satu

19K 593 9
                                    

Adelaida Leonade Medvedevo. Perempuan berambut indah dengan mata bulat dan besar. Yang masih berduka atas kehilangan keluarga nya. dimana suami, anak, beserta kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan mobil. Andai saja waktu itu dia ikut serta dalam mobil itu. Mungkin, dia tidak harus mengalami kesepian seperti yang sekarang di rasakan nya.

"Hahh...."

suara helaan nafas yang begitu berat itu selalu saja terdengar dari mulut Adel. semenjak dia duduk di cafe tempat favoritnya Setelah kehilangan keluarganya. Padahal Adel sudah duduk selama dua jam. Tapi tidak ada yang di lakukan nya selain minum kopi sambil melamun. Bukan tanpa alasan Adel menjadikan cafe ini tempat favoritnya, karena dengan datang ke cafe Arias, Adel sekaligus bisa bertemu dengan Aria teman sekaligus sahabat satu-satunya.

"Apa kau tak bosen melamun seperti itu?" Tanya Aria yang dari tadi memperhatikan Adel dari balik meja kasir.

"Kesana balik ke Apartemen. yang kamu lakukan hanya melamun saja kalau datang ke cafe ku." teguran Aria berhasil membuat Adel sadar dari lamunannya.

"yang kamu harus lakukan sekarang tersenyum dan bangkit dari keterpurukan mu, Adel. ini udah setahun, sampai kapan kamu akan seperti itu? melamun, bersedih, dan menangis tak ada gunanya. Yang ada kamu hanya akan membuat mereka bersedih di atas sana."

"Ayolah Adel, Kamu itu cantik dan masih muda, umur kamu saja baru dua puluh lima tahun." Nasehatnya Aria tanpa henti.

"Mulai lagi dah ini ceramah. aku bosen Aria denger ocehan kamu terus." Protes Adel. meskipun dalam hati Adel bersyukur masih mempunyai sahabat yang baik, meskipun bawelnya itu nggak
ketulungan.

"Nah, kalau kamu bosen makanya bangkit. kamu masih bisa mencari lelaki buat kamu jadikan suami Adel.  Setidaknya kalau tidak suami, ya kekasih gitu."  Dengan malas Adel memutar bola matanya mendengar nasihat dari sahabatnya Aria.

"Sampai kapanpun Alan tak akan pernah terganti!. inget itu baik-baik Aria." sentak Adel.

"Oke-oke. Aku tidak akan membahas lagi soal kamu harus mencari calon suami lagi, atau pacar." Ucap Aria tersenyum seraya menepuk bahu Adel.

"Jelaslah. kamu itu nggak boleh membahas itu. kamu saja masih perawan sampai umur kamu dua puluh lima tahun." Protes nya Adel.

"Dasar jomblo. Hanya bisanya menyarankan orang buat mencari suami. Sedangkan dirinya sendiri betah menjomblo. Bahkan masih tersegel tuh." Dengus Adel yang membuat Aria terkekeh.

"Huhhh."

"Sudahlah Aria, aku mau pulang. disini lama-lama dan membahas kesendirian mu bisa membuat ku terkontaminasi oleh virus mu itu. Nanti yang ada aku jadi cewek jadi- jadian kaya kamu,. Wanita jadi-jadian." setelah mengatakan itu. Adel berlari ke arah pintu cafe. Karena takut Aria akan marah kalau sudah membahas panggilan Adel kepada Aria. wanita jadi-jadian untuk Aria.

Wanita tapi berpenampilan seperti laki-laki.

"Awww!"

Adel berteriak karena terjatuh. Berlari-lari untuk menghindari Aria yang sudah siap marah. Dan sekarang malah menabrak orang. Belum sempat Adel berdiri. Orang yang di tabraknya sudah membentaknya dengan nada galak yang membuat Adel merinding. Tapi, terdengar seksi.

"kalau jalan itu pake mata nona!"

Adel mengangkat kepalanya untuk melihat siapa orang yang di tabrak nya. Seorang pria bertubuh tinggi sekitar 180 cm, berambut hitam pekat dengan potongan  Pompadour yang rapih dengan wax. Berhidung mancung, dan mata dengan tatapan sangat dingin, tapi membuat Adel tertarik dengan mata coklat jernihnya. Satu lagi jangan lupakan, bulu-bulu halus yang  tumbuh di sekitaran dagunya. yang membuat wanita manapun langsung terpesona dan menginginkan tangannya mengelus bulu-bulu halus itu.

Love The Old Man (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang