Tujuh

9.8K 414 3
                                    


Adel terbangun saat matahari sudah tidak menampakkan sinarnya, beberapa kali Adel mengerjapkan matanya kemudian menatap kesekeliling kamar yang ditempati nya. ini bukan kamar di apartemennya.  Kamar ini di cat dasar berwarna putih, dengan ranjang hitam, di kedua sisi ada nakas untuk lampu tidur, sofa hitam, dan sebuah televisi hitam. Tidak  ada barang-barang lain. Sungguh berbeda dengan kamarnya Adel yang bernuansa warna kuning dan banyak sekali barang dengan berbagai warna  Kamar ini ciri khas sekali kamar seorang pria. Saat Adel akan bangun selimut yang di kenakan nya melorot sampai perutnya dan Adel menyadari nya.

"Jadi semua itu bukan mimpi." Gumam Adel saat melihat keseluruhan badan nya yang sudah tidak mengenakan pakaian, dan di kedua payudaranya serta di perutnya banyak tanda kemerahan. kemudian meraba area kewanitaan nya yang masih terasa bagaimana kejantanan Calvin mengamuk di dalamnya. Adel menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tersenyum. Tidak menyangka akan respon tubuhnya akan sentuhan Calvin. 

"Ya, ini mungkin karena sudah lama tidak merasakan bercinta jadi aku begitu menikmatinya. Atau karena Calvin memang lihai menyentuh wanita, sehingga saat Calvin memintanya lagi dan lagi aku  tidak kuasa untuk menolaknya." Batin Adel meyakinkan dirinya.

Adel duduk seraya melamun mengingat kembali bagaimana dulu rasanya bercinta dengan mendiang suaminya, apakah sehebat bercintanya dengan Calvin. Tapi rasanya tidak ada yang seperti itu selama tiga tahun pernikahan mereka. Adel menghela nafas panjang perasaan bersalah tiba-tiba saja menerpanya, ia merasa telah mengkhianati Alan. Padahal ia sudah berjanji akan selalu setia apapun yang terjadi. kenyataan begitu Calvin menyentuhnya ia bahkan tidak mengingat sama sekali tentang Alan. Seharusnya seperti yang ia rencanakan kalau sampai Calvin menyentuh nya ia akan membayangkan bercinta dengan Alan, mengerang dan mendesahkan nama Alan. Bukan Nama Calvin yang terus ia sebut saat  kenikmatan menerpanya.

"Kau sudah bangun rupanya." Calvin  masuk membawa nampan berisi makanan untuk Adel.

Adel yang kaget buru-buru menarik selimut nya hingga ke atas dada, dan bersikap waspada. Calvin mengangkat sebelah alisnya, heran bagaimana Adel masih bersikap malu-malu, dan takut kepadanya. padahal tadi saat mereka bercinta Calvin sudah melihat  semuanya. Bagaimana bentuk dan rupa tubuh Adel dari ujung rambut sampai ujung kaki. Bahkan titik noda hitam di paha putihnya pun Calvin sudah melihatnya.

"Kau pasti lapar Adela, makanlah." Calvin duduk di kasur di samping   Adel menghadap ke arah Adel. Mengambil nasi di campur dengan sayuran brokoli dan telur mata sapi yang ia masak ke dalam sendok, kemudian menyodorkan ke mulut Adel.

"Buka mulut mu." Adel memutar matanya, Calvin selalu saja memerintahnya. Harusnya mandi dulu, badannya masih terasa lengket sehabis bercinta. Bukan bercinta tapi Having sex, batin Adel.

"Buka mulut mu Adela." Perintahnya lagi.

"Ini makanan favorit mu." Adel melihat ke arah piring yang di pegang oleh Calvin. Ya itu adalah makanan favorit Adel. Makanan sederhana yang ia sukai sejak kecil. Adel mengalihkan tatapannya ke arah Calvin. Pria itu ini bahkan menyelidikinya sampai makanan favoritnya. Tapi siapa orang yang memberitahunya. Aria tidak mungkin memberi tahu orang lain tentang dirinya. Tapi bisa saja Aria yang memberitahu karena tidak ada orang lain yang mengetahui nya selain Aria.  Maka Aku harus menanyakan nya ke aria. Mungkin orang suruhan Calvin  menayangkan nya ke Aria.  Batin Adel dalam hati.

"Saya bisa makan sendiri. Sini piring nya." Pinta Adel. Calvin menatapnya dan menyeringai.

"Membiarkan selimut mu jatuh, dan memperlihatkan payudara mu. Kalau itu sampai terjadi bukan kau yang makan Adela. Tapi saya yang akan memakan mu."

Adel memejamkan matanya sesaat seraya menaikan selimut nya dan memegang nya erat. kemudian menatap Calvin kesal. Tak bisakah pria tua ini tidak membahas payudaranya lagi, tadi sebelum mereka having sex Calvin membahas payudaranya juga, dan sekarang di ulangi lagi. Seandainya pakaian nya  tidak di gunting oleh Calvin, Adel tidak perlu repot-repot memegangi selimut seperti sekarang. Tadi saat Calvin meninggalkan Adel sebelum having Sex, ternyata Calvin mencari gunting.

Adel ketakutan saat Calvin membawa gunting dengan ukuran lumayan besar, Adel berpikir apa mungkin Calvin mempunyai kelainan sex, walaupun ternyata Calvin terbukti tidak gay karena Adel tadi sempat merasakan bagaimana kejantanan Calvin mengeras saat mereka bercumbu. Mungkin Calvin mempunyai kelainan sex seperti suka menyiksa lawan bermain sex nya. Sadisme mungkin. Apalagi kedua tangan Adel sudah terikat. Adel mencoba duduk, tapi Calvin malah menarik kakinya supaya Adel telentang lagi. Setelah itu Calvin duduk di  antara kedua kakinya seraya memegang gunting dan mengarahkan gunting itu ke kakinya Adel. Adel semakin ketakutan.

"Calvin. Kumohon jangan seperti ini." Pinta nya Adel seraya mencoba melepaskan kakinya yang di duduki Calvin.

Calvin menyunggingkan senyumnya seraya menatap Adel. " Dan Kau seharusnya diam Adela."

" Jangan lukai aku. Please." Mohonnya Adel seraya terisak pelan.

"Makanya kaki mu diam."

"Aaaaaahhh!." Adel berteriak sangat kencang saat gunting itu mengenai pahanya.

"Ko nggak sakit." Gumam nya Adel pelan, seraya terisak. tapi setelah mendengar suara,

Krekk,,,krekk,,,krekk..

Adel mengangkat kepala melihat ke arah pahanya. Ternyata Calvin tidak menggunakan gunting itu melukaimu pahanya, gunting itu Calvin gunakan untuk menggunting dress selutut nya.  Calvin menggunting dari arah bawah sampai atas, hingga dress itu terbelah memperlihatkan perut rata Adel.  Untuk bagian tangannya, Calvin menggunting dari tangan sampai leher, begitupun dengan bra nya Adel, Calvin menggunting nya hingga putus. Kemudian Calvin melemparkan baju bra dan guntingnya secara bersamaan.

Calvin merangkak ke atas, menatap Adel dengan wajah leganya,  Kedua tangan Calvin menghapus air mata Adel seraya tersenyum, kemudian mencium mata  Adel  secara bergantian, mencium hidung, kemudian mencium bibir Adel.

"Lihat lah wajahmu memerah. Kau tidak akan kuat melayani saya kalau kau kelaparan. Buka mulut mu."

"Melayani.!" Ulang Adel. Padahal saat Adel mengingat lagi kejadian saat Calvin memperlakukan nya penuh kelembutan, saat mereka sebelum having sex, Adel sempat tersentuh. Tapi ternyata pria tua ini menganggap nya tidak lebih dari seorang pelacur.

Adel menyerah karena percuma berdebat dengan Calvin, yang ada ia akan tambah sakit hati. Adel membuka mulutnya dan mengunyah matanya melebar seketika.

"telurnya di kasih bawang putih.?" Adel menguyah dengan cepat. "Ini enak sekali." Kagumnya Adel.

Nyam-nyam-nyam-nyam.

Adel makan berbunyi seperti anak kecil, membuat Calvin tersenyum tipis mendengarnya. Ini pertama kalinya mereka makan bersama, lebih tepatnya Calvin melihat dari dekat bagaimana cara Adel makan.

"Minumlah." Calvin menyerahkan gelas berisi air putih setelah Calvin menyuapi Adel untuk suapan yang terkahir. Adel makan dengan lahap hingga menghabiskan semua makanan yang berada di atas piring.

Calvin melangkahkan kakinya ke kamar mandi, dan tidak lama ia sudah kembali lagi. "Mandilah. Kau sangat bau." 

Adel hembuskan nafas kasar, pria tua ini benar-benar menyebalkan. Gumam Adel dalam hati. Padahal baru saja ia bersikap manis terhadap nya. Ingin rasanya Adel menjabak rambutnya, dan memaki Calvin. Tapi percuma itu hanya membuang-buang energi nya saja.

Adel turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi dengan menghentak-hentakan kakinya. Sikap Adel seperti anak kecil, pikir Calvin yang melihat itu, seraya menaikan alisnya. Apa Adel marah karena di bilang bau. Tapi  Adel memang bau, bau-bau khas habis bercinta.



*****

TBC...






Love The Old Man (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang