah kuyup, tak perduli hujan akan membuat suhu tubuhnya panas nanti. Yang terpenting, ia harus menemukan Azzura. Adiknya.
----
Marisha sedari tadi menangis di pelukan kembarannya. Andi, Aries dan Jordan sejak tadi mencari Azzura. Tapi sudah tiga jam tak ada kabar apapun.
Marisha sama hancurnya, mengetahui bahwa suami dan anak pertamanya masih hidup. Ini seperti sebuah ledakan petasan di kepalanya. Ia kira, bahwa semua akan baik-baik saja, ia kira Azzura dapat menerima. Satu yang Marisha simpulkan, bahwa Azzura mencintai Aries. Kakaknya sendiri.
Pantas saja saat Marisha bertemu Aries saat cowok itu menjemput Azzura beberapa waktu silam, ia merasa tak asing dengan mata coklat itu. Dan ternyata benar, mata coklat itu adalah mata anaknya yang hampir setiap malam ia tangisi dan rindukan.
----
"Muka kalian mirip, katanya nih ya, kalo mirip itu suka jodoh."
Berarti mereka bukan jodoh, mereka mirip karna meraka sedarah, bahwa mereka se-ibu se-ayah.
Tubuh Azzura akhirnya luruh di pinggir jalan yang masih basah, hujan sudah berhenti sekitar setengah jam yang lalu. Ia terduduk, kembali meratapi takdir yang seakan-akan tak pernah membiarkannya bahagia.
Sekuat-kuatnya seseorang, pasti akan ada saat dimana ia sudah tak mampu lagi untuk bertahan, tak mampu lagi untuk bersandiwara dengan baik.
Tak salah bukan, jika selama ini Azzura pura-pura kuat? pura-pura bahagia?
Entah kenapa air matanya selalu meluncur turun ke pipinya, matanya lelah, kepalanya terasa pening. Lalu bibirnya bergetar, rasa dingin tiba-tiba menyergap pori-porinya yang hanya terbalut seragam sekolah yang basah.
Pandangannya kini berkunang-kunang, lemas tiba-tiba menghampirinya lalu tubuhnya pun ambruk di pinggir jalan bersama luka yang sakitnya tak terdefinisikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZZRIES [COMPLETED]
Teen FictionAzzura dekat dengan Aries atas status sahabat. Mereka bersahabat karna insiden Aries yang diputuskan oleh Amanda. Iya, Amanda cewek tak tahu diri yang dengan gampangnya melupakan semua kelakuan baik Azzura. Memang sudah hukum alam jika diantara cewe...