1. BILA

92 2 0
                                    

Bolehkah aku merindukan orang yang tidak pernah sedikit pun merindukanku.  ~Bila

"non, makan dulu!" Seru bi hanum dari depan kamar Bila. Bi hanum sudah seperti sosok ibu bagi Bila, sejak mama bila telah tiada yang merawat Bila dengan sepenuh hati adalah Bibi hanum.

"Iya, bi" ucap bila, keluar dari kamarnya lalu memeluk  Hanum yang masih menunggu di depan kamar nya.

"Kebiasaan" hanum tersenyum dan mengelus rambut Bila.

"Papa belum pulang bi?" Bila berjalan menuju ruang makan beriringan dengan hanum.

"Belum non, mungkin sebentar lagi. Ini piring nya"

"Owh, Terimakasih bi. Setelah ini bibi istrahat saja. Bila mau menunggu papa"

Hanum menjawab dengan anggukan. Ia terus melihat Bila makan dengan lahap.

Seperti yang dikatakan Bila, ia akan menunggu papanya. Waktu terus berlalu, tanpa sadar bila terlelap di sofa ruang keluarga.

"Bila sayang, bangun nak" suara serak yang terdengar letih berhasil membangunkan Bila.

"Ehmm, papa baru pulang, kenapa lama sekali" bila masih berusaha membuka mata, dan merenggangkan badannya. Tidur di sofa dengan kepala di sandaran sofa sangat melelahkan tentunya.

"Banyak pekerjaan yang harus papa selesaikan nak" hendra mengelus rambut anaknya lembut.

Bila berdiri kemudian memeluk hendra erat. "Setiap hari, aku selalu merindukan mu pa" ucap bila sedih.

"Iya sayang, papa juga sangat merindukan kamu" hendra mengerat kan pelukannya.

Bila melepaskan pelukan dan mengambil tas yang selalu hendra bawa, membuka jas kemudian dasi , membawanya ke kamar hendra. Hampir setiap hari Bila selalu melakukannya, inilah alasan Bila selalu menunggu hendra kembali.

"Papa sudah makan?"

"Sudah sayang"

"Baik lah, aku kembali kekamar pa. Selamt malam" bila menutup pintu tanpa mendengar jawaban hendra terlebih dahulu.

Bila kembali ke kamarnya, berdiri tepat didepan tempat tidur king size. Ia menatap dinding yang tertempel foto idolanya.

"Aku merindukanmu" ucap bila sedih. Kemudian ia berpaling ke arah foto keluarga di sudut kamar. "Aku juga merindukanmu Ma, jadi jangan cemburu" bila tersenyum malu, malu karena tingkahnya yang konyol.

-----------

"Pagi bi hanum, pagi pa" bila datang ke ruang makan dan langsung mencium pipi hendra kemudian memeluk hanum.

"Pagi sayang"
"Pagi non"

Bila duduk tepat di depan hendra. Ia mengoleskan selai coklat ke roti yang iya pegang. Dan memakannya dengan lahap.

"Habiskan susunya Bil, sebentar lagi kita berangkat". Hendra menutup surat kabar yang ia baca lalu meminum kopinya.

"Papa mengantarkan Bila hari ini" tanya bila bingung.

"Iya, pak asep cuti seminggu ini"

"Papa gak cari sopir sementara? Nanti pulang sekolah, siapa yang jemput Bila". Bila memanyunkan bibirnya, hendra bisa saja mengantar ia ke sekolah tapi tidak dengan menjemput nya

"Papa akan menjemput mu Bil"

"Papa selalu sibuk, bagaimana mungkin bisa menjemput bila. Bila juga gak bisa pakek taksi, apa lagi angkutan umum pa" mood Bila langsung berubah.

"Papa akan mengusahakan nya sayang, cepat habiskan susunya. Kita berangkat sekarang"

------

"Ken!!! Ingat hari ini giliran lo"Baru saja masuk kelas, kenzo langsung berhadapan dengan Bara.

"Ini taruhan kalian ya, gue gak ikut. Gue gak butuh uang sorry" kenzo cukup jengah dengan temannya yang masih saja memikirkan taruhan yang menurut nya gak bermutu itu.

"Eitz bro, ini cuma seru-seruan doang elah. Kalau lo juga di tolak hari ini, taruhan kita berakhir okay" mulut stefan sangat pintar merayu, terbukti dengan anggukan Kenzo.

"Apa sih hebatnya tu cewek" ternyata kenzo masih tak habis pikir kenapa teman-temannya sangat menyukai Bila, cewek yang di jadikan taruhan.

"Cantik pastinya. Tapi yang bikin gue bersemangat, semua cowok yang nembak dia di tolak gitu aja. Jadi dia belum pernah pacaran, secara gitu ya zaman sekarang kelas 2 SMA masih ada yang belum pernah pacaran. Amazing banget" begitulah bara dengan mulut cerewet yang gak mau diemnya.

"Lo mau samain dia sama cabe cabean lo?"

Plak.

"Shit" teriak bara melihat buku yang ia lempar ke Stefan dengan mudah di hindari.

"Dan lo lupa, temen lo itu juga masih jomblo dari lahir" stefan menujuk Kenzo yang hanya diam.

"Najis lo stef" ucap Kenzo dengan tatapan kesal. Sontak Bara tertawa mendengar umpatan Kenzo.

Di kelas yang berbeda Bila duduk manis sambil membaca novel yang baru ia beli.

"Bil, lo yang baca tapi gue bosan ngeliatnya" Bila tidak melirik sedikitpun ke arah temannya itu.
"Bil, lo kok tumben di anter sma bokap" ucapan keysa kali ini mengalihkan pandangan Bila.

"Sopir gue cuti seminggu, Lo mau gak tebengin gue pulang. Seminggu ini" Bila melakukan puppy eyes

"Percuma lo sok imut gitu, gue ttep nolak, rumah kita berlawanan arah Bil. Dan rumah lo jauh banget sumpah, males ah"

"Trus gimana dong, kalau nungguin papa, yang ada gue ngebusuk di sekolah" Bila merebahkan kepalanya. Keysa tidak menjawab dia masih sibuk dengan pikirannya.

"Bil, seminggu ini gak ada yang nembak lo, atau sekedar nawarin lo pulang bareng" mendengar ucapan keysa, Bila langsung menegak an kepalanya lagi dengan semangat.

"Key, yang nembak atau sekedar ngajak gue pulang bareng ini. Gue terima" ucap Bila semangat yang di tanggapi pelototan Keysa.

Keysa tau betul, temannya ini adalah jomblo sejak lahir bukan karena tidak ada yang menginginkan dia tapi karena memang Bila yang menutup rapat-rapat hatinya. Dan ini sebuah ke ajaiban.

"Gue gak nyangka, cuma karna sopir lo cuti. Lo mau di anter pulang sama cowok, ah bukan hanya di anter jadi pacar juga mau. Kalau tau gini dari dulu gue suruh tu sopir cuti setaun"

"U know me so well key, sebenarnya gue udah mikir ini sejak lama sih. Gue mau coba membuka hati yang udah lama tertutup" mata Bila memanas, selalu seperti ini jika Bila mulai mengingat masa lalunya

"Ringga lagi? Hmm dia udah lupa sama kita Bil. Jadi lo gak usah ungkit itu lagi" kekesalan keysa pasti memuncak jika Bila membahas Ringga, sahabat mereka cinta pertama Bila.

"Udah ah, melow banget sih lo. Ntar Gue temenin lo nunggu jemputan  okeh. Jadi gak usah sedih" keysa menarik kepala Bila agar menyandar di pundaknya.

BILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang